LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU
KEBUMIAN
Penentuan
Lokasi Gempa
OLEH
:
KELOMPOK VIII
KELOMPOK VIII
1.
Muhammad
Labib Ridlo (12312241015)
2.
Dwi
Handayani (12312241027)
3.
Ardya
Fatma Winarni (12312241030)
4.
Isnaeni
Widiastuti (12312241031)
PROGRAM
STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2013
Penentuan Lokasi Gempa
A. TUJUAN
Ø Menemukan episentrum suatu gempa bumi
B. Kajian pustaka
Gempa
bumi adalah getaran (goncangan) yang terjadi karena pergerakan (bergesernya)
lapisan batu bumi yang berasal dari dasar atau bawah permukaan bumi dan juga
bisa dikarenakan adanya letusan gunungapi. Getaran
gempa disebabkan oleh
gelombang-gelombang seismik dari sumber gempa di dalam lapisan kulit bumi. Gempa
bumi sering terjadi di daerah yang berada dekat dengan gunung berapi dan juga
di daerah yang dikelilingi lautan luas. Pusat
atau sumber gempa bumi yang letaknya di dalam bumi disebut hiposentrum.
Sedangkan daerah di permukaan bumi ataupun di dasar laut yang merupakan tempat
pusat getaran bumi merambat disebut episentrum. Gempa bumi dapat
diklasifikasikan menurut kedalaman hiposentrum, kekuatan gelombang atau getaran
gempanya dan faktor penyebabnya.
a. Klasifikasi
Gempa Bumi Menurut Kedalaman Hiposentrum
1.
Gempa Bumi Dalam
gempa bumi dalam adalah
gempa bumi yang hiposentrumnya berada lebih dari 300 km di bawah permukaan
bumi. Gempa bumi dalam pada umumnya tidak terlalu berbahaya. Tempat yang pernah
mengalami adalah dibawah laut jawa,laut sulawesi,dan laut flores.
2.
Gempa
Bumi Menengah
Gempa
bumi menengah adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada antara 60 km sampai
300 km di bawah permukaan bumi.gempa bumi menengah pada umumnya menimbulkan
kerusakan ringan dan getarannya lebih terasa. Tempat yang pernah terkena antara
lain : Sepanjang pulau sumatera bagian barat, pulau jawa bagian selatan,
sepanjang teluk tomini, laut maluku, dan kep. Nusa Tenggara.
3.
Gempa
Bumi Dangkal
Gempa
bumi dangkal adalah gempa bumi yang hiposentrumnya berada kurang dari 60 km
dari permukaan bumi. Gempa bumi ini biasanya menimbulkan kerusakan yang besar.
Tempat yang pernah terkena antara lain : Pulau bali, pulau flores, yogyakarta,
dan jawa tengah.
b.
Klasifikasi Gempa Bumi Menurut
Gelombang/Getaran Gempa
1.
Gempa
Akibat Gelombang Primer
Gelombang
primer (gelombang lungitudinal) adalah gelombang/getaran yang merambat di tubuh
bumi dengan kecepatan antara 7-14 km/detik. getaran ini berasal dari
hiposentrum
2.
Gempa
Akibat Gelombang Sekunder
Gelombang
sekunder (gelombang transversal) adalah gelombang atau getaran yang merambat,
seperti gelombang primer dengan kecepatan yang sudah berkurang, yakni 4-7
km/detik. Gelombang sekunder tidak dapat merambat melalui lapisan cair.
3.
Gempa
Akibat Gelombang Panjang
Gelombang
panjang adalah gelombang yang merambat melalui permukaan bumi dengan kecepatan
3-4 km/detik.Gelombang ini berasal dari episentrum dan gelombang inilah yang
banyak menimbulkan kerusakan di permukaan bumi.
c. Klasifikasi Gempa Bumi Menurut Faktor Penyebabnya
1.
Gempa
Bumi Tektonik
Gempa
bumi tektonik adalah gempa bumi yang di sebabkan oleh dislokasi atau
perpindahan akibat pergesaran lapisan bumi yang tiba-tiba terjadi pada struktur
bumi, yakni adanya tarikan atau tekanan sehingga menimbulkan getaran hingga
dipermukaan bumi. Gempa Tektonik ini merupakan tipe gempa yang paling sering
terjadi dan yang paling banyak menimbulkan kerusakan bahkan korban jiwa. Pada
gempa tektonik, tidak semua bagian pada permukaan bumi ini berpotensi terjadi
gempa tersebut, melainkan lebih sering terjadi pada daerah atau wilayah
pertemuan antara lempeng tektonik bumi baik didarat ataupun dilautan. Lempeng
tektonik bumi memang selalu berberak (30mm - 70mm per tahun) dan apabila
lapisan batuan atau tanah yang terdapat pada kerak bumi sudah tidak dapat
menahan pergerakan tersebut, maka akan terjadi slip dan patahan sehingga energi
yang besar akibat tumbukan dari lempeng tersebut terlepas secara tiba-tiba.
Akibat dari hal tersebut akan terjadi getaran hingga kepermukaan bumi, dan
apabila getaran tersebut terjadi dalam sekala besar, maka dampaknya akan sangat
merusak terutama pada bangunan-bangunan dan juga dapat menimbulkan korban jiwa.
Dan ada efek lain yang dampaknya juga sangat besar dari gempa type ini,
yaitu Tsunami. Apabila gempa ini terjadi dilautan,
pergerakan tanah yang terjadi secara tiba-tiba didasar laut dapat menyebabkan
air laut bergejolak dan menimbulkan gelombang besar dipantai yang dapat
memiliki ketinggian hingga puluhan meter.
Gambar 1
: gempa tektonik
2.
Gempa Bumi Vulkanik
Sesuai
dengan namanya, gempa ini terjadi akibat dari aktivitas gunung berapi, walaupun
hal ini jarang terjadi dan apabila terjadi skala dari gempa ini tidak sebesar
gempa tektonik. Apabila sebuah gunung berapi mengalami peningkatan aktivitas
hingga terjadi letusan, pergerakan magma pada perut bumi disekitar gunung
tersebut akan mengalami peningkatan. Akibat dari gerakan tersebut adalah
timbulnya energi yang mendesak lapisan bumi. Energi yang mendesak lapusan bumi
ada yang mampu mengangkat lapis dan bumi sampai ke permukaan di sertai getaran
dan hal inilah yang menyebabkan getaran-getaran pada tanah yang disebut gempa
vulkanik. Seperti halnya gempa tektonik, gempa ini dapat terjadi hanya
dibeberapa bagian bumi yang disekitarnya terdapat gunung berapi aktif (daerah
ring of fire).
Gambar 2
: gempa vulkanik
3.
Gempa
Bumi Runtuhan
Gempa
bumi runtuhan (terban) adalah gempa bumi yang di sebabkan runtuhnya atap gua
atau terowongan tambang di bawah tanah.
Jika batuan pada atap rongga atau pada dinding rongga mengalami pelapukan, maka rongga dapat runtuh karna tidak mampu lagi menahan beban di atas rongga. runtuhnya gua dan terowongan yang besar bisa mengakibatkan getaran yang kuat
Jika batuan pada atap rongga atau pada dinding rongga mengalami pelapukan, maka rongga dapat runtuh karna tidak mampu lagi menahan beban di atas rongga. runtuhnya gua dan terowongan yang besar bisa mengakibatkan getaran yang kuat
Gambar 3 : gempa runtuhan
4.
Gempa Tumbukan.
Batu
meteor besar yang jatuh di daratan di permukaan bumi juga dapat menimbulkan
gempa bumi. Hal ini sangat jarang terjadi dan apabila memang terjadi, efek
kerusakan yang ditimbulkan dapat sangat besar tergantung dari besar batu meteor
yang jatuh tersebut.
5.
Gempa Longsoran
Gempa
bumi ini terjadi apabila terjadi longsoran tanah atau tebing didaerah
pegunungan atau perbukitan dan sangat jarang terjadi. Walaupun skala gempa ini
kecil, namun gempa ini dapat terjadi di daerah manapun yang wilayahnya berbukit
dan memiliki struktur tanah yang labil. Tsunami juga dapat terjadi akibat dari
gempa ini, yaitu apabila longsoran dari gunung, bukit ataupun tebing terjadi
dilaut. Hal ini pernah terjadi di Indonesia saat gunung Krakatau meletus pada
tahun 1883. Letusan gunung tersebut sangat besar sehingga mengakibatkan
longsoran yang besar dari gunung tersebut. Karena gunung tersebut berada
ditengah laut, maka material longsoran tersebut jatuh ke laut dan mengakibatkan
air laut bergejolak dan menimbulkan tsunami setinggi 30-36 meter dipesisir Jawa
bagian barat dan Sumatra bagian selatan dan tercatat lebih dari 30.000 nyawa
manusia melayang akibat bencana tersebut
Glombang
gempa
Gempa memang
berupa goyangan atau gerakan atau getaran. Frekuensi getaran gempa ini sekitar
10 Hz artinya ada sepuluh kali goyangan tiap detik. Baik goyangan naik turun,
kiri-kanan maupun maju mundur.
Ada 4 gelombang
seismik pada kejadian gempa bumi sehingga dapat mengguncang kita bahkan
menyebabkan kerusakan pada bangunan di permukaan bumi, gelombang tersebut
adalah :
1. Gelombang
Primer
2. Gelombang
Sekunder
3. Gelombang
Cinta
4. Gelombang
Rayleigh
Gelombang Primer
& Gelombang Sekunder berjalan melalui interior bumi ( didalam bumi melalui
lapisan litospir ), sedangkan gelombang Cinta & Rayleigh berjalan melaluli
surface ( permukaan bumi ), gelombang ini kecepatannya lebih lambat dibanding gelombang
Primer dan Sekunder. Kedua Jenis gelombang inilah yang menyebabkan kerusakan
bangunan
Gambar 4
: macam-macam
gelombang gempa
1. Gelombang
Primer (P Wave) ini menjalar akibat adanya penekanan dan peregangan. Kalau
dilihat di gambar terlihat bergetar menekan dan meregang. kalau anda menghadap
ke kiri maka goyangan tersebut berarah kiri-kanan atau maju-mundur (tergantung
dimana arah menghadapnya). Gelombang primer ini memiliki kecepatan rambat
sekitar 8 km/detik. Gelombang inilah yg akan dirasakan lebih dahulu ketika
gempa, karena dia akan datang lebih dulu dibanding penjalaran gelombang yang
lain.
2. Gelombang
Sekunder (S Wave) ini menjalar seperti gelombang air yang mengalun-alun.
Menjalar naik-turun. Jadi gelombang ini melempar-lemparkan keatas kebawah
ketika anda merasakan adanya gempa. Gelombang Sekunder ini memilki kecepatan
penjalaran sekitar 4 Km/detik, tentunya akan dirasakan lebih lambat dari
Gelombang Primer. Namun gelombang sekunder ini memiliki lebar goyangan
(amplitudo) yg besar sehingga gelombang ini akan memilki kekuatan yg sangat
besar dalam merontokkan bangunan, juga mengakibatkan longsoran tebing-tebing
yang curam.
3. Gelombang
Cinta ( Love Wave ) Gelombang yang menjalar di permukaan bumi yang
karakteristiknya memiliki pergerakan yang mirip dengan gelombang S, yaitu arah
pergerakan partikel medan yang dilewati arahnya tegak lurus terhadap arah
perambatan gelombang. Yang membedakan adalah lokasi perambatan
gelombang cinta terdapat di permukaan bumi. Dan getarannya secara lateral (mendatar)
4. Gelombang Rayleigh Gelombang
permukaan juga yang arah pergerakan partikelnya bergerak berputar di permukaan.
d. Metode Penentuan Episentrum Gempa
Ø Metode Homoseista
Homoseista
adalah garis pada peta yang menghubungkan tempat di permukaan bumi yang
mencatat getaran gelombang seismic yang pertama pada waktu yang sama. Misalnya
stasiun A, B dan C mencatat getaran gempa pertama pada pukul 15: 11. 06, maka
pada peta, ketiga stasiun tersebut terletak pada satu homoseista.
Ø Metode Episentral
Episentral ialah jarak episentrum
atau pusat gempa di stasiun pencatat gempa. Untuk menentukan episentrum dengan menggunakan metode episentral
diperlukan minimal tiga stasiun pengamat yang mencatat kejadian gempa, sehingga
dapat dihitung jarak episentral masing-masing stasiun. Untuk menghitung jarak
episentral digunakan rumus ASKA, yaitu:
∆
= {(S – P) – 1’} × 1.000 km
Keterangan :
(∆) = jarak episentral dari stasiun pengamat (kilometer)
S - P = selisih waktu pencatatan antara gelombang sekunder dan primer (menit)
1’ = satu menit
Keterangan :
(∆) = jarak episentral dari stasiun pengamat (kilometer)
S - P = selisih waktu pencatatan antara gelombang sekunder dan primer (menit)
1’ = satu menit
Selain
metode penentuan gempa, juga terdapat alat pendeteksi gempa antara lain:
ü Seismograf
Seismograf adalah sebuah
perangkat yang mengukur dan mencatat gempa bumi.
Pada prinsipnya, seismograf terdiri dari gantungan pemberat dan ujung lancip
seperti pensil. Dengan begitu, dapat diketahui kekuatan dan arah gempa lewat
gambaran gerakan bumi yang dicatat dalam bentuk seismogram.
Seismograf
memiliki instrumen sensitif yang dapat mendeteksi gelombang
seismik yang dihasilkan oleh gempa bumi.
Gelombang seismik yang terjadi selama gempa
tergambar sebagai garis bergelombang pada seismogram.
Seismologist mengukur
garis-garis ini dan menghitung besaran gempa. Dahulu, seismograf hanya dapat
mendeteksi gerakan horizontal, tetapi saat ini seismograf sudah dapat merekam
gerakan-gerakan vertikal dan lateral.
Seismograf
menggunakan dua gerakan mekanik dan elektromagnetik seismographer. Kedua
jenis gerakan mekanikal tersebut dapat mendeteksi baik gerakan vertikal maupun
gerakan horizontal tergantung dari pendular yang digunakan apakah
vertikal atau horizontal. Seismograf modern menggunakan elektromagnetik seismographer
untuk memindahkan volatilitas sistem kawat tarik
ke suatu daerah magnetis.
ü Quick alarm
Quake
Alarm adalah sebuah alat berukuran kecil (sebesar gagang telepon) yang ditempel
di dinding dengan pelakat velcro dengan menggunakan baterei alkalin 9 Volt.
Quake alarm menggunakan teknologi pendulum terbalik yang sangat sensitif untuk
mendeteksi gelompang "P" yang selalu menjalar mendahului getaran
sebuah gempa bumi. Pendulumnya bergerak memicu sirkuit yang membunyikan suara
alarm.Quake Alarm sanggup mendeteksi gempa bumi mulai 4 SR, bahkan dari
beberapa pengalaman gempa dibawah 4 SR pun masih terdeteksi.
Pada
saat gempa, terbentuk gelombang-gelombang yang disebabkan oleh pergeseran plat
bumi dibawah permukaan. Dua gelombang utamanya adalah Gelombang Kompresi
"P" (compresion wave) dan gelombang perusak "S" (Shear
wave). Gelombang "P" menjalar lebih cepat dari gelombang
"S", sehingga ketika gempa terjadi, Quake Alarm mampu mendeteksi
sebelum terjadi getaran bumi. Jadi, memberikan waktu berharga untuk berlindung.
e. Skala Kekuatan Gempa Bumi
·
Skala
Kekuatan Gempa Bumi Menurut C.F. Richter.
C . F . Richter adalah seorang ahli
sismologi berkebangsaan amerika serikat, yang pada tahun 1935, menyusun skala
gempa bumi berdasarkan skala magnitudo (ukuran besar/kecilnya kekuatan gempa).
Richter menggunakan klasifikasi angka 0 sampai 8. semakin besar angka semakin
besar magnitudonya. Skala Richter atau SR didefinisikan sebagai logaritma
(basis 10) dari amplitudo maksimum, yang diukur dalam satuan mikrometer, dari
rekaman gempa oleh instrumen pengukur gempa (seismometer) Wood-Anderson, pada jarak
100 km dari pusat gempanya. Sebagai contoh, misalnya kita mempunyai rekaman
gempa bumi (seismogram) dari seismometer yang terpasang sejauh 100 km dari
pusat gempanya, amplitudo maksimumnya sebesar 1 mm, maka kekuatan gempa
tersebut adalah log (10 pangkat 3 mikrometer) sama dengan 3,0 skala Richter.
Skala ini diusulkan oleh fisikawan Charles Richter.
Untuk memudahkan orang dalam menentukan
skala Richter ini, tanpa melakukan perhitungan matematis yang rumit, dibuatlah
tabel sederhana seperti gambar di samping ini. Parameter yang harus diketahui
adalah amplitudo maksimum yang terekam oleh seismometer (dalam milimeter) dan
beda waktu tempuh antara gelombang-P dan gelombang-S (dalam detik) atau jarak
antara seismometer dengan pusat gempa (dalam kilometer). Dalam gambar di
samping ini dicontohkan sebuah seismogram mempunyai amplitudo maksimum sebesar
23 milimeter dan selisih antara gelombang P dan gelombang S adalah 24 detik
maka dengan menarik garis dari titik 24 dt di sebelah kiri ke titik 23 mm di
sebelah kanan maka garis tersebut akan memotong skala 5,0. Jadi skala gempa
tersebut sebesar 5,0 skala Richter.
Skala Richter pada mulanya hanya dibuat
untuk gempa-gempa yang terjadi di daerah Kalifornia Selatan saja. Namun dalam
perkembangannya skala ini banyak diadopsi untuk gempa-gempa yang terjadi di
tempat lainnya.
Skala Richter ini hanya cocok dipakai
untuk gempa-gempa dekat dengan magnitudo gempa di bawah 6,0. Di atas magnitudo
itu, perhitungan dengan teknik Richter ini menjadi tidak representatif lagi.
Perlu diingat bahwa perhitungan
magnitudo gempa tidak hanya memakai teknik Richter seperti ini. Kadang-kadang
terjadi kesalahpahaman dalam pemberitaan di media tentang magnitudo gempa ini
karena metode yang dipakai kadang tidak disebutkan dalam pemberitaan di media,
sehingga bisa jadi antara instansi yang satu dengan instansi yang lainnya
mengeluarkan besar magnitudo yang tidak sama.
·
Skala
kekuatan moment diperkenalkan pada 1979 oleh Tom Hanks dan Hiroo Kanamori
sebagai pengganti skala Richter dan digunakan oleh seismologis untuk
membandingkan energi yang dilepas oleh sebuah gempa bumi. Kekuatan moment Mw
adalah sebuah angka tanpa dimensi yang didenifinisikan sebagai berikut
di mana M0 adalah Moment seismik
(menggunakan satu newton metre [N•m] sebagai moment).
Sebuah peningkatan satu tahap dalam
skala logaritmik ini berarti sebuah peningkatan 101,5 = 31,6 kali dari jumlah
energi yang dilepas, dan sebuah peningkatan 2 tahap berarti sebuah peningkatan
103 = 1000 kali kekuatan awal.
·
Skala
Kekuatan Gempa Bumi Menurut Mercalli
Mercalli pada tahun 1931 menyusun skala
gempa bumi berdasarkan skla intensitas gempa. intensitas gempa di suatu tempat
adalah kekuatan gempa yang diestimasikan berdasarkan efek geologis dan efeknya
terhadap bangunan dan manusia. Skala Mercalli adalah satuan untuk mengukur
kekuatan gempa bumi. Skala Mercalli terbaagi menjadi 12 pecahan berdasarkan
informasi dari orang-orang yang selamat dari gempa tersebutdan juga dengan
melihat dan membandingkan tingkat kerusakan akibat gempa bumi tersebut. Oleh itu
skala Mercalli adalah sangat subjektif dan kurang tepat dibanding dengan
perhitungan magnitudo gempa yang lain. Oleh karena itu, saat ini penggunaan
skala Richter lebih luas digunakan untuk untuk mengukur kekuatan gempa bumi.
Tetapi skala Mercalli yang dimodifikasi, pada tahun 1931 oleh ahli seismologi
Harry Wood dan Frank Neumann masih sering digunakan terutama apabila tidak
terdapat peralatan seismometer yang dapat mengukur kekuatan gempa bumi di
tempat kejadian.
·
Skala
Kekuatan Gempa Menurut Omori
Skala gempa yang ditilis oleh omoro
mirip dengan skla gempa yang ditilis olh mercalli. Alat untuk mengukur gempa
bumi adalah seismograf. seismograf ada 2 jenis: seismogaf vertikal dan
seismograf horizontal untuk mengukur gempa bumi di butuhkan satu seismograf vertikal
dan dua seismograf horizontal.
Gambar
5: seismograf
C. Metode praktikum
v Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat
: Laboratorium IPA 1
Waktu
: Rabu, 09
Oktober 2013
v Alat dan bahan
·
Alat
:
ü Jangka
ü Penggaris
ü Alat tulis
·
Bahan
:
ü Kertas putih 5 lembar
D. PROSEDUR OBSERVASI
No.
|
Distance
to epicenter (in Km)
|
Different
in arrival P- and S- waves (in 500)
|
1
|
200
|
40
|
2
|
300
|
60
|
3
|
400
|
80
|
4
|
500
|
100
|
5
|
600
|
120
|
E.
HASIL
PENGAMATAN
No.
|
Perbedaan
Selisih Waktu
|
Gambar
Hasil Praktikum
|
1
|
A=60
s
B=100s
C=80
s
|
|
2
|
A=80s
B=80s
C=100s
|
|
3
|
A=120s
B=60s
C=80s
|
|
4
|
A=100s
B=120s
C=80s
|
|
5
|
A=120s
B=40s
C=60s
|
|
F.
PEMBAHASAN
Praktikum yang berjudul “Penentuan
Lokasi Gempa” bertujuan untuk menemukan episentrum suatu gempa bumi. Praktikum
ini praktikan kerjakan di laboratorium IPA 1 FMIPA UNY pada hari
Rabu, 9 Oktober 2013.
Dalam melakukan praktkum ini
praktikan menggunakan beberapa alat dan bahan, antara lain 5 buah kertas putih,
jangka, penggaris dan alat tulis.langkah pertama yang praktikan lakukan dalam
praktikum ini yaitu praktikan membagi kertas putih menjadi 4 bagian,
selanjutnya praktikan menandai stasiun A, B, dan C pada kertas, hal ini dimulai
dengan menanddai stasiun A yang letaknya 2,5 cm di atas titik tengah pada
kertas. Selanjutnya praktikan menandai stasiun B dan C dengan jarak seperti
gambar di bawah ini, sehingga sehingga dapat membuat peta untuk menemukan
episentrum.
Dengan mengetahui cepat gelombang P dan S berjalan,
maka dapat menghitung jarak episentrum gempa dengan mengukur perbedaan waktu
datangnya gelombang P dan S pada stasiun mereka, Perbedaan waktu datangnya dua
gelombang 120 s pada stasiun A; 80 S pada stasiun B dan 80 s pada stasiun C.
Mencatat jarak episentrum dari setiap stasiun dengan menggunakan tabel berikut:
Distance to epicenter (in km)
|
Difference in arrival P and S waves
|
200
|
40
|
300
|
60
|
400
|
80
|
500
|
100
|
600
|
120
|
Selanjutnya praktikan
mengkonversikan setiap satuan jarak dengan cm, sehingga data dapat digunakan
pada peta yaitu dengan menggunakan skala 1 cm= 100 km. Data ini akan menjadi
nilai radius seiap lingkaran pada langkah berikutnya. Selanjutnya praktikan
Membuat sebuah lingkaran sekeliling stasiun A, seperti pada gambar dibawah ini
:
Berikutnya praktikan mengulangi
langkah tersebut yaitu membuat lingkaran untuk kedua stasiun lainnya yaitu
stasiun B dan C. dari langkah-langkah diatas, praktikan dapat menentukan lokasi
episentrum gempa bumi (X) adalah titik dimana 3 lingkaran berpotongan, titik
tersebut kemudian ditandai dengan menggunakan huruf X. kegiatan ini praktikan lakukan sebanyak 5
kali dengan perbedaan waktu antara stasiun yang berbeda-beda, berikut merupakan
pembahasan praktikan untuk masing-masing kegiatan:
a.
Kegiatan
1
Pada kegiatan 1 ini jarak datangnya
gelombang gempa ke stasiun A adalah 60 sekon, 100 sekon ke stasiun B, dan 80
sekon ke stasiun C. Perbedaan waktu antara stasiun ini menentukan jarak dari
sebuah pusat gempa untuk dapat dirasakan pada suatu tempat. Kemudian praktikan
menggunakan tabel di bawah ini untuk mengkoversikan data hasil tabel tersebut
dengan menggunakan skala 1 cm = 100 km, berikut merupakan tabelnya:
Distance to epicenter (in km)
|
Difference in arrival P and S waves
|
200
|
40
|
300
|
60
|
400
|
80
|
500
|
100
|
600
|
120
|
Dari hasil pengkonversian akan didapatkan
nilai radius setiap lingkaran pada masing-masing stasiun. Perbedaan datangnya gelombang P dan S pada
stasiun A yaitu 60 s. Untuk perbedaan datangnya gelombang P dan S adalah 60s,
menurut tabel,
jarak episentrumnya adalah 300 km, karena
dalam hal ini skala yang digunakan 1 cm = 100 km maka besarnya nilai
radius lingkaran pada stasiun A yaitu 3 cm. Kemudian praktikan membuat
lingkaran dengan radius 4 cm menggunakan jangka, dengan titik stasiun A sebagai
pusat lingkarannya. Berikutnya untuk stasiun B perbedaan datangnya gelombang P
dan S adalah 100 s, menurut tabel,
perbedaan waktu 100 s mempunyai jarak episentrum 500 km jika dikonversikan ke
dalam cm maka hasilnya 5 cm. Selanjutnya praktikan membuat lingkaran dengan
jari-jari 5 cm menggunakan jangka dengan titik stasiun A sebagai titik pusat.
Sedangkan untuk stasiun C memiliki perbedaan waktu antar stasiun yaitu 80 s,
sehingga jarak episentrumnya 400 km, karena 1 cm = 100 km maka besarnya nilai
radius lingkaran pada stasiun C yaitu 4 cm. berikutnya praktikan membuat
lingkaran yang memiliki jari-jari 4 cm. Berikut merupakan gambar dari kegiatan
1.
Gambar kegiatan 1
Dari gambar kegiatan 1 diatas
tampak bahwa ketiga lingkaran tersebut saling berpotongan, namun ketiganya
tidak berpotongan dalam satu titik melainkan dalam suatu daerah, daerah
tersebut berbentuk segitiga, titik berat dari segitiga itulah yang merupakan
lokasi episentrum gempa (X). Selanjutnya praktikan menarik garis dari lokasi
episentrum (X) ke masing – masing stasiun, kemudian mengukur panjangnya. Dari
hasil pengukuran didapatkan jarak dari episentrum (X) ke stasiun A yaitu 2,7
cm, kemudian hasil itu dikonversikan dalam satuan km, dimana 1 cm = 100 km,
maka hasilnya 270 km. Selanjutnya untuk jarak dari episentrum ke stasiun B
didapatkan hasilnya 4,5 cm jika dikonversikan menjadi 450 km. sedangkan jarak
dari episentrum ke stasiun C adalah 3,8 cm atau jika dikonversikan hasilnya
menjadi 380 km.
b.
Kegiatan
2
Pada kegiatan 2 ini
jarak datangnya gelombang gempa ke stasiun A adalah 80 sekon, 80 sekon ke
stasiun B, dan 100 ke stasiun C. Selanjutnya praktikan menggunakan tebel di
bawah ini untuk menentukan jarak episentrum dari setiap stasiun.
Distance to epicenter (in km)
|
Difference in arrival P and S waves
|
200
|
40
|
300
|
60
|
400
|
80
|
500
|
100
|
600
|
120
|
Berdasarkan tabel di atas, untuk stasiun
A yang memiliki perbedaan waktu 80s, maka berdasarkan tabel di atas jarak
episentrumnya adalah 400 km, dalam kegiatan ini praktikan menggunakan skala 1
cm = 100 km, sehingga jika dikonversikan pada skala itu hasilnya adalah 4 cm,
kemudian praktikan membuat lingkaran dengan radius 4 cm. Berikutnya untuk
stasiun B memiliki perbedaan waktu 80 s, menurut tabel perbedaan waktu 80 s
memiliki jarak episentrumnya adalah 400 km, jika dikonversikan menurut skala 1
cm = 100 km , maka hasilnya 4 cm, berikutnya praktikan membuat lingkaran dengan
radius 4 cm. Sedangkan pada stasiun C perbedaan waktunya adalah 100 s, menurut tabel diatas, perbedaan
waktu 100 s memiliki jarak episentrum 500 km, jika dikonversikan dalam satuan cm,
hasilnya 5 cm, kemudian praktikan membuat lingkaran dengan radius 5 cm. berikut
merupakan gambar pada kegiatan 2.
Gambar Kegiatan 2
Dari gambar di atas dapat dilihat
ketiga lingkaran berpotongan membentuk suatu daerah yang berbentuk segitiga,
kemudian praktikan menentukan titik tengah dari daerah segitiga tersebut, titik
tengah tersebut merupakan titik episentrum (X). Selanjutnya praktikan menarik
garis dari pusat episentrum menuju masing-masing stasiun lalu mengukur
panjangnya. Dari hasil pengukuran didapatkan jarak dari titik episentrum ke
stasiun A adalah 2,9 cm, hasil ini kemudian dikonversikan derdasarkan skala 1
cm = 100 km, sehingga hasil sebenarnya adalah 290 km. Untuk jarak dari titik
episentrum ke stasiun B adalah 3,1 cm jka diknversikan kedalam satuan cm dengan
1 cm = 100 km, maka hasil yang sebenarnya adalah 310 km. Sedangkan jarak dari
titik episentrum ke stasiun C adalah 4,3 cm, jika dikonversikan hasilnya adalah
430 km.
c.
Kegiatan 3
Pada kegiatan 3 ini ditentukan
waktu tibanya gelombang gempa pada stasiun A dalam waktu 120 sekon, pada
stasiun B 60 sekon, dan pada stasiun C gelombang gempa tiba dalam waktu 80
sekon. Lama waktu sampainya gelombang gempa pada tiap-tiap stasiun ini akan
menentukan jarak dari sumber gempa ke stasiun pengamat. Berikut tabel yang
digunakan praktikan untuk mengkonversi waktu tibanya gelombang menjadi jarak
antara sumber dan stasiun pengamat gempa:
Distance of epicenter (in km)
|
Difference in arrival P- and S-waves
(in second)
|
200
|
40
|
300
|
60
|
400
|
80
|
500
|
100
|
600
|
120
|
Tabel konversi waktu ke jarak
Berdasarka tabel di atas, untuk
stasiun A yang memiliki rentang waktu 120 sekon, maka jarak episentrumnya
adalah 600 km. Karena praktikan menggunakan konversi 100 km= 1cm, maka jarak
episentrum stasiun A pada gambar adalah 6 cm. Kemudian praktikan membuat
lingkaran dengan nilai radius 6 cm. Pada stasiun B, dengan perbedaan waktu 60
sekon, maka didapat jarak episentrumnya adalah 300 km. Setelah dikonversikan
dengan skala praktikan, maka dalam gambar praktikan jarak episentrumnya adalah
3 cm. Kemudian praktikan membuat lingkaran dengan nilai radius 3 cm. Untuk
stasiun C, dengan lama waktu sampainya gelombang gempa selama 80 sekon, maka
jarak episentrumnya adalah 400 km maka hasilnya 4 cm jika dikonversikan dalam
skala perbandingan 100 km= 1 cm. praktikan membuat lingkaran dengan nilai
radius 4 cm. Adapun hasil dari gambar
praktikan adalah sebagai berikut:
Gambar Kegiatan 3
Dari ketiga lingkaran, didapat
suatu titik X yang mencakup ketiga daerah stasiun. Berdasarkan literatur, titik
potong antara ketiga lingkaran merupakan lokasi episentrum dari gempa. Meskipun
titik ini bukan merupakan titik potong dari ketiga lingkaran, yaitu hanya titik
potong dari 2 lingkaran, namun karena titik ini masih dalam daerah lingkaran
lainnya, titik potong ini disebut sebagai pusat gempa. Jika titik ini
dihubungkan dengan masing-masing stasiun, maka didapat jarak antara pusat gempa
ke stasiun A adalah 4 cm atau 400 km dalam jarak sebenarnya, jarak pusat gempa
dengan stasiun B adalah 3 cm atau 300 km dalam jarak sebenarnya, dan 4 cm untuk
jarak antara stasiun C dengan pusat gempa atau 400 km jika dikonversikan ke
jarak sebenarnya.
d.
Kegiatan
4
Jarak datangnya gelombang gempa ke
stasiun A adalah 100 sekon, 120 sekon jika ke stasiun B, dan 80 sekon untuk
rentang waktu datangnya gelombang gempa. Untuk menentukan jarak menggunakan
data selang waktu ini, praktikan menggunakan tabel konversi:
Distance of epicenter (in km)
|
Difference in arrival P- and S-waves
(in second)
|
200
|
40
|
300
|
60
|
400
|
80
|
500
|
100
|
600
|
120
|
Tabel konversi waktu ke jarak episentrum
Untuk stasiun A, dengan selang
waktu selama 100 sekon maka jarak episentrumnya adalah 500 km. Setelah
dikonversi dengan perbandingan skala pada gambar praktikan yang menggunakan 100
km= 1 cm, maka jarak episentrum pada gambar untuk stasiun A adalah 5 cm.
Stasiun B memiliki selang waktu 120 seon sehingga jarak episentrumnya 600 km
atau 6 cm jika dalam gambar praktikan. Sedangkan stasiun C, dengan selang waktu
selama 80 sekon maka jarak episentrumnya adalah 400 km atau 4cm jika
dikonversikan ke dalam gambar praktikan.
Selanjutnya dari jarak episentrum
yang telah ditemukan maka dibuat penentuan lokasi gempa menggunakan metode
episentral yaitu dengan membuat lingkaran dengan diameter dari jarak episentral
tadi dan mencari titik potong antara ketiga lingkaran tersebut. Dalam metode
episentral ini, minimal banyaknya pengamat yang mengamati waktu terjadinya
gempa minimal 3 pengamat. Adapun hasil gambar praktikan dari pembuatan ketiga
lingkaran menggunakan radius yang telah ditemukan di atas adalah sebagai
berikut:
Gambar Kegiatan 4
Dari penarikan ketiga lingkaran,
ditemukan daerah irisan ketiga lingkaran tersebut yang berbentuk segitiga
dimana di dalam daerah tersebutlah pusat gempa berada. Untuk menentukan lokasi
pusat gempa, praktikan mencari titik berat dari garis tersebut yang kemudian
ditandai dengan X. Titik tersebut merupakan pertemuan dari ketiga lingkaran
yang merupakan stasiun pengamat gelombang gempa. Sehingga jika diukur lebih
lanjut, jarak antara pusat gempa ke stasiun A adalah 4,7 cm jarak pada gambar
yaitu 470 km jarak sebenarnya, jarak pusat gempa ke stasiun B 3,8 cm jika pada
gambar atau 380 km untuk jarak sebenarnya, dan 2,6 cm jarak antara titik C
dengan sumber gempa pada gambar atau jika dikonversikan ke jarak sebenarnya
adalah 260 km.
e.
Kegiatan
5
Pada kegiatan terakhir dari
penentuan lokasi gempa ini ditentukan bahwa selang waktu sampainya gelombang
gempa pada stasiun A adalah 120 sekon, 40 sekon untuk stasiun B, dan 60 sekon
pada stasiun C. Dari selang waktu inilah nantinya didapat jarak episentrum
gempa menggunakan konversi sebagai berikut:
Distance of epicenter (in km)
|
Difference in arrival P- and S-waves
(in second)
|
200
|
40
|
300
|
60
|
400
|
80
|
500
|
100
|
600
|
120
|
Tabel konversi waktu ke jarak episentrum
Dari tabel di atas maka praktikan
dapat menentukan bahwa jarak episentrum untuk titik A adalah 600 km karena
selang waktunya dengan gelombang gempa adalah 120 sekon. Karena praktikan
menggunakan skala 100 km=1 cm, maka dalam gambar praktikan jarak episentrum
stasiun A digambarkan dengan jarak 6 cm. Untuk stasiun B yang memiliki selang
waktu sampainya gelombang gempa selama 40 sekon, maka dapat didapat jarak
episentrumnya adalah 200 km atau jika digambarkan dalam simulasi praktikan
adalah 2 cm. Sedangkan stasiun C, dengan selang waktu 60 sekon, maka jarak
episentrumnya adalah 300 km yang jika digambarkan dengan skala 100 km= 1 cm
menjadi 3 cm jaraknya dalam kertas gambar.
Jarak episentrum yang didapat dari
masing-masing stasiun selanjutnya dibuat lingkaran menggunakan radius dari
jarak episentrum tiap stasiun. Dari ketiga lingkaran ini diharapkan nantinya
akan ditemukan ketiga titik potong yang kemudian disebut dengan pusat lokasi
gempa. Cara penentuan lokasi gempa menggunakan metode dari pengamatan oleh
minimal tiga stasiun ini disebut dengan metode episentral, salah satu metode
akurat dalam penentuan pusat gempa, selain metode homoseista yang menghubungkan
tempat-tempat yang mencatat getaran gelombang dalam waktu yang sama.
Adapun gambar praktikan dalam
membuat lingkaran dari radius yang merupakan jarak episentral masing-masing
stasiun adalah
Gambar Kegiatan 5
Setelah divisualisasikan dalam
bentuk gambar, ternyata tidak ditemukan titik potong antara ketiga lingkaran.
Pada kegiatan-kegiatan sebelumnya, apabila tidak ditemukan ketiga titik
potong maka dapat ditemukan alternatifnya yaitu dengan pertemuan daerah ketiga
lingkaran (irisan) yang masih dalam wilayah ketiga lingkaran, namun tidak
dengan kegiatan 5 ini yang memang tidak tertemukan sebuah titik yang masih
dalam lokasi ketiga lingkaran. Hal ini menunjukkan tidak ditemukannya pula
titik pusat terjadinya gempa. Hal ini terjadi karena getaran gelombang gempa
yang dirasakan pengamat sangat lemah sehingga berkemungkinan pada waktu
sampainya gelombang yang kurang valid dan akhirnya berpengaruh pada jarak
episentrum dari stasiun. Selain itu, kegiatan penentuan lokasi gempa ini tidak
dilakukan dengan perhitungan menggunakan rumus laska, melainkan hanya
penggambaran titik-titik episentrum.
Kelima kegiatan yang telah praktikan lakukan ini
merupakan kegiatan untuk menentukan episentrum gempa dengan menggunakan metode
episentral, yaitu jarak antara sumber gempa dengan pengamatan minimal dari 3
stasiun pengamat yang mencatat waktu sampainya gelombang gempa di tempat
tersebut. Hal ini dapat dihitung secara matematis, dengan menggunakan Rumus LASKA, yaitu:
∆ = {(S – P) – 1’} × 1.000 km
Keterangan :
(∆) = jarak episentral dari stasiun pengamat (kilometer)
S - P = selisih waktu pencatatan antara gelombang sekunder dan primer (menit)
1’ = satu menit
Dalam praktikum ini bertujuan menentukan episentrum
gempa. Menurut literature, episentrum gempa merupakan titik atau garis di
permukaan bumi atau permukaan laut tempat gelombang permukaan mulai
dirambatkan, atau tempat gelombang primer (P) dan gelombang
sekunder (S)
pertama kali mencapai permukaan bumi atau laut. Gelombang primer (P) merupakan
gelombang longitudinal yang menjalar akibat adanya penekanan dan peregangan.
Kalau dilihat di gambar terlihat bergetar menekan dan meregang. Sedangkan
gelombang sekunder (S) merupakan gelombang transversal yang menjalar
naik-turun. Perbedaan waktu yang terjadi antara datangnya gelombang primer (P)
dan gelombang sekunder (S) minimal pada 3 stasiun, dapat digunakan untuk menenukan
jarak episentrum gempa.
Menurut literature, selain menggunakan metode
episentral, penentuan lokasi gempa dapat dilakukan dengan alat yang disebut
seismograf. Untuk menentukan di mana gempa terjadi, perlu dipelajari data
rekaman gempa atau yang disebut seismogram yang tercatat pada seismograf.
G. KESIMPULAN
Dari hasil
praktikum yang telah dilakukan, praktikan dapat menyimpulkan:
·
Dari
kelima kegiatan yang telah praktikan lakukan, praktikan dapat menemukan titik
episentrum pada kegiatan 1,2,3, dan 4, sedangkan pada kegiatan 5 praktikan
tidak menemukan titik episentrum.
·
Berikut
adalah tabel yang memuat data perbedaan waktu antar stasiun dan jarak dari
titik episentrum ke masing-masing stasiun
No
|
Perbedaan waktu
antar stasiun (s)
|
Jarak ke tiap
stasiun (km)
|
||||
A
|
B
|
C
|
A
|
B
|
C
|
|
1
|
60
|
100
|
80
|
270
|
450
|
380
|
2
|
80
|
80
|
100
|
290
|
310
|
430
|
3
|
120
|
60
|
80
|
400
|
300
|
400
|
4
|
100
|
120
|
80
|
470
|
380
|
260
|
5
|
120
|
40
|
60
|
-
|
-
|
-
|
H. DAFTAR PUSRAKA
Handoko.1993.
Landasan Pemahaman Fisika Atmosfer dan
Unsur-unsur Iklim. Jurusan Geofisika dan Meteorologi. Bogor : FMIPA-IPB.
http://id.shvoong.com/exact-sciences/physics/2138072-pengertian-dan-penyebab-terjadinya-gempa/#ixzz2hVzguArM diunduh pada tanggal 7 Oktober 2013 pukul 15.35
WIB.
Ibnu Rusydy. 2013. Mengenal Gelombang Gempa dan Manfaatnya Bagi
Masyarakat. Diunduh dari http://log.viva.co.id/news/read/383405-mengenal-gelombang-gempa-dan-manfaatnya-bagi-masyarakat
pada tanggal 7 Oktober 2013 pukul 15.54 WIB.
Insih
Wilujeng. 2009. Petunjuk Praktikum Kebumian. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Jawaban
pertanyaan
1.
Kapankah
ilmuan perlu menggunakan metode ini untuk menemukan episentrum gempa?
Jawab:
Ilmuan
perlu menggunakan metode ini untuk menemukan episentrum gempa jika tidak
tersedia alat seismograf. Tanpa menggunakan seismograf, ilmuan masih dapat
menentukan episentrum gempa yaitu dengan menggunakan metode ini dengan catatan
terdapat data/ informasi tentang waktu datangnya gempa minimal dari 3 stasiun
pengamatan
2.
Bagaimana
seseorang dapat memprediksikan lokasi Episentrum tanpa seismografi?
Jawab
:
Tanpa
seismograf, seseorang tetap dapat memprediksikan lokasi episentrum dengan
beberapa cara seperti:
·
Menggunakan
rumus ASKA
∆ = {(S – P) – 1’} × 1.000 km
Keterangan :
(∆) = jarak episentral dari stasiun pengamat (kilometer)
S - P = selisih waktu pencatatan antara gelombang sekunder dan primer (menit)
1’ = satu menit
Keterangan :
(∆) = jarak episentral dari stasiun pengamat (kilometer)
S - P = selisih waktu pencatatan antara gelombang sekunder dan primer (menit)
1’ = satu menit
·
Metode
homoseista yaitu dengan membuat garis pada peta yang menghubungkan tempat di
permukaan bumi yang mencatat getaran gelombang seismic yang pertama pada waktu
yang sama.
I.
LAMPIRAN
Kegiatan
1 Kegiatan 2
Kegiatan
3 Kegiatan 4
Kegiatan
5
Tidak ada komentar:
Posting Komentar