Minggu, 10 November 2013

labib



LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN DAN TEKNIK LABORATORIUM IPA
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN DASAR


 







DISUSUN OLEH :
 KELOMPOK
V
1.      Yutika Tessarani                                 (12312241005)
2.      Vini Rahayu                                        (11312241012)
3.      Muhammad Labib Ridlo                     (12312241015)
4.      Ratnasari                                             (12312241016)



PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013


HALAMAN PENGESAHAN :
OBSERVASI RUANG LABORATORIUM DI LINGKUNGAN FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM, UNY


Oleh :
Kelompok V
Yogyakarta, 28 Oktober  2013
Anggota:
No.
Nama
NIM
Tanda tangan
1.
Yutika Tessarani
12312241005

2.
Vini Rahayu   
12312241012

3.
Muhammad Labib Ridlo
12312241015

4.
Ratnasari
12312241016



Diserahkan pada tanggal………………………………………………………………………………,, jam……………………………..
 
 



Mengetahui,
Desen Pembimbing


EKOSARI R., M.P.
NIP. 19611031 198902 2 001
PEMBUATAN DAN PENGENCERAN LARUTAN DASAR
A.  TUJUAN
1.    Mengetahui cara pembuatan dan pengenceran larutan dasar
2.    Mampu membuat dan mengencerkan larutan dasar
3.    Mengetahui cara pembuatan dan membuat larutan 100 ml  /NaCl/NaOH, konsentrasi 1 M, 50 ml  /NaCl/NaOH 0,5M dengan mengencerkan dari  /NaCl/NaOH 1M, dan 50 ml NaOH 0,1M dengan mengencerkan dari NaOH 0,5 M.
B.  KAJIAN PUSTAKA
Larutan  merupakan fase yang setiap hari ada di sekitar kita. Suatu  sistem  homogen  yang  mengandung dua atau  lebih zat yang masing-masing komponennya tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang heterogen disebut campuran. Biasanya istilah larutan dianggap sebagai cairanyang mengandung zat terlarut, misalnya padatan atau  gas dengan kata lain larutan tidakhanya terbatas pada cairan saja.
Komponen dari larutan terdiri dari dua jenis, pelarut dan zat terlarut, yang dapat dipertukarkan  tergantung  jumlahnya. Pelarut  merupakan komponen yang utamayang terdapat dalam jumlah yang banyak, sedangkan komponen minornya merupakan zat terlarut. Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Semua gas bersifat dapat bercampur dengan sesamanya, karena  itu campuran gas adalah larutan (Ekosari, 2012:17)    
Larutan didefinisikan sebagai campuran yang homogen antara 2 macam zat ataupun lebih. Larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Umumnya zat terlarut jumlahnya lebih sedikit dibanding pelarut. Sedangkan pelarut bisa berupa air ataupun cairan organik seperti metanol, etanol, aseton dan lain-lain.Pelarutan adalah membuat larutan dari padatan murni dengan mencampurkan zat terlarut dan pelarut dalam jumlah tertentu, sehingga konsentrasinya tetap.
Pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam sulfat ini merusak kulit.
Pengenceran yaitu suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan (Brady,1999).
Dalam pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan. Untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan standarisasi.standarisasi sering dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang didalam jumlah yang relative besar disebut pelarut (Baroroh, 2004).Dalam kimia, pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat homogen antara zat terlarut dan pelarut dalam larutan. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven (Gunawan, 2004.).
Prinsip Cara Mengencerkan
  1. Lakukan perhitungan pengenceran
  2. Masukan larutan pekat ke labu takar (dengan pemipetan)
  3. Tambahkan pelarut sampai leher labu takar
  4. Gojok hingga homogen
  5. Tambahkan pelarut sampai batas
  6. Tutup dan gojok lagi
Alat Pengenceran
https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEjUZZeiig6plixMwMQckAmoV2nhyS_Cu1wrLZYU61KZ7ZIeVFr-UALoQNK0StKuqXKSlWPpCIVvaeyaBGLdcMzyG5mjUb5r0-lnlE4N5jxA33njhwGc0i_rVrAdlUqB-CGUze6AO8DiDQqQ/s1600/labu.jpg
Cara pengenceran larutan bisa menggunakan alat pipet atau labu takar. Penggunaan labu takar akan lebih tepat dalam penaraan volume. Bila menggunakan labu takar, rawat alat dengan cara mencuci dengan sabun lunak dan bilas dengan air kran diikuti akuades. Kemudian biarkan kering sebelum digunakan kembali. Pengeringan labu takar jangan didalam oven.

Pembacaan Miniskus
  1. Letakkan labu takar pada tempat datar
  2. Posisi mata sejajar dengan tanda batas
  3. Untuk bentuk cekung, batas bawah cekungan tepat pada garis batas (misal air)
  4. Untuk cembung, batas atas cembungan tepat pada garis batas (misal Hg)
http://t3.gstatic.com/images?q=tbn:ANd9GcSFDreB3i_pyfvHuJH-WVVUsMPD-wJSTLJaJ519W5IKuK-7pu8&t=1&usg=__1Rv_chPkwpyKrXp3ypnUflYfy4U=
Larutan Cair dalam Cair
Bila dua cairan dicampurkan dan kemudia digojog, keduanya dapat bercampur sempurna, bercampur sebagian atau tidak bercampur.
Etil alkohol dan air dapat bercampur dalam  segala perbandingan, kedua cairan ini bercampur sempurna (completely miscible). Benzena dan air tidak terlarutsatu dalam lainnya, bila kedua cairan dicampur, akan terpisah menjadi dua  lapisan dengan batas yang tegas. Kedua cairan ini tidak bercampur (imiscible).
Ada beberapa zat cair, seperti air dan fenol, air dan aniline dan sebagainya yang bercampur sebagian (partially miscible). Kalau  mencampur zat cair yang demikian, maka mendapatkan dua lapisan. Misal mencampur fenol dengan air, maka pada bagian bawah diperoleh fenol dalam air dan pada bagian atas air dalam fenol. Pada 200C, lapisan bawah berisi 91,6% air dan 8,4% fenol sedang bagian aras berisi 27,8% air dan 72,2% fenol. Persentaseini tetap selama temperatur tetap, tetapi banyaknya relatif masing-masing bagian tidak sama, tergantung dari banyaknya zat mula-mula.
Kalau temperatur dinaikkan, maka daya campur kedua cairan  bertambah dan pada temperatur 65,850C kedua cairan membentuk campuran homogen. Di atas temperatur ini, campuran selaluhomogen. Temperatur tersebut dinamakan temperatur pelarutan kritis atau temperatur konsulate. Air dan anilin juga membentuk temperatur pelarut kritis maksimum seperti campuran air dan fenol, tetapi air dan nikotin membentuk temperatur pelarutan kritis maksimum dan minimum (Sukardjo, 1985:43-44).
Pengenceran Larutan
Larutan pekat sering disimpan dilaboratorium dalam ruang penyimpanan stok bahan kimia untuk digunakan sesuai keperluan. Seringkali kita mengencerkan larutan “stok” ini sebelum bekerja denganlarutan tersebut. Prosedur untuk penyiapan larutan yang kurang pekat dari larutan yang lebihpekat disebut pengenceran (dilution).
Andai ingin membuat 1 L larutan KMnO4 0,400 M dari larutan KMnO4 1,00 M. Untuk tujuan ini dibutuhkan  0,400 mol KmnO4. karena terdapat 1,00 mol KMnO4 dalam 1 L, atau 1000 mL larutan KMnO4 1,00 M, maka terdapat 0,400 mol KMnO4 dalam 0,400 x 1000 mL, atau 400 mL larutan yang sama :



 
 
  

Dengan demikian, harus diambil 400 mL larutan KMnO4 1,00 Mdan mengencerkannya sampai dengan 1000 mL dengan menambahkan air (dalam labu volumetrik 1 L). Metodeini menghasilkan 1 L larutan dengan konsentrasi KMnO4 yang diinginkan, yaitu 0,400 M.
 Dalam melakukan proses pengenceran, perlu diingat bahwa penambahan lebih banyak pelarut ke dalam sejumlah tertentu larutan stok akan mengubah (mengurangi) konsentrasi larutan tanpa mengubah jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam larutan. Dengan kata lain,
Mol zat terlarut sebelum pengenceran = mol zat terlarut setelah pengenceran.
Karena molaritas didefinisikan sebagai mol zat terlarut dalam 1 L larutan, bahwa jumlah mol zat terlarut adalah :


 




Atau
M V          =          mol zat terlarut
Karena semua zat terlarut berasal dari stok awal, dapat disimpulkan bahwa
Mawal Vawal             =          Makhir Vakhir
mol zat terlarut sebelum pengenceran  =  mol  zat terlarut setelah pengenceran
dengan Mawal dan Makhir adalah konentrasi awal dan konsentrasi akhir larutan dalam molaritas dan Vawal dan Vakhir adalah volume awaldanvolume akhir larutan. Tentu saja, satuan Vawal dan Vakhir harus sama (mililiter atau liter) dalam proses perhitungan. Untuk menguji masuk akal atau tidaknya jawaban, pastikan bahwa Mawal > Makhir  dan Vawal > Vakhir (Chang, 2004:108-109)
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a) Eksoterm, yaitu proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan turun.
b) Endoterm, yaitu menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Larutan tak jenuh yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion < Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b) Larutan jenuh yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion = Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c) Larutan sangat jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut, larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif lebih sedikit solute dibanding solvent.
Larutan Baku (Larutan Standar)
Larutan baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui. Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer.
a.    Larutan baku primer
Larutan yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat larutan baku primer :
o    Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)
o    Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.
o    Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
o    Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang besar.
o    Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
o    Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung.
b.   Larutan baku sekunder
Larutan suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2
Syarat-syarat larutan baku sekunder :
§   Derajat kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
§   Mempunyai berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
§   Larutannya relatif stabil dalam penyimpanan.
Molaritas
Molaritas, konsentrasi sistem ini didasarkan pada volume dan dapat dengan mudah digunakan di laboratorium prosedur, dimana volume larutan adalah kuantitas yang diukur. Hal ini didefinisikan sebagai sisematis sebagai berikut:
M = n / V
Konsentrasi larutan menyatakan jumlah zat terlarut yang terkandung dalam pelarut atau pelarut.
Dalam pekerjaan sehari-hari di laboratorium biasanya digunakan untuk menurunkan konsentrasi larutan dengan menambahkan pelarut. Banyak laboratorium Kimia membuat larutan pekat dari senyawa kimia dengan menambahkan air suling. Karena ini adalah cara yang sangat ekonomis, biasanya solusinya sangat terkonsentrasi dan harus diencerkan. Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan menambahkan pelarut untuk mendapatkan volume akhir besar (James E. Brady, 1999: 102).
Untuk membuat larutan dengan konsentrasi tertentu harus dipertimbangkan:
-          Jika padatan, memahami unit pertama yang diinginkan. Berapa volume atau massa larutan yang akan dibuat.
-                 Jika solusi yang lebih terkonsentrasi, menyesuaikan unit konsentrasi larutan yang diketahui dengan satuan yang diinginkan, jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran adalah sama. Larutan yang mengandung zat terlarut lebih (pekat) dibandingkan dalam larutan jenuh pada suhu yang sama.
Dalam pekerjaan di laboratorium, biasanya kita menggunakan larutan konsentrasi rendah dengan menambahkan pelarut, seperti bahan kimia laboratorium dibeli dalam larutan air senyawa kimia yang konsentrasinya sangat terkonsentrasi, ini adalah cara yang paling ekonomis. Biasanya solusi yang dibeli adalah larutan pekat, sehingga solusi ini harus diencerkan. Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan menambahkan pelarut untuk mendapatkan volume akhir yang lebih besar. Jadi membuat konsentrasi larutan menjadi lebih rendah.
Hal yang paling penting untuk keamanan pada saat pengenceran, jika larutan pekat dari senyawa kimia diencerkan, kadang-kadang merilis beberapa panas, terutama pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman maka asam sulfat yang ditambahkan ke dalam air, bukan sebaliknya. Jika air ditambahkan ke asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan akan air begitu besar dan menyebabkan mendidih dan menyebabkan asam sulfat cipratan tiba-tiba dan akan merusak kulit.
 Asam asetat
 Asam asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2. Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH, atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah cairan higroskopis tak berwarna, dan memiliki titik beku 16.7°C. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan sebuah asam lemah, artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+ dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Asam asetat (acetic acid) adalah asam lemah yang mungkin paling dikenal karena menjadi komposisi utama dalam cuka.
Namun, asam asetat tidak hanya berguna sebagai bahan penyedap masakan, tetapi juga diproduksi dalam jumlah besar untuk berbagai kegunaan lain. Asam organik ini bisa diproduksi dalam berbagai konsentrasi. Dalam bentuk murni, asam asetat dikenal sebagai asam asetat glasial karena mengkristal dalam suhu dingin. Terdapat beberapa cara pembuatan asam asetat. Salah satu metode adalah fermentasi bakteri, teknik yang digunakan untuk membuat cuka, di mana asam asetat dihasilkan sebagai produk sampingan dari penguraian bakteri. Kondisi asam akan menghambat pertumbuhan bakteri, menjaga makanan aman dari kontaminasi. Dalam industri, asam asetat digunakan dalam berbagai proses. Senyawa ini juga digunakan dalam produksi bahan kimia dan penelitian, dimana dibutuhkan asam lemah. Seperti asam lainnya, asam asetat bersifat korosif bagi banyak zat dan bisa terlibat dalam berbagai reaksi kimia. Asam asetat dikenal digunakan sebagai pelarut, reagen, katalis, dan pestisida.
Natrium hidroksida (NaOH),
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.
Natrium hidroksida  (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik alkali dan, adalah dasar logam kaustik. Hal ini digunakan di banyak industri, terutama sebagai basis kimia yang kuat dalam pembuatan pulp dan kertas, tekstil, air minum,sabun dan deterjen dan sebagai pembersih tiriskan. Produksi di seluruh dunia pada tahun 2004 adalah sekitar 60 juta ton,sementara permintaan adalah 51 juta ton.  Natrium hidroksida murni adalah padatan putih yang tersedia dipelet, serpih, butiran, dan sebagai larutan jenuh 50%. Ini adalahhigroskopis dan mudah menyerap karbon dioksida dari udara,sehingga harus disimpan dalam wadah kedap udara. Hal ini sangat larut dalam air dengan pembebasan panas. Hal ini juga larut dalam etanol dan metanol, meskipun pameran kelarutan rendah dalam pelarut dari pada kalium hidroksida. Natrium hidroksida cair juga merupakan basis yang kuat, namun suhu tinggi yang diperlukan aplikasi batas. Hal ini tidak larut dalam eter dan pelarut non-polar. Sebuah larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas. Natrium hidroksida didominasi ion, mengandung kation natrium hidroksida dan anion. Anion hidroksida natrium hidroksida membuat dasar yang kuat yang bereaksi dengan asam membentuk air dan garam yang sesuai.
Natrium hidroksida bereaksi dengan asam protik untuk memberikan air dan garam yang sesuai. Sebagai contoh, dengan asam klorida, natrium klorida terbentuk:
NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)
Secara umum reaksi netralisasi tersebut diwakili oleh satu persamaan ionik sederhana bersih:
OH-(aq) + H + (aq) → H2O (l)
Jenis reaksi dengan panas rilis asam kuat, dan karenanya disebut sebagai eksotermik. Seperti reaksi asam-basa juga dapat
digunakan untuk titrasi. Namun, natrium hidroksida tidak digunakan sebagai standar primer karena bersifat higroskopisdan menyerap karbon dioksida dari udara.
Natrium hidroksida adalah basa kuat utama yang digunakandalam industri kimia. Dalam massal itu yang paling seringditangani sebagai larutan berair, karena solusi yang lebih murahdan lebih mudah untuk menangani. Natrium hidroksida, basa kuat, bertanggung jawab untuk sebagian besar aplikasi ini.Dasar yang kuat lain seperti kalium hidroksida adalah mungkin untuk menghasilkan hasil yang positif juga.
56% natrium hidroksida yang dihasilkan digunakan oleh industri kimia, dengan 25% dari total sama yang digunakan oleh industri kertas. Natrium hidroksida juga digunakan untuk pembuatangaram natrium dan deterjen, untuk regulasi pH, dan untuk sintesisorganik. Hal ini digunakan dalam proses Bayer produksi aluminium.
Natrium hidroksida digunakan dalam banyak skenario dimana diinginkan untuk meningkatkan alkalinitas campuran, atau untuk menetralkan asam.
Sebagai contoh, natrium hidroksida digunakan sebagai aditif dalam lumpur pengeboran untukmeningkatkan alkalinitas dalamsistem lumpur bentonit meningkatkan viskositas lumpur, sertamenetralisir gas asam (seperti sulfida hidrogen dan karbon dioksida) yang mungkin dihadapi dalam formasi geologi sebagai pengeboran berlangsung.
Natrium klorida (NaCl)
Natrium klorida, juga dikenal dengan garam dapur, atau halit, adalah senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Senyawa ini adalah garam yang paling memengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak organisme multiselular. Sebagai komponen utama pada garam dapur, natrium klorida sering digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan Sodium Chlorida atau Natrium Chlorida (NaCl) yang dikenal sebagai garam adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Zat ini pada proses perlakuan penyimpanan benih recalsitran berkedudukan sebagai medium inhibitor yang fungsinya menghambat proses metabolisme benih sehingga perkecambahan pada benih recalsitran dapat terhambat. Dengan kemampuan tingkat osmotik yang tinggi ini maka apabila NaCl terlarut di dalam air maka air tersebut akan mempunyai nilai atau tingkat konsentrasi yang tinggi yang dapat mengimbibisi kandungan air (konsentrasi rendah)/low concentrate yang terdapat di dalam tubuh benih sehingga akan diperoleh keseimbangan kadar air pada benih tersebut.
 Hal ini dapat terjadi karena H2O akan berpindah dari konsentrasi yang rendah ke tempat yang memiliki konsentrasi yang tinggi. Hal ini merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi benih recalsitran, karena sebagaimana kita ketahui benih recalsitran yaitu benih yang memiliki tingkat kadar air yang tinggi dan sangat peka terhadap penurunan kadar air yang rendah. Kadar air yang tinggi menyebabkan benih recalsitran selalu mengalami perkecambahan dan berjamur selama masa penyimpanan atau pengiriman ketempat tujuan. Namun dengan perlakuan konsentrasi sodium chlorida (NaCl) maka hal ini dapat teratasi.Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif (kation) dan ion negatif (anion), sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam terbentuk dari hasil reaksi asam dan basa. Komponen kation dan anion ini dapat berupa senyawa anorganik seperti klorida (Cl), dan bisa juga berupa senyawa organik seperti asetat (CH3COO) dan ion monoatomik seperti fluorida (F), serta ion poliatomik seperti sulfat (SO42−). Natrium klorida (NaCl), bahan utama garam dapur adalah suatu garam.
Ada banyak macam-macam garam. Garam yang terhidrolisa dan membentuk ion hidroksida ketika dilarutkan dalam air maka dinamakan garam basa. Garam yang terhidrolisa dan membentuk ion hidronium di air disebut sebagai garam asam. Garam netral adalah garam yang bukan garam asam maupun garam basa. Larutan Zwitterion mempunyai sebuah anionik dan kationik di tengah di molekul yang sama, tapi tidak disebut sebagai garam. Contohnya adalah asam amino, metabolit, peptida, dan protein. Natrium Klorida, yang juga dikenal sebagai garam meja, atau garam karang, merupakan senyawa ion dengan rumus NaCl. Natrium Klorida adalah garam yang paling berperan penting dalam salinitas laut dan dalam cairan ekstraselular dari banyak organisme multiselular. Garam sangat umum digunakan sebagai bumbu makanan dan pengawet. Natrium Klorida adalah garam yang berbentuk kristal atau bubuk berwarna putih. NaCl dapat larut dalam air tetapi tidak larut dalam alkohol. NaCl juga merupakan senyawa natrium yang berlimpah di alam. 2NaCl + 2H2O →Cl2+ H2+ 2NaOH.
Natrium Klorida digunakan dalam proses kimia untuk skala besar produksi senyawa yang mengandung Sodium atau Khlor. Sejak akhir abad ke – 19, pada waktu proses elektrolisis secara besar– besaran diperkenalkan, telah dapat dibuat bermacam – macam senyawa dengan bahan baku NaCl, misalnya Natrium Hidroksida, Asam Klorida, Natrium Karbonat, Natrium Sulfite dan senyawa – senyawa lainnya.Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap liternya mempunyai komposisi Natrium Klorida 9,0 gram dengan osmolalitas 308 mOsm/l setara dengan ion – ion Na+ 154 mEq/l dan Cl 154 mEq/l (InETNA,2004:16 ; ISO Indonesia,2000:18).
C.  Metode praktikum
v  Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat                   : Laboratorium IPA 2
Waktu                     : 24 Oktober 2013
v  Alat dan bahan 
·            Larutan  dengan Volume (100 ml, 50 ml dan kosentrasi 1 M, 0,5 M dan 0,1 M)
·            Kristal  dengan Volume (100 ml, 50 ml dan kosentrasi 1 M, 0,5 M dan 0,1 M)
·             Larutan  dengan Volume (100 ml, 50 ml dan kosentrasi 1 M, 0,5 M dan 0,1 M)

·            Labu Ukur
·            Neraca Analitik
·            Pipet Tetes
·            Aquades
·            Gelas ukur
·            Kaca Arloji
·            Ball pipet
·            Plastik


D.  PROSEDUR OBSERVASI
Cara membuat larutan dari bahan zat terlarut dengan wujud zat cair


Cara mengencerkan larutan

Cara membuat larutan dari zat terlarut padatan


E.   HASIL OBSERVASI
No.
Larutan
Perubahan yang Terjadi
1.
NaOH 1 M
·      Labu ukurnya Panas
·      Muncul gelembung yang menjadi busa
·      Warnanya jernih
NaOH 0,5 M
·         Labu ukurannya tidak panas
·         Tidak muncul gelembung yang menjadi busa
·         Warnanya jernih tidak berubah
NaOH 0,1 M
·         Labu ukur tidak hangat
·         Tidak muncul gelembung yang menjadi busa
·         Warnanya tetep jernih tidak berubah
2.
1 M
·         Baunya menyengat
·         Labu ukur tidak hangat
·         Tidak ada gelembung/busa
0,5 M
·         Ada bau, namun tidak begitu menyengat
·         Tidak ada gelembung/ busa
·         Warnanya bening (tidak berwarna)
0,1 M
·         Buanya semakin tidak menyengat
·         Tidak berwarna
·         Muncul buih setelah digojog 
3
 1 M
·         Berbusa setelah digojog
·         Tidak berwarna

NaCl 0,5 M
·         Tidak berwarna
·         Muncul buih setelah digojog

NaCl 0,1 M
·         Tidak berwarna
·         Muncul buih setelah digojog


F.   ANALISIS DATA
1.       a. 100 ml CH3COOH 1M
Mr = 60
ρ = 1,05 x 103 gr/L
P = 100 %

M1 x V1 = M2 x V2
1M x 100ml  =  17,5M x V2
                        V2  = 5,71 ml
Untuk membuat CH3COOH 1M sebanyak 100ml membutuhkan volume CH3COOH sebanyak 5,7 ml
b. 50 ml CH3COOH 0,5M dengan mengencerkan dari CH3COOH 1M
M1 x V1 = M2 x V2
0,5M x 50ml = 1M x V2
               V2    = 25 ml
c.    50 ml CH3COOH 0,1M dengan mengencerkan dari CH3COOH 0,5M
M1 x V1 = M2 x V2
0,1M x 50ml = 0,5M x V2
               V2    = 10 ml
2.      a. 100 ml NaOH 1M
Mr NaOH = 40
m = 4 gram
b. 50 ml NaOH 0,5M dengan mengencerkan dari NaOH 1M
M1 x V1 = M2 x V2
0,5M x 50ml = 1M x V2
                             V2    = 25 ml
c. 50 ml NaOH 0,1M dengan mengencerkan dari NaOH 0,5M
M1 x V1 = M2 x V2
0,1M x 50ml = 0,5M x V2
                             V2    = 10 ml
3.      a. 100 ml NaCl 1M
Mr NaCl = 58,5
m = 5,85 gram
b. 50 ml NaOH 0,5M dengan mengencerkan dari NaOH 1M
M1 x V1 = M2 x V2
0,5M x 50ml = 1M x V2
                             V2    = 25 ml
c. 50 ml NaOH 0,1M dengan mengencerkan dari NaOH 0,5M
M1 x V1 = M2 x V2
0,1M x 50ml = 0,5M x V2
                                     V2    = 10 ml
G.  PEMBAHASAN
Kegiatan yang berjudul “Pembuatan dan Pengenceran Larutan Dasar” yang dilaksanakan pada hari Senin, 28 Oktober 2013 di Laboratorium IPA 2 bertujuan untuk Mengetahui cara pembuatan dan pengenceran larutan dasar, mampu membuat dan mengencerkan larutan dasar, mengetahui cara pembuatan dan membuat larutan 100 ml  /NaCl/NaOH, konsentrasi 1 M, 50 ml  /NaCl/NaOH 0,5M dengan mengencerkan dari  /NaCl/NaOH 1M, dan 50 ml NaOH 0,1M dengan mengencerkan dari NaOH 0,5 M. Alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini antara lain: Larutan  dengan Volume (100 ml, 50 ml dan kosentrasi 1 M, 0,5 M dan 0,1 M), Kristal  dengan Volume (100 ml, 50 ml dan kosentrasi 1 M, 0,5 M dan 0,1 M), larutan  dengan volume (100 ml, 50 ml dan kosentrasi 1 m, 0,5 m dan 0,1 m), labu ukur, neraca analitik, pipet tetes, aquades, gelas ukur, kaca arloji, ball pipet, plastik serta alat tulis. Berikut adalah penjelasan pembuatan dan pengenceran tiap-tiap larutan :

1.        CH3COOH
Pada percobaan ini, akan  membuat  100 ml larutan CH3COOH  1  M, kemudian diencerkan menjadi CH3COOH 0,5 M dan yang terakhir diencerkan kembali menjadi 0,1 M. Jadi dalam percobaan ini akan didapatkan larutan CH3COOH dengan 3 konsentrasi yaitu 1M, 0,5M, dan 0,1M. Langkah pertama dalam pembuatan larutan ini adalah menentukan konsentrasi CH3COOH yang diperlukan untuk membuat 100 mL CH3COOH 1M. Diketahui besarnya Mr CH3COOH adalah 60, dan konsentrasi (M) yang ingin dicapai sebesar 1M, 0,5M, dan 0,1M. Konsentrasi CH3COOH yang dibutuhkan dapat diketahui melalui perhitungan berikut:

a.       Diketahui : %P = 100%
                       = 1,05 kg/L
                    Mr = 60
Ditanya :  M..?
Jawab :
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui konsentrasi CH3COOH yang dibutuhkan yaitu sebesar 17,5 M. Setelah mengetahui konsentrasi CH3COOH yang dibutuhkan dalam membuat larutan, kemudian praktikan mengukur volume yang dibutuhkan untuk mengencerkan larutan CH3COOH  17,5 M menjadi 1M, 0,5M, dan 0,1M. Hal tersebut dapat diketahui dengan perhitungan sebagai berikut :
1)      CH3COOH 17,5 M diencerkan menjadi 100 mL CH3COOH 1 M
M1V1 = M2V2
17,5 x V1 = 1 x 100
V1 =  
V1 = 5,7 mL
2)      CH3COOH 1 M kemudian diencerkan menjadi 50 mL CH3COOH 0,5M
M1V1 = M2V2
1x V1 = 0,5 x 50
V1 =  
V1 = 25 mL

3)      CH3COOH 0,5 M kemudian diencerkan menjadi 50 mL CH3COOH 0,1M
M1V1 = M2V2
0,5 x V1=  0,1 x 50
V1 =  
V1 = 10 mL
Menurut literatur, pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar. Pengenceran CH3COOH merupakan mencampur CH3COOH yang berkonsentrasi tinggi dengan menambahkan pelarut berupa air untuk mendapatkan volume akhir yang lebih besar. Sehingga membuat konsentrasi CH3COOH menjadi lebih rendah. Berikut ini adalah reaksi yang terjadi antara CH3COOH dengan air:
CH3COOH    + H2O  à   H+  + CH3COO
Pada larutan asam asetat, molekul-molekul CH3COOH secara tetap akan bertumbukan dengan molekul air dan setiap tumbukan ada ke­mungkinan sebuah proton dari molekul CH3COOH akan berpindah ke molekul air dan menghasilkan H+ serta CH3COO- ion. Tapi dalam larutan ini ada juga pertemuan antara ion asetat dan ion hidronium. Bila kedua ion ini bertemu, kemungkinan besar dari ion H+  akan melepaskan protonnya ke ion CH3COO- untuk membentuk kembali mo­lekul-molekul CH3COOH dan H20. Sehingga dalam larutan ini ada dua reaksi yang berjalan bersamaan
CH3COOH    + H2O  à   H+  + CH3COO-
H+  + CH3COO-          à   CH3COOH    + H2O 
Menurut hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui konsentrasi yang dibutuhkan untuk mengencerkan larutan CH3COOH menjadi berkonsentrasi 1M, 0,5M, dan 0,1M yaitu sebanyak 17,5M. Konsentrasi sebanyak 17,5 M tersebut, kemudian diencerkan menjadi larutan CH3COOH 1 M dengan volumenya yaitu 100 ml, dan volume air yang dibutuhkan dalam pengenceran ini sebanyak 5,7mL. Setelah mengetahui volume yang dibutuhkan untuk mengencerkan larutan CH3COOH 1 M dengan volumenya 100 mL, praktikan mengencerkan 100 mL CH3COOH 1 M menjadi CH3COOH 0,5 M dan 0,1 M. Pada pengenceran CH3COOH 1 M menjadi 0,5 M volume air yang diperlukan menurut perhitungan, secara berturut-turut yaitu sebanyak 25 mL dan 10 mL.
Setelah mengetahui berapa konsentrasi dan volume yang dibutuhkan dalam pengenceran, kemudian praktikan melakukan percobaaan dengan mengambil cairan larutan CH3COOH dengan menggunakan bulb pipet dan memasukkan larutan CH3COOH ke dalam labu ukur secara perlahan-lahan melalui dinding labu ukur. Selanjutnya larutan tersebut digojog dengan pelan dan menambahkan aquades sampai tanda batas labu ukur, Dalam penambahan ini untuk mengantisipasi kelebihan dalam penambahan aquades, maka saat hampir mencapai batas ukur praktikan menggunakan pipet tetes dalam penambahan aquades tersebut. Kemudian labu ukur ditutup dan menggojog larutan dengan arah dijungkir balikkan / atas bawah sampai semuanya tercampur. Langkah terakhir adalah mengamati perubahan yang terjadi.
Berdasarkan hasil pengamatan praktikan ,perubahan yang terjadi pada pengenceran larutan yaitu :
Pada larutan CH3COOH 1M, tidak terjadi perubahan warna, tetapi muncul gelembung setelah digojog dan bau yang menyengat. Untuk larutan CH3COOH  0,5 M juga tidak adanya warna yang berubah, masih muncul gelembung setelah digojog, dan bau pada larutan sudah berkurang atau tidak terlalu menyengat. Selanjutnya untuk larutan CH3COOH  0,1 M juga tidak mengalami adanya perubahan warna, tetap muncul gelembung setelah digojog,  dan bau semakin tidak menyengat.
2.        NaCl
Pada praktikum kali ini, praktikan membuat larutan NaOH, larutan CH3COOH, larutan NaCl (1M, 0,5M, dan 0,1M). Untuk membuat suatu larutan dalam laboratorium diperlukan cara-cara tertentu agar tidak terjadi kesalahan yang dapat membahayakan diri kita sendiri. Untuk pembuatan larutan dengan konsentrasi tertentu dapat dilakukan dengan cara mengencerkan larutan pekatnya atau membuat dari kristalnya. Larutan NaOH dan NaCl dibuat dari kristalnya, sedangkan larutan CH3COOH dibuat dengan cara mengencerkan larutan pekatnya. Pengenceran adalah suatu kegiatan mencampurkan suatu larutan pekat (berkonsentrasi tinggi) dengan larutan pengencer (akuades) menjadi larutan dengan konsentrasi yang lebih rendah dari larutan terlarutnya. Pengenceran dilakukan dengan menambahkan aquades ke dalam larutan yang pekat. Penambahan aquades ini mengakibatkan konsentrasi berubah dan volume diperbesar tetapi jumlah mol zat terlarut tetap.
Pembuatan dan pengenceran larutan NaCl
Larutan NaCl dibuat dari kristalnya, dengan cara menambahkan akuades dalam volume tertentu. Untuk mengetahui seberapa banyak (gram) kristal NaCl yang diperlukan untuk membuat larutan NaCl 1M, sebelumnya praktikan harus menghitung terlebih dahulu dengan menggunakan rumus:
M=
Dimana
M : molaritas zat yang akan dibuat
gr : massa zat terlarut yang dibutuhkan
Mr : massa molekul relatif
V : volume yang larutan yang akan dibuat
Dalam kegiatan ini, praktikan membuat 100 mL larutan NaCl 1 M (Mr NaCl = 58,5). Dari hasil analisis data berdasarkan rumus di atas, kita dapat mengetahui kristal NaCl yang diperlukan yaitu sebanyak 58,5 gram. Setelah itu praktikan menimbang kristal NaCl dengan menggunakan neraca analitik. Saat penimbangan praktikan harus menggunakan kertas atau plastik sebagai alas supaya kristal NaCl tidak tercecer. Perlu diperhatikan, labu ukur harus diisi sedikit akuades sebelum kristal dimasukkan. Hal ini dilakukan supaya kristal ini lebih cepat larut.
Kristal yang telah ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur berisi sedikit akuades dengan hati-hati lalu menggoyang-goyang labu ukur. Setelah semua larut, semudian praktikan  menambahkan akuades sampai tanda batas. Labu ukur yang digunakan dalam percobaan ini yaitu labu berukuran 100mL. Untuk menghomogenkan larutan dilakukan dengan cara menutup labu volumetrik dengan tutupnya, ibu jari menekan tutup dan gojog secara bolak-balik (ke atas-bawah). Ternyata larutan berbusa setelah digojog dan warna larutan bening. Selanjutnya praktikan menggunakan larutan ini sebagai bahan yang akan digunakan untuk membuat larutan NaCl 0,5 M.

Membuat larutan NaCl 0,5 M
Larutan NaCl 0,5 M 50 mL dibuat dengan cara mengencerkan larutan NaCl 1M yang telah praktikan buat sebelumnya dengan menggunakan akuades. Sebelum melakukan pengenceran praktikan harus menghitung volume larutan NaCl yang akan diencerkan dengan menggunakan rumus:
V1.M1= V2.M2
Dimana
V1: volume zat pekat
V2: volume encer ( yang akan dibuat)
M1: molaritas za pekat
M2: molaritas encer (yang akan dibuat)
Dari hasil analisis data yang praktikan lakukan, dapat diketahui untuk membuat 50 mL larutan NaCl 0,5 M dibutuhkan larutan NaCl 1 M sebanyak 25 mL. Kemudian praktikan mengambil 25 mL larutan NaCl 1 M dengan menggunakan pipet ukur (10 mL) beserta ball pipet. Adapun cara menggunakan ball pipet yaitu saat mengambil larutan, praktikan harus menekan huruf S, sedangkan untuk mengeluarkan larutan praktika harus menekan huruf E.
Setelah itu, memasukkan 25 mL larutan NaCl 1 M ke dalam labu volumetrik berukuran 50 mL dan menambahkan akuades sampai batas. Untuk menghomogenkan larutan dilakukan dengan cara menutup labu volumetrik dengan tutupnya, ibu jari menekan tutupdan menggojognya secara bolak-balik. Setelah digojog muncul buih di bagian atas dan larutan tetap bening. Larutan encer yang sudah dibuat kemudian digunakan sebagai bahan untuk membuat larutan NaCl 0,1 M dan sisanya dimasukkan ke dalam tempat yang telah disediakan.
Membuat larutan NaCl 0,1 M
Larutan NaCl 0,1 M dibuat dari pengenceran larutan NaCl 0,5 M. Sebelumnya, praktikan menghitung volume larutan pekat yang akan diencerkan. Rumus pengenceran yang digunakan yaitu V1.M1= V2.M2
Dari hasil perhitungan, dapat diketahui banyaknya larutan NaCl 0,5 M yang dibutuhkan untuk membuat 50 mL larutan NaCl 0,1 M yaitu sebanyak 10 mL. Kemudian praktikan mengambil 10 mL larutan NaCl 0,5 M dengan menggunakan pipet ukur (10 mL) beserta ball pipet. Adapun cara menggunakan ball pipet yaitu saat mengambil larutan, praktikan harus menekan huruf S, sedangkan untuk mengeluarkan larutan praktika harus menekan huruf E.
Selanjutnya praktikan memasukkan 10 mL larutan NaCl 0,5 M ke dalam labu volumetrik berukuran 50 mL dan menambahkan akuades sampai batas. Untuk menghomogenkan larutan dilakukan dengan cara menutup labu volumetrik dengan tutupnya, ibu jari menekan tutupdan menggojognya secara bolak-balik. Setelah digojog muncul buih di bagian atas dan larutan tetap bening. Larutan encer yang sudah dibuat kemudian dimasukkan ke dalam tempat yang telah disediakan.
3.    NaOH
a.       Pembuatan Larutan NaOH
            Larutan kedua yang dilarutkan praktikan yaitu larutan NaOH. Larutan didefinisikan sebagai campuran yang homogen antara 2 macam zat ataupun lebih. Larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Pada percobaan kedua ini yangberperan sebagai zat terlarut adalah NaOH sebanyak 1 gram, sedangkan zat pelarutnya adalah aquades. Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam laboratorium kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.
            Dalam percobaan ini, akan dilakukan 2 kegiatan, yaitu pembuatan larutan dasar, dan pengenceran larutan dasar. Pembuatan larutan NaOH dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama-tama praktikan menghitung berapa massa zat terlarut yang harus diambil. Karena larutan yang kedua ini menggunakan zat terlarut berupa padatan, maka praktikan terlebih dahulu menghitung jumlah Kristal NaOH yang akan dilarutkan dengan rumus sebagai berikut :
M= 
            Dimana
            M = Molaritas zat yang akan dibuat,
            g =   massa zat terlarut yang dibutuhkan,
            Mr = massa molekul relative, dan
            V = volume yang akan dibuat.
Adapun molaritasnya sudah ditentukan sebelumnya, yaitu 1 M. dengan diketahui  molaritasnya, maka praktikan dapat mengetahui seberapa banyak Kristal NaOH yang akan dilarutkan dengan menggunakan rumus diatas. Dari hasil perhitungan, didapatkan Kristal NaOh yang akan dilarutkan sebanyak 4 gram. Praktikan menimbang Kristal NaOH yang akan digunakan dalam percobaan dengan neraca analitik (digital), adapun sebelum menimbang kristal NaOHnya, kaca arloji sebagai wadah zat yang akan ditimbang, dilapisi dulu dengan plastic bening, hal ini dilakukan agar menghindari kontak langsung antara NaOH dengan kaca arloji, dimana NaOH ini sangat reaktif terhadap bahan seperti kaca, bahan ini dapat mengkorosi gelas, membentuk natrium silikat. Langkah selanjutnya, yaitu praktikan memasukkan sedikit aquades kedalam labu volumetric yang akan dipakai (100 Ml), kemudian memasukkan NaOH yang sudah ditimbang, praktikan menggunakan alat bantu kertas untuk memasukkan NaOH kedalam labu volumetric yang lubangnya kecil. Setelah semua Kristal NaOH masuk kedalam labu volumetric, praktikan menambahkan aquades sedikit demi sedikit sambil dilarutkan dengan cara menggojog labu volumetric, setelah semua larut, praktikan menambahkan aquades sampai tanda batas melewati dinding labu volumetric agar reaksi nya bisa teramati dengan jelas.
Pada saat larutan NaOH dilarutkan dengan aquades, larutan tersebut terasa panas. Hal ini disebabkan karena adanya reaksi eksoterm yaitu perpindahan kalor dari sistem ke lingkungan, sehingga suhu lingkungan naik (reaksi kimia disertai pengeluaran panas ke lingkungan). Semakin banyak NaOH yang dilarutkan dalam air, maka suhunya makin tinggi. NaOH bersifat basa kuat karena atom Na+ memiliki energi yang cukup rendah. Dan juga pada saat pelarutan NaOH dengan aquades tidak terjadi perubahan warna pada air tidak terjadi perubahan warna karena larutan yang terbentuk adalah larutan sejati yaitu komponen-komponennya tidak akan terpisah jika didiamkan dan larutan tersebut adalah larutan yang tidak ada bidang batas antara zat terlarut dan pelarutnya, artinya tidak dapat dibedakan antara pelarut dan zat terlarut. Berikut adalah reaksi antara NaOH dan aquades:
NaOH(s) + H2O(l) → NaOH(aq) + H2O(l).
Selanjutnya menghomogenkan larutan dengan cara menutup labu volumetric dengan tutupnya, dan ibu jari menekan tutup labu tersebut kemudian menggojognya secara bolak-balik. saat larutan sudah homogenya, praktikan mengamati reaksi yang terjadi pada labu volumetric, yaitu labu volumetric terasa panas, dan muncul gelembung pada larutan dan kemudian menjadi busa. Hal ini tidak sesuai dengan hasil reaksi dari NaOH dan aquades, dimana menurut reaksi kimianya tidak ada gas yang dihasilkan. pelarutan NaOH dengan aquades ini tidak merubah warna dari larutan, jsdi larutan tetap bening atau tidak berwarna.

b.      Pengenceran larutan NaOH I M menjadi 0,5 M
Setelah larutan NaOH  1 M selesai dibuat, percobaa selanjutnya yaitu pengenceran larutan NaOH. Pengenceran yaitu suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan. Sebelum melakukan pengenceran, praktikan terlebih dahulu menghitung volume zat yang akan diencerkan, adapun rumus yag digunakan untuk mengetahui seberapa banyak volume NaOH yang akan diencerkan untuk mendapatkan konsetrasi sebesar 0,5 M yaitu :
M1 x V1 = M2 x V2
Dimana :
            M1 = konsentrasi zat pekat
            M2 = konsentrasi encer (yang akan dibuat)
            V1= volume zat pekat
            V2= volume encer ( yang akan dibuat)
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus diatas, maka didapat volume larutan NaOH yang akan diencerkan untuk mencapai konsentrasi 0,5 M sebanyak 25 ml. setelah mengetahui jumlah larutan yang akan diencerkan, kemudian prakyikan memasukkan zat yang pekat, dalam hal ini larutan NaOH 1 M kedalam labu volumetric (missal 50 ml). selanjutnya praktikan menambahkan aquades sampai tanda batas. Selanjutnya praktikan menghomogenkan larutaan dengan cara menutup labu volumetric dengan tutupnya, ibu jari menekan tutup dan digojog secara bolak-balik, dan didapatlah larutan NaOH 0,5 M. dari pengenceran larutan NaOH 1 M menjadi 0,5 M ini praktikan tidak melihat adanya gejala-gejala yang terjadi dari reaksi pengenceran tersebut, labu ukur tidak terasa panas, tidak muncul gelembung-gelembung gas serta warnanyatidak berubah, tetap jernih saat sebelum terjadi pengenceran.

c.       Pengenceran larutan NaOH 0,5 M menjadi 0,1 M
            Setelah larutan NaOH  0,5 M selesai dibuat, percobaan selanjutnya yaitu pengenceran larutan NaOH menjadi 0,1 M. Seperti percobaan sebelumnya, Sebelum melakukan pengenceran, praktikan terlebih dahulu menghitung volume zat yang akan diencerkan, adapun rumus yag digunakan untuk mengetahui seberapa banyak volume NaOH yang akan diencerkan untuk mendapatkan konsetrasi sebesar 0,1 M yaitu :
M1 x V1 = M2 x V2
Dimana :
            M1 = konsentrasi zat pekat
            M2 = konsentrasi encer (yang akan dibuat)
            V1= volume zat pekat
            V2= volume encer ( yang akan dibuat)
Dari hasil perhitungan menggunakan rumus diatas, maka didapat volume larutan NaOH yang akan diencerkan untuk mencapai konsentrasi 0,5 M sebanyak 10 ml. setelah mengetahui jumlah larutan yang akan diencerkan, kemudian prakyikan memasukkan zat yang pekat, dalam hal ini larutan NaOH 0,5 M kedalam labu volumetric (missal 50 ml). selanjutnya praktikan menambahkan aquades sampai tanda batas. Selanjutnya praktikan menghomogenkan larutaan dengan cara menutup labu volumetric dengan tutupnya, ibu jari menekan tutup dan digojog secara bolak-balik, dan didapatlah larutan NaOH 0,1 M. dari pengenceran larutan NaOH 1 M menjadi 0,5 M ini praktikan tidak melihat adanya gejala-gejala yang terjadi dari reaksi pengenceran tersebut, labu ukur tidak terasa panas, tidak muncul gelembung-gelembung gas serta warnanya tidak berubah, tetap jernih saat sebelum terjadi pengenceran.
























H.  KESIMPULAN DAN SARAN
1.      Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa
a.       Untuk mengencerkan larutan dasar yaitu dengan mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
b.      cara pembuatan dan membuat larutan 100 ml  /NaCl/NaOH, konsentrasi 1 M, 50 ml  /NaCl/NaOH 0,5M dengan mengencerkan dari  /NaCl/NaOH 1M, dan 50 ml NaOH 0,1M dengan mengencerkan dari NaOH 0,5 M.
  
2.      Saran
·  Dalam  melakukan  praktikum  harus sangat berhati-hati dan sesuai dengan prosedur yang telah diberikan agar  tidak terjadi kesalahan.
·  Dalam  melakukan pengukuran  massa ataupun volume harus tepat dan cermat agar hasil yang diperoleh maksimal.



I.     DAFTAR PUSRAKA
Brady, J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara: Jakarta.
Chang, Raymond. 2004.Kimia Dasar Edisi Ketiga. Jakarta: Erlangga.
Ekosari, dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Pengelolaan dan Teknik Laboratorium IPA. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Heaton, A. (1996) An Introduction to Industrial Chemistry, 3rd edition, New York:Blackie. ISBN 0-7514-0272-9.
N. N. Greenwood, A. Earnshaw, Chemistry of the Elements, 2nd ed., Butterworth-Heinemann, Oxford, UK, 1997.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar