LAPORAN PRAKTIKUM
PENGELOLAAN DAN TEKNIK
LABORATORIUM IPA
PEMBUATAN DAN
PENGENCERAN LARUTAN DASAR
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK V
KELOMPOK V
1. Yutika Tessarani (12312241005)
2. Vini Rahayu (11312241012)
3. Muhammad Labib Ridlo (12312241015)
4. Ratnasari (12312241016)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2013
HALAMAN
PENGESAHAN :
OBSERVASI RUANG
LABORATORIUM DI LINGKUNGAN FAKULTAS
MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM, UNY
Oleh :
Kelompok V
Yogyakarta, 28
Oktober 2013
Anggota:
No.
|
Nama
|
NIM
|
Tanda tangan
|
1.
|
Yutika Tessarani
|
12312241005
|
|
2.
|
Vini Rahayu
|
12312241012
|
|
3.
|
Muhammad Labib Ridlo
|
12312241015
|
|
4.
|
Ratnasari
|
12312241016
|
|
|
Mengetahui,
Desen Pembimbing
EKOSARI R., M.P.
NIP. 19611031 198902 2 001
PEMBUATAN DAN
PENGENCERAN LARUTAN DASAR
A. TUJUAN
1. Mengetahui cara pembuatan dan pengenceran larutan
dasar
2. Mampu membuat dan mengencerkan larutan dasar
3. Mengetahui cara pembuatan dan membuat larutan 100
ml /NaCl/NaOH, konsentrasi 1 M, 50 ml /NaCl/NaOH 0,5M dengan mengencerkan
dari /NaCl/NaOH 1M, dan 50 ml NaOH 0,1M dengan mengencerkan dari NaOH 0,5 M.
B. KAJIAN PUSTAKA
Larutan merupakan fase yang setiap hari ada di
sekitar kita. Suatu sistem homogen
yang mengandung dua atau lebih zat yang masing-masing komponennya
tidak bisa dibedakan secara fisik disebut larutan, sedangkan suatu sistem yang
heterogen disebut campuran. Biasanya istilah larutan dianggap sebagai
cairanyang mengandung zat terlarut, misalnya padatan atau gas dengan kata lain larutan tidakhanya
terbatas pada cairan saja.
Komponen dari larutan terdiri dari dua jenis, pelarut dan zat terlarut, yang
dapat dipertukarkan tergantung jumlahnya. Pelarut merupakan komponen yang utamayang terdapat
dalam jumlah yang banyak, sedangkan komponen minornya merupakan zat terlarut.
Larutan terbentuk melalui pencampuran dua atau lebih zat murni yang molekulnya
berinteraksi langsung dalam keadaan tercampur. Semua gas bersifat dapat
bercampur dengan sesamanya, karena itu
campuran gas adalah larutan (Ekosari, 2012:17)
Larutan didefinisikan sebagai
campuran yang homogen antara 2 macam zat ataupun lebih. Larutan terdiri dari
pelarut dan zat terlarut. Umumnya zat terlarut jumlahnya lebih sedikit
dibanding pelarut. Sedangkan pelarut bisa berupa air ataupun cairan organik
seperti metanol, etanol, aseton dan lain-lain.Pelarutan adalah membuat larutan
dari padatan murni dengan mencampurkan zat terlarut dan pelarut dalam jumlah
tertentu, sehingga konsentrasinya tetap.
Pengenceran adalah mencampur larutan
pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh
volume akhir yang lebih besar. Jika suatu larutan senyawa kimia yang pekat
diencerkan, kadang-kadang sejumlah panas dilepaskan. Hal ini terutama dapat
terjadi pada pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan
dengan aman, asam sulfat pekat yang harus ditambahkan ke dalam air, tidak boleh
sebaliknya. Jika air ditambahkan ke dalam asam sulfat pekat, panas yang
dilepaskan sedemikian besar yang dapat menyebabkan air mendadak mendidih dan
menyebabkan asam sulfat memercik. Jika kita berada di dekatnya, percikan asam
sulfat ini merusak kulit.
Pengenceran yaitu suatu cara atau
metode yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan menambahkan pelarut yang
bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam jumlah tertentu. Penambahan
pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat menurunnya kadar kepekatan atau
tingkat konsentrasi dari senyawa yang dilarutkan/diencerkan (Brady,1999).
Dalam pembuatan larutan dengan
konsentrasi tertentu sering dihasilkan konsentrasi yang tidak kita inginkan.
Untuk mengetahui konsentrasi yang sebenarnya perlu dilakukan
standarisasi.standarisasi sering dilakukan dengan titrasi. Zat-zat yang didalam
jumlah yang relative besar disebut pelarut (Baroroh, 2004).Dalam kimia,
pengenceran diartikan pencampuran yang bersifat homogen antara zat terlarut dan
pelarut dalam larutan. Zat yang jumlahnya lebih sedikit di dalam larutan
disebut (zat) terlarut atau solut, sedangkan zat yang jumlahnya lebih banyak
daripada zat-zat lain dalam larutan disebut pelarut atau solven (Gunawan,
2004.).
Prinsip
Cara Mengencerkan
- Lakukan perhitungan pengenceran
- Masukan larutan pekat ke labu takar (dengan pemipetan)
- Tambahkan pelarut sampai leher labu takar
- Gojok hingga homogen
- Tambahkan pelarut sampai batas
- Tutup dan gojok lagi
Alat
Pengenceran
|
Cara
pengenceran larutan bisa menggunakan alat pipet atau labu takar. Penggunaan
labu takar akan lebih tepat dalam penaraan volume. Bila menggunakan labu takar,
rawat alat dengan cara mencuci dengan sabun lunak dan bilas dengan
air kran diikuti akuades. Kemudian biarkan kering sebelum digunakan kembali. Pengeringan
labu takar jangan didalam oven.
Pembacaan Miniskus
- Letakkan labu takar pada tempat datar
- Posisi mata sejajar dengan tanda batas
- Untuk bentuk cekung, batas bawah cekungan tepat pada garis batas (misal air)
- Untuk cembung, batas atas cembungan tepat pada garis batas (misal Hg)
Larutan Cair dalam
Cair
Bila dua cairan
dicampurkan dan kemudia digojog, keduanya dapat bercampur sempurna, bercampur
sebagian atau tidak bercampur.
Etil alkohol dan air
dapat bercampur dalam segala
perbandingan, kedua cairan ini bercampur sempurna (completely miscible).
Benzena dan air tidak terlarutsatu dalam lainnya, bila kedua cairan dicampur,
akan terpisah menjadi dua lapisan dengan
batas yang tegas. Kedua cairan ini tidak bercampur (imiscible).
Ada beberapa zat
cair, seperti air dan fenol, air dan aniline dan sebagainya yang bercampur
sebagian (partially miscible). Kalau
mencampur zat cair yang demikian, maka mendapatkan dua lapisan. Misal
mencampur fenol dengan air, maka pada bagian bawah diperoleh fenol dalam air
dan pada bagian atas air dalam fenol. Pada 200C, lapisan bawah
berisi 91,6% air dan 8,4% fenol sedang bagian aras berisi 27,8% air dan 72,2%
fenol. Persentaseini tetap selama temperatur tetap, tetapi banyaknya relatif
masing-masing bagian tidak sama, tergantung dari banyaknya zat mula-mula.
Kalau temperatur
dinaikkan, maka daya campur kedua cairan
bertambah dan pada temperatur 65,850C kedua cairan membentuk
campuran homogen. Di atas temperatur ini, campuran selaluhomogen. Temperatur
tersebut dinamakan temperatur pelarutan kritis atau temperatur konsulate. Air
dan anilin juga membentuk temperatur pelarut kritis maksimum seperti campuran
air dan fenol, tetapi air dan nikotin membentuk temperatur pelarutan kritis
maksimum dan minimum (Sukardjo, 1985:43-44).
Pengenceran
Larutan
Larutan pekat sering
disimpan dilaboratorium dalam ruang penyimpanan stok bahan kimia untuk digunakan
sesuai keperluan. Seringkali kita mengencerkan larutan “stok” ini sebelum
bekerja denganlarutan tersebut. Prosedur untuk penyiapan larutan yang kurang
pekat dari larutan yang lebihpekat disebut pengenceran (dilution).
Andai ingin membuat
1 L larutan KMnO4 0,400 M dari larutan KMnO4 1,00 M.
Untuk tujuan ini dibutuhkan 0,400 mol
KmnO4. karena terdapat 1,00 mol KMnO4 dalam 1 L, atau
1000 mL larutan KMnO4 1,00 M, maka terdapat 0,400 mol KMnO4
dalam 0,400 x 1000 mL, atau 400 mL larutan yang sama :
|
Dengan demikian,
harus diambil 400 mL larutan KMnO4 1,00 Mdan mengencerkannya sampai
dengan 1000 mL dengan menambahkan air (dalam labu volumetrik 1 L). Metodeini
menghasilkan 1 L larutan dengan konsentrasi KMnO4 yang diinginkan,
yaitu 0,400 M.
Dalam melakukan proses pengenceran, perlu
diingat bahwa penambahan lebih banyak pelarut ke dalam sejumlah tertentu
larutan stok akan mengubah (mengurangi) konsentrasi larutan tanpa mengubah
jumlah mol zat terlarut yang terdapat dalam larutan. Dengan kata lain,
Mol zat terlarut
sebelum pengenceran = mol zat terlarut setelah pengenceran.
Karena molaritas
didefinisikan sebagai mol zat terlarut dalam 1 L larutan, bahwa jumlah mol zat
terlarut adalah :
Atau
M V =
mol zat terlarut
Karena semua zat
terlarut berasal dari stok awal, dapat disimpulkan bahwa
Mawal Vawal
= Makhir Vakhir
mol zat terlarut
sebelum pengenceran = mol
zat terlarut setelah pengenceran
dengan Mawal
dan Makhir adalah konentrasi awal dan konsentrasi akhir larutan
dalam molaritas dan Vawal dan Vakhir adalah volume
awaldanvolume akhir larutan. Tentu saja, satuan Vawal dan Vakhir
harus sama (mililiter atau liter) dalam proses perhitungan. Untuk menguji masuk
akal atau tidaknya jawaban, pastikan bahwa Mawal > Makhir dan Vawal > Vakhir (Chang,
2004:108-109)
Ada 2 reaksi dalam larutan, yaitu:
a) Eksoterm, yaitu
proses melepaskan panas dari sistem ke lingkungan, temperatur dari campuran
reaksi akan naik dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan
akan turun.
b) Endoterm, yaitu
menyerap panas dari lingkungan ke sistem, temperatur dari campuran reaksi akan
turun dan energi potensial dari zat- zat kimia yang bersangkutan akan naik.
Larutan dapat dibagi menjadi 3, yaitu:
a) Larutan tak jenuh
yaitu larutan yang mengandung solute (zat terlarut) kurang dari yang diperlukan
untuk membuat larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan yang partikel-
partikelnya tidak tepat habis bereaksi dengan pereaksi (masih bisa melarutkan
zat). Larutan tak jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion <
Ksp berarti larutan belum jenuh ( masih dapat larut).
b) Larutan jenuh
yaitu suatu larutan yang mengandung sejumlah solute yang larut dan mengadakan
kesetimbangn dengan solut padatnya. Atau dengan kata lain, larutan yang
partikel- partikelnya tepat habis bereaksi dengan pereaksi (zat dengan
konsentrasi maksimal). Larutan jenuh terjadi apabila bila hasil konsentrasi ion
= Ksp berarti larutan tepat jenuh.
c) Larutan sangat
jenuh (kelewat jenuh) yaitu suatu larutan yang mengandung lebih banyak solute
daripada yang diperlukan untuk larutan jenuh. Atau dengan kata lain, larutan
yang tidak dapat lagi melarutkan zat terlarut sehingga terjadi endapan. Larutan
sangat jenuh terjadi apabila bila hasil kali konsentrasi ion > Ksp berarti
larutan lewat jenuh (mengendap).
Berdasarkan banyak sedikitnya zat terlarut,
larutan dapat dibedakan menjadi 2, yaitu:
a) Larutan pekat yaitu larutan yang mengandung
relatif lebih banyak solute dibanding solvent.
b) Larutan encer yaitu larutan yang relatif
lebih sedikit solute dibanding solvent.
Larutan Baku (Larutan
Standar)
Larutan
baku/ larutan standar adalah larutan yang konsentrasinya sudah diketahui.
Larutan baku biasanya berfungsi sebagai titran sehingga ditempatkan buret, yang
sekaligus berfungsi sebagai alat ukur volume larutan baku. Larutan yang akan
ditentukan konsentrasinya atau kadarnya, diukur volumenya dengan menggunakan
pipet volumetri dan ditempatkan di erlenmeyer.
Larutan
yang mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara
tepat melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk
menetapkan konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi
dihitung melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari
zat pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7, As2O3,
NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat
larutan baku primer :
o Zat harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan
(jika mungkin pada suhu 110-120 derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan
murni. (Syarat ini biasanya tak dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena
sukar untuk menghilangkan air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan
pernguraian parsial.)
o Zat harus tidak berubah berat dalam penimbangan di
udara; kondisi ini menunjukkan bahwa zat tak boleh higroskopik, tak pula
dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi karbondioksida.
o Zat tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan
uji- uji kualitatif dan kepekaan tertentu.
o Zat tersebut sedapat mungkin mempunyai massa
relatif dan massa ekuivalen yang besar.
o Zat tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang
dipilih.
o Reaksi yang berlangsung dengan pereaksi harus
bersifat stoikiometrik dan langsung.
b.
Larutan baku sekunder
Larutan
suatu zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal
dari zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan
pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4, Fe(SO4)2
Syarat-syarat
larutan baku sekunder :
§
Derajat
kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
§
Mempunyai
berat ekivalen yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
§
Larutannya
relatif stabil dalam penyimpanan.
Molaritas
Molaritas,
konsentrasi sistem ini didasarkan pada volume dan dapat dengan mudah digunakan
di laboratorium prosedur, dimana volume larutan adalah kuantitas yang diukur.
Hal ini didefinisikan sebagai sisematis sebagai berikut:
M = n / V
Konsentrasi larutan
menyatakan jumlah zat terlarut yang terkandung dalam pelarut atau pelarut.
Dalam pekerjaan
sehari-hari di laboratorium biasanya digunakan untuk menurunkan konsentrasi
larutan dengan menambahkan pelarut. Banyak
laboratorium Kimia membuat larutan pekat dari senyawa kimia
dengan menambahkan air suling. Karena ini adalah cara yang sangat ekonomis,
biasanya solusinya sangat terkonsentrasi dan harus diencerkan. Proses
pengenceran adalah mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan
menambahkan pelarut untuk mendapatkan volume akhir besar (James E. Brady, 1999:
102).
Untuk membuat
larutan dengan konsentrasi tertentu harus dipertimbangkan:
-
Jika padatan,
memahami unit pertama yang diinginkan. Berapa volume atau massa larutan yang
akan dibuat.
-
Jika solusi yang lebih
terkonsentrasi, menyesuaikan unit konsentrasi larutan yang diketahui dengan
satuan yang diinginkan, jumlah zat terlarut sebelum dan sesudah pengenceran
adalah sama. Larutan yang mengandung zat terlarut
lebih (pekat) dibandingkan dalam larutan jenuh pada suhu yang sama.
Dalam pekerjaan di
laboratorium, biasanya kita menggunakan larutan konsentrasi rendah dengan
menambahkan pelarut, seperti bahan kimia laboratorium dibeli dalam larutan air
senyawa kimia yang konsentrasinya sangat terkonsentrasi, ini adalah cara yang
paling ekonomis. Biasanya solusi yang dibeli adalah larutan pekat, sehingga
solusi ini harus diencerkan. Proses pengenceran adalah mencampur larutan pekat
(konsentrasi tinggi) dengan menambahkan pelarut untuk mendapatkan volume akhir
yang lebih besar. Jadi membuat konsentrasi larutan menjadi lebih rendah.
Hal yang paling
penting untuk keamanan pada saat pengenceran, jika larutan pekat dari senyawa
kimia diencerkan, kadang-kadang merilis beberapa panas, terutama pada
pengenceran asam sulfat pekat. Agar panas ini dapat dihilangkan dengan aman
maka asam sulfat yang ditambahkan ke dalam air, bukan sebaliknya. Jika air
ditambahkan ke asam sulfat pekat, panas yang dilepaskan akan air begitu besar
dan menyebabkan mendidih dan menyebabkan asam sulfat cipratan tiba-tiba dan
akan merusak kulit.
Asam asetat
Asam
asetat, asam etanoat atau asam cuka adalah senyawa kimia asam organik yang dikenal sebagai pemberi rasa asam dan aroma dalam makanan. Asam cuka memiliki rumus empiris C2H4O2.
Rumus ini seringkali ditulis dalam bentuk CH3-COOH, CH3COOH,
atau CH3CO2H. Asam asetat murni (disebut asam asetat glasial) adalah
cairan higroskopis tak berwarna, dan
memiliki titik beku 16.7°C. Asam asetat merupakan salah satu asam karboksilat paling sederhana, setelah asam format. Larutan asam asetat dalam air merupakan
sebuah asam lemah,
artinya hanya terdisosiasi sebagian menjadi ion H+
dan CH3COO-. Asam asetat merupakan pereaksi kimia dan bahan baku industri yang penting. Asam asetat digunakan dalam produksi polimer seperti polietilena tereftalat, selulosa asetat, dan polivinil asetat, maupun berbagai macam serat dan kain. Asam
asetat (acetic acid) adalah asam lemah yang mungkin paling dikenal karena
menjadi komposisi utama dalam cuka.
Namun,
asam asetat tidak hanya berguna sebagai bahan penyedap masakan, tetapi juga
diproduksi dalam jumlah besar untuk berbagai kegunaan lain. Asam organik ini
bisa diproduksi dalam berbagai konsentrasi. Dalam bentuk murni, asam asetat
dikenal sebagai asam asetat glasial karena mengkristal dalam suhu dingin.
Terdapat beberapa cara pembuatan asam asetat. Salah satu metode adalah
fermentasi bakteri, teknik yang digunakan untuk membuat cuka, di mana asam
asetat dihasilkan sebagai produk sampingan dari penguraian bakteri. Kondisi
asam akan menghambat pertumbuhan bakteri, menjaga makanan aman dari
kontaminasi. Dalam industri, asam asetat digunakan dalam berbagai proses.
Senyawa ini juga digunakan dalam produksi bahan kimia dan penelitian, dimana dibutuhkan
asam lemah. Seperti asam lainnya, asam asetat bersifat korosif bagi banyak zat
dan bisa terlibat dalam berbagai reaksi kimia. Asam asetat dikenal digunakan
sebagai pelarut, reagen, katalis, dan pestisida.
Natrium
hidroksida (NaOH), juga
dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam
kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium
Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan
tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia
bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air
dan akan melepaskan panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan
ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia
tidak larut dalam dietil eter dan
pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan meninggalkan noda
kuning pada kain dan kertas.
Natrium
hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai
soda kaustik alkali dan, adalah dasar logam kaustik. Hal
ini digunakan di banyak industri, terutama sebagai
basis kimia yang kuat dalam pembuatan pulp dan
kertas, tekstil, air minum,sabun dan deterjen dan sebagai pembersih tiriskan. Produksi
di seluruh dunia pada tahun 2004 adalah sekitar 60 juta ton,sementara permintaan adalah
51 juta ton. Natrium hidroksida murni adalah padatan
putih yang tersedia dipelet, serpih, butiran, dan
sebagai larutan jenuh 50%. Ini adalahhigroskopis dan mudah menyerap karbon
dioksida dari udara,sehingga harus disimpan dalam
wadah kedap udara. Hal ini sangat larut dalam air
dengan pembebasan panas. Hal ini juga larut dalam
etanol dan metanol, meskipun pameran kelarutan rendah dalam pelarut dari pada kalium
hidroksida. Natrium hidroksida cair juga merupakan basis
yang kuat, namun suhu tinggi
yang diperlukan aplikasi batas. Hal ini tidak larut dalam eter dan pelarut
non-polar. Sebuah larutan natrium
hidroksida akan
meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas. Natrium hidroksida didominasi ion, mengandung kation natrium hidroksida dan
anion. Anion hidroksida natrium hidroksida membuat dasar
yang kuat yang bereaksi dengan asam membentuk air
dan garam yang sesuai.
Natrium hidroksida bereaksi dengan
asam protik untuk memberikan air dan garam yang
sesuai. Sebagai contoh, dengan
asam klorida, natrium klorida terbentuk:
NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)
Secara umum reaksi netralisasi tersebut diwakili oleh satu persamaan ionik sederhana bersih:
OH-(aq) + H + (aq) → H2O (l)
Jenis reaksi dengan panas rilis asam kuat, dan karenanya disebut sebagai eksotermik. Seperti reaksi asam-basa juga dapat digunakan untuk titrasi. Namun, natrium hidroksida tidak digunakan sebagai standar primer karena bersifat higroskopisdan menyerap karbon dioksida dari udara.
NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2O (l)
Secara umum reaksi netralisasi tersebut diwakili oleh satu persamaan ionik sederhana bersih:
OH-(aq) + H + (aq) → H2O (l)
Jenis reaksi dengan panas rilis asam kuat, dan karenanya disebut sebagai eksotermik. Seperti reaksi asam-basa juga dapat digunakan untuk titrasi. Namun, natrium hidroksida tidak digunakan sebagai standar primer karena bersifat higroskopisdan menyerap karbon dioksida dari udara.
Natrium hidroksida adalah basa
kuat utama yang digunakandalam
industri kimia. Dalam massal itu yang paling
seringditangani sebagai larutan berair, karena solusi
yang lebih murahdan lebih mudah untuk menangani. Natrium hidroksida, basa
kuat, bertanggung jawab untuk sebagian besar aplikasi ini.Dasar yang
kuat lain seperti kalium hidroksida adalah mungkin
untuk menghasilkan hasil yang positif juga.
56% natrium hidroksida yang dihasilkan digunakan oleh industri kimia, dengan 25% dari total sama yang digunakan oleh industri kertas. Natrium hidroksida juga digunakan untuk pembuatangaram natrium dan deterjen, untuk regulasi pH, dan untuk sintesisorganik. Hal ini digunakan dalam proses Bayer produksi aluminium.
Natrium hidroksida digunakan dalam banyak skenario dimana diinginkan untuk meningkatkan alkalinitas campuran, atau untuk menetralkan asam.
Sebagai contoh, natrium hidroksida digunakan sebagai aditif dalam lumpur pengeboran untukmeningkatkan alkalinitas dalamsistem lumpur bentonit meningkatkan viskositas lumpur, sertamenetralisir gas asam (seperti sulfida hidrogen dan karbon dioksida) yang mungkin dihadapi dalam formasi geologi sebagai pengeboran berlangsung.
56% natrium hidroksida yang dihasilkan digunakan oleh industri kimia, dengan 25% dari total sama yang digunakan oleh industri kertas. Natrium hidroksida juga digunakan untuk pembuatangaram natrium dan deterjen, untuk regulasi pH, dan untuk sintesisorganik. Hal ini digunakan dalam proses Bayer produksi aluminium.
Natrium hidroksida digunakan dalam banyak skenario dimana diinginkan untuk meningkatkan alkalinitas campuran, atau untuk menetralkan asam.
Sebagai contoh, natrium hidroksida digunakan sebagai aditif dalam lumpur pengeboran untukmeningkatkan alkalinitas dalamsistem lumpur bentonit meningkatkan viskositas lumpur, sertamenetralisir gas asam (seperti sulfida hidrogen dan karbon dioksida) yang mungkin dihadapi dalam formasi geologi sebagai pengeboran berlangsung.
Natrium klorida (NaCl)
Natrium
klorida, juga dikenal dengan garam dapur, atau halit, adalah
senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Senyawa ini adalah garam
yang paling memengaruhi salinitas laut
dan cairan
ekstraselular pada banyak organisme multiselular. Sebagai komponen utama pada garam
dapur, natrium klorida sering digunakan sebagai bumbu
dan pengawet
makanan Sodium Chlorida atau Natrium Chlorida (NaCl) yang dikenal sebagai garam
adalah zat yang memiliki tingkat osmotik yang tinggi. Zat ini pada proses
perlakuan penyimpanan benih recalsitran berkedudukan sebagai medium inhibitor
yang fungsinya menghambat proses metabolisme benih sehingga perkecambahan pada
benih recalsitran dapat terhambat. Dengan kemampuan tingkat osmotik yang tinggi
ini maka apabila NaCl terlarut di dalam air maka air tersebut akan mempunyai
nilai atau tingkat konsentrasi yang tinggi yang dapat mengimbibisi kandungan air
(konsentrasi rendah)/low concentrate yang terdapat di dalam tubuh benih
sehingga akan diperoleh keseimbangan kadar air pada benih tersebut.
Hal ini dapat terjadi karena H2O
akan berpindah dari konsentrasi yang rendah ke tempat yang memiliki konsentrasi
yang tinggi. Hal ini merupakan hal yang sangat menguntungkan bagi benih
recalsitran, karena sebagaimana kita ketahui benih recalsitran yaitu benih yang
memiliki tingkat kadar air yang tinggi dan sangat peka terhadap penurunan kadar
air yang rendah. Kadar air yang tinggi menyebabkan benih recalsitran selalu
mengalami perkecambahan dan berjamur selama masa penyimpanan atau pengiriman
ketempat tujuan. Namun dengan perlakuan konsentrasi sodium chlorida (NaCl) maka
hal ini dapat teratasi.Dalam ilmu kimia, garam adalah senyawa ionik yang terdiri dari ion positif
(kation) dan ion negatif (anion),
sehingga membentuk senyawa netral (tanpa bermuatan). Garam
terbentuk dari hasil reaksi asam
dan basa. Komponen kation dan anion ini dapat berupa senyawa anorganik seperti klorida (Cl−),
dan bisa juga berupa senyawa organik
seperti asetat (CH3COO−) dan ion
monoatomik seperti fluorida (F−), serta ion poliatomik seperti sulfat
(SO42−). Natrium klorida (NaCl), bahan utama garam dapur adalah suatu garam.
Ada banyak macam-macam garam. Garam yang terhidrolisa dan membentuk ion hidroksida ketika dilarutkan dalam air
maka dinamakan garam
basa. Garam yang terhidrolisa dan membentuk ion hidronium
di air disebut sebagai garam
asam. Garam netral adalah garam yang bukan garam asam
maupun garam basa. Larutan Zwitterion
mempunyai sebuah anionik dan kationik di tengah di molekul yang sama, tapi
tidak disebut sebagai garam. Contohnya adalah asam amino, metabolit, peptida, dan protein. Natrium Klorida, yang juga dikenal
sebagai garam meja, atau garam karang, merupakan senyawa ion dengan rumus NaCl.
Natrium Klorida adalah garam yang paling berperan penting dalam salinitas laut
dan dalam cairan ekstraselular dari banyak organisme multiselular. Garam sangat
umum digunakan sebagai bumbu makanan dan pengawet. Natrium Klorida adalah garam
yang berbentuk kristal atau bubuk berwarna putih. NaCl dapat larut dalam air
tetapi tidak larut dalam alkohol. NaCl juga merupakan senyawa natrium yang
berlimpah di alam. 2NaCl + 2H2O →Cl2+ H2+ 2NaOH.
Natrium Klorida digunakan dalam proses kimia untuk skala besar produksi
senyawa yang mengandung Sodium atau Khlor. Sejak akhir abad ke – 19, pada waktu
proses elektrolisis secara besar– besaran diperkenalkan, telah dapat dibuat
bermacam – macam senyawa dengan bahan baku NaCl, misalnya Natrium Hidroksida,
Asam Klorida, Natrium Karbonat, Natrium Sulfite dan senyawa – senyawa
lainnya.Normal saline atau disebut juga NaCl 0,9%. Cairan ini merupakan cairan
yang bersifat fisiologis, non toksik dan tidak mahal. NaCl dalam setiap
liternya mempunyai komposisi Natrium Klorida 9,0 gram dengan osmolalitas 308
mOsm/l setara dengan ion – ion Na+ 154 mEq/l dan Cl 154 mEq/l (InETNA,2004:16 ;
ISO Indonesia,2000:18).
C. Metode praktikum
v Tempat dan Waktu Praktikum
Tempat : Laboratorium IPA 2
Waktu : 24 Oktober 2013
v Alat dan bahan
·
Larutan dengan Volume (100 ml, 50 ml dan
kosentrasi 1 M, 0,5 M dan 0,1 M)
·
Kristal dengan Volume (100 ml, 50 ml dan
kosentrasi 1 M, 0,5 M dan 0,1 M)
·
Larutan dengan Volume (100 ml, 50 ml dan
kosentrasi 1 M, 0,5 M dan 0,1 M)
·
Labu Ukur
·
Neraca Analitik
·
Pipet Tetes
·
Aquades
·
Gelas ukur
·
Kaca Arloji
·
Ball pipet
·
Plastik
D. PROSEDUR OBSERVASI
Cara
membuat larutan dari bahan zat terlarut dengan wujud zat cair
Cara
mengencerkan larutan
Cara
membuat larutan dari zat terlarut padatan
E.
HASIL OBSERVASI
No.
|
Larutan
|
Perubahan yang
Terjadi
|
1.
|
NaOH 1 M
|
· Labu ukurnya Panas
· Muncul gelembung yang menjadi busa
· Warnanya jernih
|
NaOH 0,5 M
|
·
Labu ukurannya
tidak panas
·
Tidak muncul
gelembung yang menjadi busa
·
Warnanya jernih
tidak berubah
|
|
NaOH 0,1 M
|
·
Labu ukur tidak
hangat
·
Tidak muncul
gelembung yang menjadi busa
·
Warnanya tetep
jernih tidak berubah
|
|
2.
|
1 M
|
·
Baunya
menyengat
·
Labu ukur tidak
hangat
·
Tidak ada
gelembung/busa
|
0,5 M
|
·
Ada bau, namun
tidak begitu menyengat
·
Tidak ada
gelembung/ busa
·
Warnanya bening
(tidak berwarna)
|
|
0,1 M
|
·
Buanya semakin
tidak menyengat
·
Tidak berwarna
·
Muncul buih
setelah digojog
|
|
3
|
1 M
|
·
Berbusa setelah
digojog
·
Tidak berwarna
|
NaCl 0,5 M
|
·
Tidak berwarna
·
Muncul buih
setelah digojog
|
|
NaCl 0,1 M
|
·
Tidak berwarna
·
Muncul buih
setelah digojog
|
F.
ANALISIS DATA
1.
a. 100 ml CH3COOH 1M
Mr = 60
ρ = 1,05 x 103 gr/L
P = 100 %
M1
x V1 = M2 x V2
1M
x 100ml = 17,5M x V2
V2 = 5,71 ml
Untuk
membuat CH3COOH 1M sebanyak 100ml membutuhkan volume CH3COOH
sebanyak 5,7 ml
b.
50 ml CH3COOH 0,5M dengan mengencerkan dari CH3COOH 1M
M1
x V1 = M2 x V2
0,5M
x 50ml = 1M x V2
V2 = 25 ml
c.
50 ml CH3COOH 0,1M
dengan mengencerkan dari CH3COOH 0,5M
M1 x V1
= M2 x V2
0,1M x 50ml = 0,5M x V2
V2 = 10 ml
2. a. 100 ml NaOH 1M
Mr NaOH = 40
m = 4 gram
b.
50 ml NaOH 0,5M dengan mengencerkan dari NaOH 1M
M1
x V1 = M2 x V2
0,5M
x 50ml = 1M x V2
V2 = 25 ml
c. 50 ml NaOH 0,1M
dengan mengencerkan dari NaOH 0,5M
M1 x
V1 = M2 x V2
0,1M x 50ml =
0,5M x V2
V2 = 10 ml
3. a. 100 ml NaCl 1M
Mr NaCl = 58,5
m = 5,85 gram
b.
50 ml NaOH 0,5M dengan mengencerkan dari NaOH 1M
M1
x V1 = M2 x V2
0,5M
x 50ml = 1M x V2
V2 = 25 ml
c. 50 ml NaOH 0,1M
dengan mengencerkan dari NaOH 0,5M
M1 x
V1 = M2 x V2
0,1M x 50ml =
0,5M x V2
V2
= 10 ml
G. PEMBAHASAN
Kegiatan yang berjudul “Pembuatan dan Pengenceran Larutan Dasar”
yang dilaksanakan pada hari Senin, 28 Oktober 2013 di Laboratorium IPA 2 bertujuan untuk Mengetahui cara
pembuatan dan pengenceran larutan dasar, mampu membuat dan mengencerkan larutan dasar, mengetahui cara pembuatan dan membuat larutan 100
ml /NaCl/NaOH, konsentrasi 1 M, 50 ml /NaCl/NaOH 0,5M dengan mengencerkan
dari /NaCl/NaOH 1M, dan 50 ml NaOH 0,1M dengan mengencerkan dari NaOH 0,5 M. Alat dan bahan yang digunakan dalam
percobaan ini antara lain: Larutan dengan Volume (100 ml, 50 ml dan
kosentrasi 1 M, 0,5 M dan 0,1 M), Kristal dengan Volume (100 ml, 50 ml dan
kosentrasi 1 M, 0,5 M dan 0,1 M), larutan dengan volume (100 ml, 50 ml dan
kosentrasi 1 m, 0,5 m dan 0,1 m), labu ukur, neraca analitik, pipet
tetes, aquades, gelas ukur, kaca arloji, ball pipet, plastik serta alat tulis.
Berikut adalah penjelasan pembuatan dan pengenceran tiap-tiap larutan :
1.
CH3COOH
Pada percobaan ini, akan membuat
100 ml larutan CH3COOH
1 M, kemudian diencerkan menjadi
CH3COOH 0,5 M dan
yang terakhir diencerkan kembali menjadi 0,1 M. Jadi dalam percobaan ini akan didapatkan larutan CH3COOH
dengan 3 konsentrasi yaitu 1M, 0,5M, dan 0,1M. Langkah
pertama dalam pembuatan larutan
ini adalah menentukan konsentrasi CH3COOH
yang diperlukan untuk membuat 100 mL CH3COOH 1M. Diketahui besarnya
Mr CH3COOH adalah 60, dan
konsentrasi
(M) yang ingin dicapai sebesar
1M, 0,5M, dan 0,1M. Konsentrasi
CH3COOH yang dibutuhkan
dapat diketahui melalui
perhitungan berikut:
a.
Diketahui : %P = 100%
= 1,05 kg/L
Mr = 60
Ditanya : M..?
Jawab :
Dari perhitungan di atas, dapat diketahui
konsentrasi CH3COOH yang dibutuhkan yaitu sebesar 17,5 M. Setelah
mengetahui konsentrasi CH3COOH yang dibutuhkan dalam membuat larutan,
kemudian praktikan mengukur volume yang dibutuhkan untuk mengencerkan
larutan CH3COOH 17,5 M
menjadi 1M, 0,5M, dan 0,1M. Hal
tersebut dapat diketahui dengan perhitungan
sebagai berikut :
1)
CH3COOH 17,5 M diencerkan
menjadi 100 mL CH3COOH 1 M
M1V1
= M2V2
17,5
x V1 = 1 x 100
V1
=
V1
= 5,7 mL
2)
CH3COOH 1 M kemudian diencerkan menjadi 50 mL CH3COOH 0,5M
M1V1
= M2V2
1x
V1
= 0,5 x 50
V1
=
V1 = 25 mL
3)
CH3COOH 0,5 M kemudian diencerkan menjadi 50 mL CH3COOH 0,1M
M1V1
= M2V2
0,5
x V1= 0,1 x 50
V1
=
V1 = 10 mL
Menurut
literatur,
pengenceran adalah mencampur larutan pekat
(konsentrasi tinggi) dengan cara menambahkan pelarut agar diperoleh volume
akhir yang lebih besar. Pengenceran CH3COOH merupakan mencampur CH3COOH yang berkonsentrasi tinggi
dengan menambahkan pelarut berupa air untuk mendapatkan volume akhir yang lebih
besar. Sehingga membuat konsentrasi CH3COOH menjadi lebih rendah. Berikut ini adalah
reaksi yang terjadi
antara CH3COOH dengan air:
CH3COOH + H2O
à H+ + CH3COO
Pada larutan asam asetat,
molekul-molekul CH3COOH secara
tetap akan bertumbukan dengan molekul air dan setiap tumbukan ada kemungkinan sebuah proton dari molekul CH3COOH akan
berpindah ke molekul air dan menghasilkan H+ serta CH3COO-
ion. Tapi dalam larutan ini ada juga pertemuan antara ion asetat dan ion
hidronium. Bila kedua ion ini bertemu, kemungkinan besar dari ion H+ akan melepaskan protonnya ke ion CH3COO-
untuk membentuk kembali molekul-molekul CH3COOH dan
H20. Sehingga dalam larutan ini ada dua reaksi yang berjalan
bersamaan
CH3COOH + H2O
à H+ + CH3COO-
H+ + CH3COO- à CH3COOH
+ H2O
Menurut hasil
perhitungan yang telah dilakukan, dapat diketahui konsentrasi yang dibutuhkan
untuk mengencerkan larutan CH3COOH menjadi berkonsentrasi 1M, 0,5M,
dan 0,1M yaitu sebanyak 17,5M. Konsentrasi sebanyak 17,5 M tersebut, kemudian
diencerkan menjadi larutan CH3COOH 1 M
dengan volumenya yaitu 100 ml,
dan volume air yang dibutuhkan dalam pengenceran ini sebanyak 5,7mL. Setelah
mengetahui volume
yang dibutuhkan untuk mengencerkan larutan CH3COOH 1 M dengan volumenya
100 mL,
praktikan mengencerkan 100 mL
CH3COOH 1 M menjadi CH3COOH 0,5 M dan 0,1 M. Pada pengenceran CH3COOH 1 M
menjadi 0,5 M volume air
yang diperlukan menurut
perhitungan, secara berturut-turut yaitu sebanyak 25 mL dan 10 mL.
Setelah
mengetahui berapa konsentrasi dan volume yang dibutuhkan dalam pengenceran,
kemudian praktikan melakukan percobaaan dengan
mengambil cairan larutan
CH3COOH dengan menggunakan bulb pipet dan memasukkan
larutan CH3COOH
ke dalam labu ukur secara perlahan-lahan melalui dinding labu ukur. Selanjutnya
larutan tersebut digojog dengan pelan dan menambahkan aquades sampai tanda
batas labu ukur, Dalam penambahan ini untuk
mengantisipasi kelebihan dalam penambahan aquades, maka saat
hampir mencapai batas ukur praktikan menggunakan pipet tetes dalam penambahan aquades tersebut. Kemudian
labu ukur ditutup dan menggojog larutan dengan arah dijungkir balikkan / atas
bawah sampai semuanya tercampur. Langkah terakhir adalah mengamati perubahan
yang terjadi.
Berdasarkan
hasil
pengamatan praktikan ,perubahan
yang terjadi pada pengenceran larutan yaitu :
Pada larutan CH3COOH 1M, tidak terjadi perubahan warna, tetapi muncul gelembung setelah digojog dan bau yang menyengat. Untuk larutan CH3COOH 0,5 M juga tidak adanya warna yang berubah,
masih muncul gelembung setelah digojog, dan bau pada larutan sudah berkurang atau tidak
terlalu menyengat. Selanjutnya untuk larutan
CH3COOH 0,1 M juga tidak mengalami adanya perubahan warna, tetap muncul gelembung setelah digojog, dan bau semakin tidak menyengat.
2.
NaCl
Pada praktikum kali ini, praktikan
membuat larutan NaOH, larutan CH3COOH, larutan NaCl (1M, 0,5M, dan
0,1M). Untuk membuat suatu larutan dalam
laboratorium diperlukan cara-cara tertentu agar tidak terjadi kesalahan yang
dapat membahayakan diri kita sendiri. Untuk pembuatan larutan dengan
konsentrasi tertentu dapat dilakukan dengan cara mengencerkan larutan pekatnya
atau membuat dari kristalnya. Larutan NaOH dan NaCl dibuat dari kristalnya,
sedangkan larutan CH3COOH dibuat dengan cara mengencerkan larutan
pekatnya. Pengenceran adalah suatu kegiatan mencampurkan suatu larutan pekat
(berkonsentrasi tinggi) dengan larutan pengencer (akuades) menjadi larutan
dengan konsentrasi yang lebih rendah dari larutan terlarutnya. Pengenceran
dilakukan dengan menambahkan aquades ke dalam larutan yang pekat. Penambahan
aquades ini mengakibatkan konsentrasi berubah dan volume diperbesar tetapi
jumlah mol zat terlarut tetap.
Pembuatan dan
pengenceran larutan NaCl
Larutan
NaCl dibuat dari kristalnya, dengan cara menambahkan akuades dalam volume
tertentu. Untuk mengetahui seberapa banyak (gram) kristal NaCl yang diperlukan
untuk membuat larutan NaCl 1M, sebelumnya praktikan harus menghitung terlebih
dahulu dengan menggunakan rumus:
M=
Dimana
M
: molaritas zat yang akan dibuat
gr
: massa zat terlarut yang dibutuhkan
Mr
: massa molekul relatif
V
: volume yang larutan yang akan dibuat
Dalam kegiatan ini, praktikan membuat
100 mL larutan NaCl 1 M (Mr NaCl = 58,5). Dari hasil analisis data berdasarkan
rumus di atas, kita dapat mengetahui kristal NaCl yang diperlukan yaitu
sebanyak 58,5 gram. Setelah itu praktikan menimbang kristal NaCl dengan
menggunakan neraca analitik. Saat penimbangan praktikan harus menggunakan
kertas atau plastik sebagai alas supaya kristal NaCl tidak tercecer. Perlu
diperhatikan, labu ukur harus diisi sedikit akuades sebelum kristal dimasukkan.
Hal ini dilakukan supaya kristal ini lebih cepat larut.
Kristal
yang telah ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam labu ukur berisi sedikit
akuades dengan hati-hati lalu menggoyang-goyang labu ukur. Setelah semua larut,
semudian praktikan menambahkan akuades
sampai tanda batas. Labu ukur yang digunakan dalam percobaan ini yaitu labu
berukuran 100mL. Untuk menghomogenkan larutan dilakukan dengan cara menutup
labu volumetrik dengan tutupnya, ibu jari menekan tutup dan gojog secara
bolak-balik (ke atas-bawah). Ternyata larutan berbusa setelah digojog dan warna
larutan bening. Selanjutnya praktikan menggunakan larutan ini sebagai bahan
yang akan digunakan untuk membuat larutan NaCl 0,5 M.
Membuat
larutan NaCl 0,5 M
Larutan NaCl 0,5 M 50 mL dibuat dengan
cara mengencerkan larutan NaCl 1M yang telah praktikan buat sebelumnya dengan
menggunakan akuades. Sebelum melakukan pengenceran praktikan harus menghitung
volume larutan NaCl yang akan diencerkan dengan menggunakan rumus:
V1.M1=
V2.M2
Dimana
V1:
volume zat pekat
V2:
volume encer ( yang akan dibuat)
M1:
molaritas za pekat
M2:
molaritas encer (yang akan dibuat)
Dari
hasil analisis data yang praktikan lakukan, dapat diketahui untuk membuat 50 mL
larutan NaCl 0,5 M dibutuhkan larutan NaCl 1 M sebanyak 25 mL. Kemudian praktikan
mengambil 25 mL larutan NaCl 1 M dengan menggunakan pipet ukur (10 mL) beserta
ball pipet. Adapun cara menggunakan ball pipet yaitu saat mengambil larutan,
praktikan harus menekan huruf S, sedangkan untuk mengeluarkan larutan praktika
harus menekan huruf E.
Setelah
itu, memasukkan 25 mL larutan NaCl 1 M ke dalam labu volumetrik berukuran 50 mL
dan menambahkan akuades sampai batas. Untuk menghomogenkan larutan dilakukan
dengan cara menutup labu volumetrik dengan tutupnya, ibu jari menekan tutupdan menggojognya
secara bolak-balik. Setelah digojog muncul buih di bagian atas dan larutan
tetap bening. Larutan encer yang sudah dibuat kemudian digunakan sebagai bahan
untuk membuat larutan NaCl 0,1 M dan sisanya dimasukkan ke dalam tempat yang
telah disediakan.
Membuat larutan NaCl
0,1 M
Larutan
NaCl 0,1 M dibuat dari pengenceran larutan NaCl 0,5 M. Sebelumnya, praktikan
menghitung volume larutan pekat yang akan diencerkan. Rumus pengenceran yang
digunakan yaitu V1.M1= V2.M2
Dari hasil perhitungan,
dapat diketahui banyaknya larutan NaCl 0,5 M yang dibutuhkan untuk membuat 50
mL larutan NaCl 0,1 M yaitu sebanyak 10 mL. Kemudian praktikan mengambil 10 mL
larutan NaCl 0,5 M dengan menggunakan pipet ukur (10 mL) beserta ball pipet.
Adapun cara menggunakan ball pipet yaitu saat mengambil larutan, praktikan
harus menekan huruf S, sedangkan untuk mengeluarkan larutan praktika harus
menekan huruf E.
Selanjutnya
praktikan memasukkan 10 mL larutan NaCl 0,5 M ke dalam labu volumetrik
berukuran 50 mL dan menambahkan akuades sampai batas. Untuk menghomogenkan
larutan dilakukan dengan cara menutup labu volumetrik dengan tutupnya, ibu jari
menekan tutupdan menggojognya secara bolak-balik. Setelah digojog muncul buih
di bagian atas dan larutan tetap bening. Larutan encer yang sudah dibuat
kemudian dimasukkan ke dalam tempat yang telah disediakan.
3. NaOH
a.
Pembuatan
Larutan NaOH
Larutan kedua yang dilarutkan praktikan yaitu larutan NaOH. Larutan
didefinisikan sebagai campuran yang homogen antara 2 macam zat ataupun lebih.
Larutan terdiri dari pelarut dan zat terlarut. Pada percobaan kedua ini
yangberperan sebagai zat terlarut adalah NaOH sebanyak 1 gram, sedangkan zat
pelarutnya adalah aquades. Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda
kaustik atau sodium hidroksida,
adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa
Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin
yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia digunakan di berbagai macam bidang
industri, kebanyakan digunakan sebagai basa dalam proses produksi bubur kayu dan kertas, tekstil, air minum, sabun dan deterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia. Natrium hidroksida murni berbentuk putih padat dan tersedia
dalam bentuk pelet, serpihan, butiran ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat
lembap cair dan secara spontan menyerap karbon dioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan
panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan
metanol, walaupun kelarutan NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil
daripada kelarutan KOH. Ia
tidak larut dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida akan
meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas.
Dalam percobaan ini, akan dilakukan
2 kegiatan, yaitu pembuatan larutan dasar, dan pengenceran larutan dasar.
Pembuatan larutan NaOH dilakukan dengan langkah-langkah sebagai berikut. Pertama-tama
praktikan menghitung berapa massa zat terlarut yang harus diambil. Karena
larutan yang kedua ini menggunakan zat terlarut berupa padatan, maka praktikan
terlebih dahulu menghitung jumlah Kristal NaOH yang akan dilarutkan dengan
rumus sebagai berikut :
M=
Dimana
M = Molaritas zat yang akan dibuat,
g =
massa zat terlarut yang dibutuhkan,
Mr = massa molekul relative, dan
V = volume yang akan dibuat.
Adapun molaritasnya sudah ditentukan
sebelumnya, yaitu 1 M. dengan diketahui molaritasnya, maka praktikan dapat mengetahui
seberapa banyak Kristal NaOH yang akan dilarutkan dengan menggunakan rumus
diatas. Dari hasil perhitungan, didapatkan Kristal NaOh yang akan dilarutkan
sebanyak 4 gram. Praktikan menimbang Kristal NaOH yang akan digunakan dalam
percobaan dengan neraca analitik (digital), adapun sebelum menimbang kristal
NaOHnya, kaca arloji sebagai wadah zat yang akan ditimbang, dilapisi dulu
dengan plastic bening, hal ini dilakukan agar menghindari kontak langsung
antara NaOH dengan kaca arloji, dimana NaOH ini sangat reaktif terhadap bahan
seperti kaca, bahan ini dapat mengkorosi gelas, membentuk natrium silikat.
Langkah selanjutnya, yaitu praktikan memasukkan sedikit aquades kedalam labu
volumetric yang akan dipakai (100 Ml), kemudian memasukkan NaOH yang sudah
ditimbang, praktikan menggunakan alat bantu kertas untuk memasukkan NaOH
kedalam labu volumetric yang lubangnya kecil. Setelah semua Kristal NaOH masuk
kedalam labu volumetric, praktikan menambahkan aquades sedikit demi sedikit
sambil dilarutkan dengan cara menggojog labu volumetric, setelah semua larut,
praktikan menambahkan aquades sampai tanda batas melewati dinding labu
volumetric agar reaksi nya bisa teramati dengan jelas.
Pada saat
larutan NaOH dilarutkan dengan aquades, larutan tersebut terasa panas. Hal ini
disebabkan karena adanya reaksi eksoterm yaitu perpindahan kalor dari sistem ke
lingkungan, sehingga suhu lingkungan naik (reaksi kimia disertai pengeluaran
panas ke lingkungan). Semakin banyak NaOH yang dilarutkan dalam air, maka
suhunya makin tinggi. NaOH bersifat basa kuat karena atom Na+ memiliki
energi yang cukup rendah. Dan juga pada saat pelarutan NaOH dengan aquades
tidak terjadi perubahan warna pada air tidak terjadi perubahan warna karena
larutan yang terbentuk adalah larutan sejati yaitu komponen-komponennya tidak
akan terpisah jika didiamkan dan larutan tersebut adalah larutan yang tidak ada
bidang batas antara zat terlarut dan pelarutnya, artinya tidak dapat dibedakan
antara pelarut dan zat terlarut. Berikut adalah reaksi antara NaOH dan aquades:
NaOH(s) + H2O(l) → NaOH(aq) +
H2O(l).
Selanjutnya
menghomogenkan larutan dengan cara menutup labu volumetric dengan tutupnya, dan
ibu jari menekan tutup labu tersebut kemudian menggojognya secara bolak-balik.
saat larutan sudah homogenya, praktikan mengamati reaksi yang terjadi pada labu
volumetric, yaitu labu volumetric terasa panas, dan muncul gelembung pada
larutan dan kemudian menjadi busa. Hal ini tidak sesuai dengan hasil reaksi
dari NaOH dan aquades, dimana menurut reaksi kimianya tidak ada gas yang
dihasilkan. pelarutan NaOH
dengan aquades ini tidak merubah warna dari larutan, jsdi larutan tetap bening
atau tidak berwarna.
b.
Pengenceran larutan NaOH I M menjadi 0,5 M
Setelah larutan NaOH 1 M
selesai dibuat, percobaa selanjutnya yaitu pengenceran larutan NaOH. Pengenceran
yaitu suatu cara atau metode yang diterapkan pada suatu senyawa dengan jalan
menambahkan pelarut yang bersifat netral, lazim dipakai yaitu aquadest dalam
jumlah tertentu. Penambahan pelarut dalam suatu senyawa dan berakibat
menurunnya kadar kepekatan atau tingkat konsentrasi dari senyawa yang
dilarutkan/diencerkan. Sebelum melakukan pengenceran, praktikan terlebih dahulu
menghitung volume zat yang akan diencerkan, adapun rumus yag digunakan untuk
mengetahui seberapa banyak volume NaOH yang akan diencerkan untuk mendapatkan
konsetrasi sebesar 0,5 M yaitu :
M1 x
V1 = M2 x V2
Dimana :
M1 = konsentrasi
zat pekat
M2 = konsentrasi encer
(yang akan dibuat)
V1= volume zat pekat
V2= volume encer ( yang
akan dibuat)
Dari hasil
perhitungan menggunakan rumus diatas, maka didapat volume larutan NaOH yang
akan diencerkan untuk mencapai konsentrasi 0,5 M sebanyak 25 ml. setelah
mengetahui jumlah larutan yang akan diencerkan, kemudian prakyikan memasukkan
zat yang pekat, dalam hal ini larutan NaOH 1 M kedalam labu volumetric (missal
50 ml). selanjutnya praktikan menambahkan aquades sampai tanda batas.
Selanjutnya praktikan menghomogenkan larutaan dengan cara menutup labu
volumetric dengan tutupnya, ibu jari menekan tutup dan digojog secara
bolak-balik, dan didapatlah larutan NaOH 0,5 M. dari pengenceran larutan NaOH 1
M menjadi 0,5 M ini praktikan tidak melihat adanya gejala-gejala yang terjadi
dari reaksi pengenceran tersebut, labu ukur tidak terasa panas, tidak muncul
gelembung-gelembung gas serta warnanyatidak berubah, tetap jernih saat sebelum
terjadi pengenceran.
c.
Pengenceran larutan NaOH 0,5 M menjadi 0,1 M
Setelah larutan
NaOH 0,5 M selesai dibuat, percobaan selanjutnya
yaitu pengenceran larutan NaOH menjadi 0,1 M. Seperti
percobaan sebelumnya, Sebelum melakukan pengenceran, praktikan terlebih dahulu
menghitung volume zat yang akan diencerkan, adapun rumus yag digunakan untuk
mengetahui seberapa banyak volume NaOH yang akan diencerkan untuk mendapatkan
konsetrasi sebesar 0,1 M yaitu :
M1 x
V1 = M2 x V2
Dimana :
M1 = konsentrasi
zat pekat
M2 = konsentrasi encer
(yang akan dibuat)
V1= volume zat pekat
V2= volume encer ( yang
akan dibuat)
Dari hasil
perhitungan menggunakan rumus diatas, maka didapat volume larutan NaOH yang
akan diencerkan untuk mencapai konsentrasi 0,5 M sebanyak 10 ml. setelah
mengetahui jumlah larutan yang akan diencerkan, kemudian prakyikan memasukkan
zat yang pekat, dalam hal ini larutan NaOH 0,5 M kedalam labu volumetric
(missal 50 ml). selanjutnya praktikan menambahkan aquades sampai tanda batas.
Selanjutnya praktikan menghomogenkan larutaan dengan cara menutup labu
volumetric dengan tutupnya, ibu jari menekan tutup dan digojog secara
bolak-balik, dan didapatlah larutan NaOH 0,1 M. dari pengenceran larutan NaOH 1
M menjadi 0,5 M ini praktikan tidak melihat adanya gejala-gejala yang terjadi
dari reaksi pengenceran tersebut, labu ukur tidak terasa panas, tidak muncul gelembung-gelembung
gas serta warnanya tidak berubah, tetap jernih saat sebelum terjadi
pengenceran.
H. KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan di atas dapat
disimpulkan bahwa
a. Untuk mengencerkan larutan dasar yaitu
dengan mencampur larutan pekat (konsentrasi tinggi) dengan cara
menambahkan pelarut agar diperoleh volume akhir yang lebih besar.
b. cara pembuatan dan membuat larutan 100 ml /NaCl/NaOH, konsentrasi 1 M, 50 ml /NaCl/NaOH 0,5M dengan mengencerkan
dari /NaCl/NaOH 1M, dan 50 ml NaOH 0,1M dengan mengencerkan dari NaOH 0,5 M.
2.
Saran
·
Dalam melakukan
praktikum harus sangat
berhati-hati dan sesuai dengan prosedur yang telah diberikan agar tidak terjadi kesalahan.
·
Dalam melakukan pengukuran massa ataupun volume harus tepat dan cermat
agar hasil yang diperoleh maksimal.
I.
DAFTAR PUSRAKA
Brady,
J. E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur. Binarupa Aksara:
Jakarta.
Chang,
Raymond. 2004.Kimia Dasar Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga.
Ekosari,
dkk. 2012. Petunjuk Praktikum Pengelolaan
dan Teknik Laboratorium IPA. Yogyakarta: FMIPA UNY.
Heaton, A. (1996) An Introduction to Industrial Chemistry,
3rd edition, New York:Blackie. ISBN 0-7514-0272-9.
N.
N. Greenwood, A. Earnshaw, Chemistry of the Elements, 2nd ed.,
Butterworth-Heinemann, Oxford, UK, 1997.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar