Minggu, 17 November 2013

keanekaragaman



LAPORAN PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR I
KEANEKARAGAMAN DAN KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP



OLEH
 KELOMPOK II
1.      Muh. Labib Ridlo                   (12312241015)
2.      Heru Khoirul Ummah             (12312241036)
3.      Alvionita                                 (12312241024)
4.      Vini Rahayu                            (12312241012)
5.      Friyaka Nurbiyanti                  (12312241041)
6.      Yuti Yuliani                             (12312241039)


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2012
KEANEKARAGAMAN DAN KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP
A.    TUJUAN
Kegiatan 1
1.      Menginventarisasi karakter morfologi individu-individu penyusun populasi.
2.      Melakukan observasi ataupun pengukuran terhadap parameter-parameter yang terinventarisasi.
3.      Membandingkan ciri morfologi suatu individu dengan individu lainya dalam subpopulasi (subspesies) yang sama.
4.      Membandingkan ciri morfologi suatu individu dengan individu lainya dalam subspesies yang sama (spesies yang sama).
5.      Membandingkan ciri individu antar spesies.
Kegiatan 2
1.      Mengidentifikasi dasar-dasar yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian.
2.      Mengelompokan (klasifikasi) secara dikotomi berdasarkan ciri morfologi.
3.      Mengidentifikasi pola persamaan dan perbedaan dalam suatu kelompok hasil klasifikasi berdasarkan takson.

B.     KAJIAN PUSTAKA
1.      Keanekaragaman
Setiap jenis mahluk hidup memiliki ciri tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman. Keanekaragaman adalah salah satu gejala kehidupan ( gejala biologis ). Keanekaragaman ditunjukkan dengan kesamaan dan perbedaan ciri yang terdapat diantara mahluk satu dengan lainya, pada semua tingkat organisasi kehidupan mulai dari tingkat molekul sampai pada tingkat komunitas. Keanekaragaman terbagi menjadi 3 macam keanekaragaman, antara lain gen, jenis dan ekosistem.
a.       Keanekaragaman Gen, adalah keanekaragaman yang timbul karena adanya perbedaan sifat atau perbedaan genetik antar satu spesies. Contoh dari keanekaragaman ini adalah, perbedaan atau variasi jenis mangga yaitu mangga gadung, mangga apel, mangga manalagi, dan mangga indramayu.
b.      Keanekaragaman Jenis, adaalah keanekaragaman yang terjadi dalam antarjenis individu. Misalnya, di dalam golongan burung dapat dijumpai itik, ayam, bebek, angsa, merpati, dan burung parkit.
c.       Keanekaragaman Ekosistem, adalah keanekaragaman yang terjadi karena adanya interaksi antara komponen abiotik dan biotik. Misalnya, ekosistem hutan bakau, ekosistem hutan hujan tropik, ekosistem padang rumput, dan sebagainya.
Karena demikian banyaknya variasi diantara satu mahluk hidup dengan lainya, maka diperlukan usaha penyederhanaan dengan cara pengelompokan (klasifikasi) berdasarkan pada kesamaan dan perbedaan cirri. Mahluk yang memiliki kesamaan ciri dikelompokan menjadi satu kelompok, dan yang memiliki perbedaan dipisahkan menjadi kelompok yang berbeda. Diantara mahluk hidup, semakinj banyak kesamaan cirri yang dimilki (pada semua tingkat organisasi) dianggap semakin dekat hubungan kekerabatanya, dan sebaliknya.
2.      Klasifikasi makhluk hidup
Untuk mengenali dan mempelajari  mahluk hidup secara keseluruhan tidak mudah sehingga dibuat klasifikasi (pengelompokkan) mahluk hidup. Klasifikasi mahluk hidup adalah suatu cara memilah dan mengelompokkan mahluk hidup menjadi golongan atau unit tertentu. Klasifikasi modern berakar pada system Carolus Linnaeus, yang mengelompokan spesies menurut sifat fisik yang dimiliki bersama. Karya Linnaeus yang sangat penting adalah penaman jenis (spesies) dengan menggunakan dua nama atau disebut binomial nomenklatur. Dalam klasifikasi, terlebih dahulu dilakukan pencandraan atau identifikasi. Identifikasi didasarkan pada persamaan dan perbedaan ciri bentuk luar (morfologi), susunan tubuh (anatomi), faal tubuh (fisiologi), perilaku dan kromosom. Mahluk hidup yang memiliki persamaan ciri dikelompokkan ke dalam suatu unit yang disebut takson. Takson disusun dari tingkat yang tertinggi sampai ke tingkat terendah. Semakin tinggi takson, semakin sedikit persamaan cirinya. Semakin rendah tingkatan takson, semakin banyak persamaan cirinya.



Berikut adalah urutan tingkatan takson:
                                     Tinggi                        
Kingdom
Filum atau Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Species
Rendah      
Tujuan klasifikasi mahluk hidup adalah untuk mempermudah untuk mengenali, membandingkan, dan mempelajari mahluk hidup. Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri pada  mahluk hidup. Klasifikasi mahluk hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan cirri yang dimiliki mahluk hidup, misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memiliki ciri yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Salah satu cara mengklasifikasikan mahluk hidup yakni dengan menggunakan kunci dikotomi atau kunci determinasi. Kunci determinasi adalah petunjuk yang dapat digunakan untuk menentukan jenis hewan dan tumbuhan yang ada di lingkungan tertentu. Di dalam kunci itu tercantum ciri-ciri hewan atau tumbuhan yang akan ditentukan golongannya. Kunci determinasi hanya dibuat untuk lingkungan tertentu, sehingga tidak tepat jika digunakan di lingkungan lain.
3.      Penamaan ilmiah
Menurut aturan Kode Internasional Tata Nama Hewan dan Tumbuhan, setiap jenis mahluk hidup dapat digolongkan pada kelompok tertentu. Setiap jenis mahluk hidup yang sudah dikenal diberi nama ilmiah yang terdiri atas dua suku kata. Suku kata pertama merupakan nama genus (marga), suku kata kedua merupakan penunjuk spesies (jenis). Huruf pertama suku kata pertama ditulis dengan hurf kapital, sedangkan huruf selanjutnya ditulis dengan huruf kecil.
Penulisan nama ilmiah dibedakan dari penulisan teks lainnya. Misalnya jika teks dicetak tegak, nama ilmiah dicetak miring. Sebaliknya jika teks dicetak miring, nama ilmiah dicetak tegak. Jika ditulis tangan, nama ilmiah ditulis dengan diberi garis bawah. Contoh penulisan nama ilmuah mahluk hidup adalah :
·      Kenanga (Cananga odorata)
·      Melati Gambir (Jasminum pubescens)
·      Melati Putih (Jasminus sambac)
·      Anggrek Bulan (Phalaenopsis amabilis)
·      Anggrek Hitam (Coelogyne pandurata)

Ciri-ciri morfologi daun sebagai dasar klasifikasi
Agar dapat dipahami secara lebih jelas, macam-macam bentuk daun jika digambarkan adalah sebagai berikut:
Ø  Jorong ( ovalis ) atau elips jika panjang  sama dengan 1,5 x lebar.
Ø  Lanset ( lanceolatus ) jika panjang : lebar = 3-5 : 1
Ø  Memanjang ( oblongus ) jika panjang =2,5 x lebar
Ø  Bulat atau bundar (orbicularis) jika panjang : lebar= 1:1
Ø  Bangun perisai (peltatus) daun yang biasanya bangun bulat, mempunyai tangkai daun yang tidak tertanam pada tangkai daun.
Gambar Bentuk Daun
Adapun macam-macam bentuk permukaan daun adalah sebagai berikut:
Ø  Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan:
-          Mengkilap (nitidus)
-          Suram (opacus)
-          Berselaput lilin(pruinosus)
Ø  Gundul (glaber), misalnya daun jambu air.
Ø  Kasap(scaber), misalnya daun jati.
Ø  Berkerut (rugosus), misalnya daun jambu biji.
Ø  Berbingkul-bingkul (bullatus), misalnya daun airmata pengantin.
Ø  Berbulu (pilosus), misalnya daun tembakau.
Ø  Berbulu halus dan rapat (villosus), berbulu sedemikian rupa sehingga ketika diraba terasa seperti beludru.
Ø  Berbulu kasar (hispidus), misalnya daun gadung.
Ø  Bersisik (lepidus), misalnya sisi bawah daun durian.


     Bentuk Permukaan Daun

Bentuk ujung berbeda-beda seperti yang digambarkan oleh gambar berikut :
Ø  Tumpul (obtusus) : tepi daun yang semula masih agak jauh dai ibu tulang cepat menuju ke suatu titik pertemuan hingga terbentuk sudut tumpul.
Ø  Meruncing (acuminatus) : ujung terletak lebih tinggi dari yang diperkirakan bila ditarik garis sisi daun yang akan berpotongan di daerah ujung daun.
Ø  Membulat (rotundatus) : seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak terbentuk sudut sama sekali.
Ø  Terbelah (retusus) : ujung daun memperlihatkan suatu lekukan, kadang-kadang amat jelas.
Ø  Runcing (acutus): jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit dem sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk sudut daun.
Ø  Rompang (truncatus ) : ujung daun tampak sebagai garis yang rata.
Gambar ujung daun

Bentuk tepi daun:
1.      Rata : utuh (integer)
2.      Bertoreh (divisus)
Tepi daun dengan toreh yang bertoreh yang merdeka:
Ø  Berombak (repandus): sinus maupun angulus tumpul.
Ø  Bergerigi (serratus): lekukan bergantian dengan tonjolan yang agak runcing.
Ø  Bergerigi ganda (biserratus) : jika bagian angulus pada tepi daun bergerigi menunjukkan gerigi lagi.
Ø  Beringgit (crenatus) : sinus tajam , angulus tumpul.
Ø  Bergigi (dentatus) : jika sinus tumpul , angulus lancip.
Gambar tepi daun

Susunan daun:
Ø  Tunggal : 1 helai daun
Ø  Majemuk : daun yang memiliki lebih dari 1 helai daun
Daun majemuk (folium compositum) mempunyai tangkai bercabang dan baru pada tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun. Pada suatu daun majemuk dapat kita bedakan bagian-bagian berikut:
Suatu daun majemuk dapat dibedakan bagian-bagian berikut :
a.       Ibu tangkai daun (potiolus communis), yaitu bagian daun majemuk yang menjadi tempat duduknya helaian-helaian daun, yang masing-masing dinamakan anak daun (folium). Ibu tangkai daun ini dapat dipandang merupakan penjelmaan tangkai daun tunggal ditambah dengan ibu tulangnya, oleh sebab itu kuncup ketiak pada tumbuhanyang mempunyai daun majemuk, letaknya juga diatas pangkal ibu tangkai pada batang.
b.      Tangkai anak daun (petiololus), yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung anak daun. Bagian ini dapat dianggap sebagai penjelmaan suatu tulang cabang pada daun tunggal, oleh sebab itu didalam ketiaknya tak pernah terdapat suatu kuncup.
c.       Anak daun (foliolum), bagian ini sesungguhnya adalah bagian –bagian helaian daun yang karena dalam dan besarnya toreh menjadi terpisah-pisah.
Karena suatu daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal, pada daun majemuk dapat pula kita temukan bagian lain seperti pada daun tunggal, misalnya :
upih daun (vagina), yaitu bagian dibawah ibu tangkai yang lebar dan biasanya memeluk batang, seperti pada daun pinang (Areca catechu L.).
Sama halnya dengan daun tunggal, pada pangkal ibu tangkai daun majemuk atau di dekat pangkal ibu tangkai itu dapat pula di temukan sepasang daun penumpu, seperti misalnya pada daun mawar (Rosa sp.),yang berupa dua daun kecil melekat pada kanan kiri pangkal ibu tangkai daun, dan juga pada daun kacang kapri (Pisum sativum L.) yang disini merupakan sepasang daun yang lebar dan ikut serta menunaikan tugas daun sebagai alat untuk berasimilasi. Sebagai tambahan dapat juga kiranya dikemukakan, bahwa pada satu daun majemuk semua anak daun terjadi bersama-sama dan biasanya runtuh bersama-sama pula. Sedang suatu cabang dengan daun-daun tunggal mempunyai daun yang tidak sama umur maupun besarnya, dan tentu saja daun-daun tadi tidak runtuh bersama-sama.
Pada suatu daun majemuk seperti daun tunggal pula terdapat pertumbuhan yang terbatas, artinya tidak bertambah panjang lagi dan ujungnya tidak mempunyai kuncup.
Pada daun majemuk tak akan terdapat kuncup dalam ketiak anak daun, sedang pada pada suatu cabang biasanya dalam ketiak daunnya terdapat satu atau mungkin lebih dari satu kuncup.
Walaupun demikian selalu ada hal-hal yang jika kurang seksama pemeriksaannya dapat menyesatkan, seperti misalnya : pada pohon cerme (Phyllanthus acidus Skeels) dan belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi L.), kedua pohon ini memiliki daun majemuk, tetapi daun majemuk ini sampai agak lama masih memperlihatkan pertumbuhan memanjang, sehingga anak daunnya mempunyai umuryang berbeda, oleh karena itu juga tidak luruh bebarengan. Pada tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) dan katu (Sauropus androgynus Merr.) terdapat cabang-cabang dengan daun tunggal yang berselang-seling, yang tumbuh mendatar dari batang pokok dan terbatas. Cabang-cabang daun ini akan kita kira daun majemuk, tetapi dugaan itu keliru karena dari ketiak-ketiaknya pada waktu-waktu tertentu akan tampak keluar bunga yang kemudian jadi buah pula. Jika itu daun majemuk, padanya tak mungkin akan kita temukan bunga atau buah.
Menurut susunan anak daun dan ibu tangkainya, daun dapat dibedakan menjadi 4 golongan :
a.       daun majemuk menyirip (pinñatus )
b.      daun majemuk menjari (palmatus)
c.       daun majemuk daun kaki (pedatus)
d.      daun majemuk campuran (digitato pinnatus)

a.       Daun majemuk menyirip (pinñatus )
Daun majemuk menyirip ialah daun majemuk yang anak daunnya terdapat di kanan kiri ibu tangkai daun, tersusun seperti sirip ikan.
Daun majemuk menyirip dibedakan menjadi beberapa macam:
Ø  Daun majemuk menyirip beranak daun satu (unifoliolatus) bila tanpa penyelidikan, daun ini akan disebut sebagai daun tunggal, tetapi di sini tangkai daun memperlihatkan suatu persendian (articulation, jadi helaian daun tidak langsung terdapat pada ibu tangkai. Sesungguhnya pada daun ini juga terdapat lebih dari satu helaian daun, hanya saja yang lain-lainnya telah tereduksi, sehingga tinggal satu daun saja.
Ø  Daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus)biasanya terdapat sejumlah anak daun yang berpasang-pasangan di kanan kiri ibu tulang, oleh sebab itu, jumlah anak daunnya biasanya selalu genap. Namun, ada juga yang menentukannya dengan melihat ujung ibu tangkainya.
Ø  Daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus) yang menjadi pedomannya ialah ada atau tidaknya satu anak daun yang menutup ujung ibu tangkainya.


b.      Daun majemuk menjari (palmatus)
Yang disebut daun mejemuk menjari adalah daun majemuk yang semua anak daunnya tersusun memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari pada tangan. Berdasarkan jumlah daunnya, daun majemuk menjari dapat dibedakan :
Ø  Beranak daun dua (bifiolatus): ujung ibu tangkai terdapat dua anak daun.
Ø  Beranak daun tiga (trifiollatus): ujung ibu tangkai terdapat tiga anak daun.
Ø  Beranak daun lima (quinquefoliolatus): ujung ibu tangkai terdapat lima anak daun.
Ø  Beranak daun tujuh (septemfoliolatus): tujuh anak daun pada ujung ibu tangkainya.
c.       Daun majemuk daun kaki (pedatus)
Daun yang mempunyai susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi anak daun yang paling pinggir tidak duduk pada ibu tangkai, melainkan pada tangkai anak daun yang di sampingnya.
d.      Daun majemuk campuran (digitato pinnatus) adalah suatu daun majemuk ganda yang mempunyai cabang-cabang ibu tangkai memencar seperti jati dan terdapat pada ujung ibu tangkai daun, tetapi pada cabang-cabang ibu tangkai ini terdapat anak-anak daun yang tersusun menyirip. Jadi daun majemuk campuran adalah campuran susunan yang menjari dan menyirip.

Tulang daun :
Ø  Menyirip (penninervis) : cabang tulang daun akan keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
Ø  Menjari (palminervis): cabang tulang daun berpencar dari satu tempat di dasar tulang daun utama
Ø  Melengkung (cervinervis): mempunyai beberapa tulang yang besar, satu ditengah, yaitu yang paling besar sedang yang lainnya mengikuti jalannya tepi daun.
Ø  Sejajar (rectinervis): mempunyai satu tulang yang besar ditengah sedang tulang yang lainnya jelas lebih kecil, mempunyai arah yang sejajar.

Pangkal daun :
Ø  Tumpul (obtusus) : pada daun-daun bangun bulat telur
Ø  Membulat (rotundatus): pada daun-daun bangun bulat, jorong, dan bulat telur.
Ø  Berlekuk(emarginatus) : pda daun-daun bangun anak panah, ginjal, bentuk jantung.
Ø  Runcing (acutus): pada daun-daun bangun lanset.
Ø  Rompang (truncatus): terdapat pada helai daun bangun segitiga dan delta.
Ø  Meruncing (acuminatus) : terdapat pada daun memanjang, lanset, belah ketupat.

                Bentuk pangkal daun




C.     METODOLOGI
1.      Tempat dan waktu praktikum
Tempat                                                :  Kebun biologi FMIPA,UNY
Waktu praktikum                                :  18 Oktober 2012
2.      Objek pengamatan
·         Mahluk hidup
·         Berbagai organ daun tanaman dan hewan di lingkungan sekitar
3.      Alat dan bahan
Alat :
·         Mistar
·         Alat tulis

Bahan :
·         Berbagai macam daun
·         Hewan (belalang dan ayam)


4.      Prosedur Kerja
Ø  Kegiatan 1
Menentukan satu populasi tumbuhan/hewan yang terdiri atas 10 atau lebih individu.

 


Merumuskan simpulan mengenai ada atau tidaknya perbedaan-perbedaan individu dalam populasi yang sama , antar populasi ataupun antara hewan dan tumbuhan.

Mengobservasi atau mengukur parameter-parameter yang dimiliki individu-individu tersebut.
Membandingkan hasil observasi antar individu sesama anggota populasi tersebut.

Mencatat hasil observasi atau pengukuran kedalam tabel.

Membandingkan hasil observasi anatar individu antar populasi.

Menginventarisasi parameter-parameter pada individu-individu tersebut yang dapat diobservasi cirri morfologinya ataupun dapat diukur

 






















Ø  Kegiatan 2
Menempatkan keseluruhan daun dan hewan yang sudah ditentukan untuk diobservasi.

Mencoba membuat pengelompokan berdasarkan kesamaan cirri tertentu.

 


                                                           
Melakukan pemisahan dan pengelompokan langkah demi langkah (dengan dasar tertentu) untuk setiap langkah terus menerus hingga tidak mampu lagi membuat kelompok yang lebih kecil lagi.

Mencatat hasil pemisahan atau pengelompokan dalam bentuk skema.

Membaca kedudukan  taksonomik masing-masing individu menurut hasil klasifikasi,dan membandingkan dengan hasil kelompok lain.

Menarik kesimpulan berdasarkan kegiatan tersebut.

 
















D.    DATA PERCOBAAN
·         Tabel Pengamatan Tumbuhan
Nama Daun
Parameter
Bentuk
Ujung
Tepi
Jenis
Tulang daun
Permukaan
Pangkal daun
Tulang cabang daun
A
1
Jorong
Terbelah
Rata
Tunggal
Menyirip
Licin
Membulat
Bersatu
2
Jorong
Runcing
Rata
Tunggal
Menyirip
Licin
Membulat
Bersatu
3
Lanset
Runcing
Rata
Tunggal
Menyirip
Licin
Tumpul
Bersatu
4
Lanset


Tunggal
Menyirip
Licin
Tumpul
Bersatu
5
Lanset
Runcing
Rata
Tunggal
Menyirip
Licin
Runcing
Bersatu
B
1
Lanset
Runcing
Rata
Tunggal
Menyirip
Licin
Runcing
Bersatu
2
Memanjang
Runcing
Rata
Tunggal
Menyirip
Licin
Tumpul
Bersatu
3
Memanjang
Runcing
Rata
Tunggal
Menyirip
Licin
Runcing
Bersatu
4
Jorong
Runcing
Rata
Tunggal
Menyirip
Licin
Tumpul
Bersatu
5
Memanjang
Runcing
Rata
Tunggal
Menyirip
Licin
Tumpul
Bersatu
C
1
Lanset
Runcing
Berombak
Tunggal
Menyirip
Licin
Tumpul
Berhenti di tepi
2
Lanset
Runcing
Berombak
Tunggal
Menyirip
Licin
Tumpul
Berhenti di tepi
3
Lanset
Runcing
Berombak
Tunggal
Menyirip
Licin
Tumpul
Berhenti di tepi
4
Lanset
Runcing
Berombak
Tunggal
Menyirip
Licin
Tumpul
Berhenti di tepi
5
Lanset
Runcing
Berombak
Tunggal
Menyirip
Licin
Tumpul
Berhenti di tepi
D
1
Memanjang
Runcing
Bergerigi ganda
Majemuk
Menyirip
Licin
Rompang
Bersatu
2
Jorong
Runcing
Bergerigi ganda
Majemuk
Menyirip
Licin
Rompang
Bersatu
3
Jorong
Runcing
Bergerigi ganda
Majemuk
Menyirip
Licin
Rompang
Bersatu
4
Memanjang
Runcing
Bergerigi ganda
Majemuk
Menyirip
Licin
Rompang
Bersatu
5
Memanjang
Tumpul
Bergerigi ganda
Majemuk
Menyirip
Licin
Rompang
Bersatu
E
1
Memanjang
Tumpul
Bergerigi ganda
Majemuk
Menyirip
Licin
Tumpul
Bersatu
2
Jorong
Tumpul
Bergerigi ganda
Majemuk
Menyirip
Licin
Tumpul
Bersatu
3
Memanjang
Tumpul
Bergerigi ganda
Majemuk
Menyirip
Licin
Tumpul
Bersatu
4
Jorong
Tumpul
Bergerigi ganda
Majemuk
Menyirip
Licin
Tumpul
Bersatu
5
Jorong
Tumpul
Bergerigi ganda
Majemuk
Menyirip
Licin
Tumpul
Bersatu

Nama daun
Parameter
Bentuk
Ujung
Tepi
Susunan
Tulang
Permukaan
Pangkal
Panjang
F
1
Jorong
Tumpul
Rata
Tunggal
Menyirip
Licin mengkilap
Tumpul

2
Jorong
Rata
Rata
Tunggal
Menyirip
Licin mengkilap
Tumpul

3
Jorong
Tumpul
Rata
Tunggal
Menyirip
Licin mengkilap
Tumpul

4
Jorong
Tumpul
Rata
Tunggal
Menyirip
Licin mengkilap
Tumpul

5
Jorong
Tumpul
Rata
Tunggal
Menyirip
Licin mengkilap
Tumpul

G
1
Lanset
Rata
Berombak
Tunggal
Menyirip
Licin mengkilap
Membulat

2
Memanjang
Tumpul
Berombak
Tunggal
Menyirip
Licin mengkilap
Membulat

3
Memanjang
Rata
Berombak
Tunggal
Menyirip
Licin mengkilap
Membulat

4
Memanjang
Tumpul
Berombak
Tunggal
Menyirip
Licin mengkilap
Membulat

5
Memanjang
Rata
Berombak
Tunggal
Menyirip
Licin mengkilap
Membulat

H
1
Bulat telur
Meruncing
Rata
Tunggal
Menjari
Kasar
Berlekuk
8,5 cm
2
Bulat telur
Meruncing
Rata
Tunggal
Menjari
Kasar
Berlekuk
14,5 cm
3
Bulat telur
Meruncing
Rata
Tunggal
Menjari
Kasar
Berlekuk
10,8 cm
4
Bulat telur
Meruncing
Rata
Tunggal
Menjari
Kasar
Berlekuk
9,5 cm
5
Bulat telur
Meruncing
Rata
Tunggal
Menjari
Kasar
Berlekuk
6,5 cm
I
1
Bulat telur
Membulat
Rata
Majemuk
Menyirip
Licin
Membulat
5 cm
2
Bulat telur
Membulat
Rata
Majemuk
Menyirip
Licin
Membulat
7 cm
3
Bulat telur
Membulat
Rata
Majemuk
Menyirip
Licin
Membulat
6 cm
4
Bulat telur
Membulat
Rata
Majemuk
Menyirip
Licin
Membulat
6,5 cm
5
Bulat telur
Membulat
Rata
Majemuk
Menyirip
Licin
Membulat
4 cm
J
1
Bangun ginjal
Tumpul
Bergerigi
Tunggal
Menyirip
Licin mengkilap
Bentuk jantung
7 cm
2
Bangun ginjal
Tumpul
Bergerigi
Tunggal
Menyirip
Licin mengkilap
Bentuk jantung
8,3 cm
3
Bangun ginjal
Tumpul
Bergerigi
Tunggal
Menyirip
Licin mengkilap
Bentuk jantung
5 cm
4
Bangun ginjal
Tumpul
Bergerigi
Tunggal
Menyirip
Licin mengkilap
Bentuk jantung
6,5 cm
5
Bangun ginjal
Tumpul
Bergerigi
Tunggal
Menyirip
Licin mengkilap
Bentuk jantung
8,3 cm



·         Tabel Pengamatan Hewan
Parameter
Belalang
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Warna tubuh
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Warna mata
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Jumlah sayap
4
4
4
4
4
4
4
4
4
4
Jumlah kaki
6
6
6
6
6
6
6
6
6
6
Jumlah mata
2
2
2
2
2
2
2
2
2
2
Ukuran tubuh
2,5 cm
2 cm
2,7 cm
2 cm
2,8 cm
2,4 cm
2,3 cm
2,3 cm
2,4 cm
2 cm
Panjang sayap
2 cm
1 cm
1,8 cm
1,9 cm
0,6 cm
1,9 cm
0,5 cm
2 cm
2,1 cm
0,5 cm
Panjang antena
0,5 cm
0,4 cm
0,4 cm
0,4 cm
0,5 cm
0,7 cm
0,5 cm
0,8 cm
0,6 cm
0,5 cm
Warna sayap
Luar
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Hijau
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Cokelat
Dalam
Merah
Merah
Merah
Merah
Merah
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning
Kuning

Nama Hewan
Parameter
Panjang Paruh
Panjang Ekor
Panjang kaki
Tinggi Badan
Ayam 1
2,5 cm
7 cm
7 cm
14 cm
Ayam 2
2,5 cm
6 cm
7 cm
16 cm
Ayam 3
3 cm
7 cm
7 cm
18 cm
Ayam 4
2,5 cm
7 cm
7 cm
17 cm















Daun
























Jenis daun



























Tunggal
(A,B,C,F,G,H,J)





Majemuk (D,E,I)






























                tepi daun
Rata (A,B,F,H)



pangkal daun


tak rata (J,C,G)












Rompang (D)

Tumpul (E)
Membulat
(I)







tulang daun






Berombak (C,G)
Gerigi (J)

Menjari (H)
Menyirip (A,B,F)





























      pangkal
daun





Bentuk          Daun   



Tumpul (C)

Membulat (G)













Lanset (B)
                                                                 

Jorong (A,F)






















             
  Ujung  daun










terbelah(A)

Tumpul (F)




















                                     













































KUNCI DETERMINASI:                                         
A. Tumbuhan
1a. Jenis daun tunggal....................................................................2
1b. Jenis daun majemuk.................................................................8
2a. Tepi daun rata..........................................................................3
2b. Tepi daun tidak rata................................................................6
3a. Tulang daun menyirip..............................................................4
3b. Tulang daun menjari...............................................................Daun  H
4a. Bentuk daun jorong.................................................................5
4b. Bentuk daun lanset................................................................ Daun B
5a. Ujung daun tumpul............................................................... Daun F
5b. Ujung daun terbelah............................................................. Daun A
6a. Tepi daun bergerigi............................................................... Daun J
6b. Tepi daun berombak............................................................7
7a. Pangkal daun tumpul........................................................ Daun C
7b. pangkal daun membulat.................................................... Daun G
8a. Pangkal daun rompang........................................................Daun D
8b. Pangkal daun tumpul.........................................................Daun E
8c. Pangkal daun membulat.....................................................Daun F

E. PEMBAHASAN
Praktikum biologi dasar klasifikasi makhluk hidup ini bertujuan untuk mengidentifikasi dasar–dasar yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian, melakukan klasifikasi secara dikotomi berdasarkan ciri morfologi, mengidentifikasi pola persamaan dan perbedaaandalam suatu kelompok hasil klasifikasi berdasarkan takson. Pada percobaan ini menggunakan 10 contoh daun dan 2 contoh hewan.
Untuk membut kunci dikotomi maka dibuat dua pernyataan yang berlawanan untuk bisa mengidentifikasi suatu makhluk hidup dan mengelompokkannya ke hal yang lebih khusus. Praktikan membuat label pada daun dari abjad A sampai J. Praktikan membuat skema dan untuk pengelompokkan awal praktikan membagi berdasarkan jenis daun yaitu daun tunggal dan majemuk. Jenis daun yang majemuk yaitu pada daun D, E dan I, sedangkan pada jenis daun tunggal yaitu pada daun A, B, C, F, G, H, dan J. Pada daun D, E, I dibagi lagi berdasarkan pangkal daun yaitu ramping tumpul, dan membulat. Daun D pangkal daun rompang, daun E pangkal daun tupul dan pangkal daun membulat pada daun I,.
Dan pada daun tunggal A, B, C, F, G, H, J dibagi menjadi 3 berdasarkan tepi daun yaitu bergerigi pada daun J, berombak pada daun C, G, dan tepidaun rata pada daun A, B, F, H. Kemudian daun berombak berdasarkan  pangkal daun dibagi menjadi 2 yaitu tumpul pada daun C, dan membulat pada daun G. Pada tepi daun rata di bagi lagi berdasarkan tulang daun yaitu menjari dan menyirip. Tulang daun menjari pada daun H sedangkan daun A, B, F tulang daun menyirip.Tulang daun menyirip A, B, F dibagi menjadi 2 berdasarkan bentuk daun yaitu lanset pada daun B, dan bentuk daun jorong pada daun A, F. Selain itu, pada daun jorong dibagi lagi berdasarkan ujung daun yaitu tumpul dan terbelah. Daun A ujung daun terbelah dan ujung daun tumpul pada daun F.
Dalam percobaan ini, dilakukan pengamatan terhadap masing-masing individu dari spesies-spesies yang akan menjadi objek. Hal ini dilakukan untuk menginventarisasi karakter morfologi individu penyusun populasi yang akan digunakan sebagai parameter untuk klasifikasi. Kegiatan selanjutnya adalah membandingkan cirri morfologi individu dengan individu yang lain. Hasil perbandingan individu sebagai berikut :
1. Tanaman A
Pada daun-daun spesies tanaman A  terdapat persamaan yaitu :
- Jenis daun tunggal : 1 helai daun
- Tulang daun menyirip (penninervis) : cabang tulang daun akan keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
- tepi daun rata: utuh (integer)
- Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan mengkilap (nitidus)

Persamaan-persamaan tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan antara daun satu dengan daun yang lain masih sangat dekat. Pada daun yang kami amati tersebut juga terdapat perbedaan-perbedaan seperti:
- bentuk daun ( jorong dan lanset)
- ujung daun (terbelah, meruncing dan runcing)
- pangkal daun (membulat, tumpul, runcing)
Perbedaan pada morfologi ikan disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan genetic pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk dan lingkungan hidup. Perbedaan ini digunakan sebagai dasar klasifikasi tanaman A. Perbedaan cirri pada Tanaman A menunjukkan adanya keanekaragaman intraspesies. Keanekaragaman intraspesies adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu spesies.
Dikarenakan keterbatasan informasi dari kelompok lain yang kami compare pada hasil pengamatan pada daun A, maka kami tidak menyertakan klasifikasi tanaman A.
2. Tanaman B
Pada daun-daun spesies tanaman B  terdapat persamaan yaitu :
- Menyirip (penninervis) : cabang tulang daun akan keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
- Tepi daun rata: utuh (integer)
- Jenis daun tunggal : 1 helai daun
- Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan mengkilap (nitidus)
- Ujung daun meruncing(acuminatus) : ujung terletak lebih tinggi dari yang diperkirakan bila ditarik garis sisi daun yang akan berpotongan di daerah ujung daun
Persamaan-persamaan tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan antara daun satu dengan daun yang lain masih sangat dekat. Pada daun yang kami amati tersebut juga terdapat perbedaan-perbedaan seperti: bentuk daun (lanset, jorong dan memanjang).
Perbedaan pada morfologi ikan disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan genetic pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk dan lingkungan hidup. Perbedaan ini digunakan sebagai dasar klasifikasi tanaman B. Perbedaan cirri pada Tanaman B menunjukkan adanya keanekaragaman intraspesies. Keanekaragaman intraspesies adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu spesies.
Dikarenakan keterbatasan informasi dari kelompok lain yang kami compare pada hasil pengamatan pada daun B, maka kami tidak menyertakan klasifikasi tanaman B.
3. Tanaman C
Pada daun-daun spesies tanaman C  terdapat persamaan yaitu :
- Bentuk daun lanset ( lanceolatus ) jika panjang : lebar = 3-5 : 1
- Permukaan daun licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan:mengkilap (nitidus)
- ujung daun runcing (acutus): karena kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit demi
sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk sudut daun.
- Tepi daun  berombak (repandus): sinus maupun angulus tumpul
- Tulang daun menyirip (penninervis) : cabang tulang daun akan keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
- Pangkal daun tumpul(obtusus) : pada daun-daun bangun bulat telur
 - Jenis daun Tunggal : 1 helai daun
Persamaan-persamaan tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan antara daun satu dengan daun yang lain masih sangat dekat.

4. Tanaman D
Pada daun-daun spesies tanaman D  terdapat persamaan yaitu :
- Ujung daun runcing  (acutus):  : karena pada kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit dem sedikit menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk sudut daun.
- Bergerigi ganda (biserratus) : karena bagian angulus pada tepi daun bergerigi menunjukkan gerigi lagi.
- Jenis daun majemuk (folium compositum) karena mempunyai tangkai bercabang dan baru pada tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun.
- Menyirip (penninervis) : cabang tulang daun akan keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
- Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan mengkilap (nitidus)
- Rompang (truncatus): karena helai daun bangun segitiga dan delta
Persamaan-persamaan tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan antara daun satu dengan daun yang lain masih sangat dekat. Pada daun yang kami amati tersebut juga terdapat perbedaan-perbedaan seperti: bentuk daun ( jorong dan meruncing).
Perbedaan pada morfologi ikan disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan genetic pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk dan lingkungan hidup. Perbedaan ini digunakan sebagai dasar klasifikasi tanaman D. Perbedaan cirri pada Tanaman D menunjukkan adanya keanekaragaman intraspesies. Keanekaragaman intraspesies adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu spesies.
Berdasarkan ciri-ciri morfologi diatas, dapat di klasifikasikan tanaman tersebut sebagai berikut:
       Kingdom         : Plantae (Tumbuhan)
       Subkingdom    : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
       Divisi               : Pteridophyta (paku-pakuan)
       Kelas               : Pteridopsida
       Sub Kelas        : Polypoditae
       Ordo                : Polypodiales
       Famili              : Adiantaceae
       Genus              : Adiantum
       Spesies            : Adiantum capillus-veneris L.
5. Tanaman E
Pada daun-daun spesies tanaman E  terdapat persamaan yaitu :
- Tumpul(obtusus) : karena tepi daun yang semula masih agak jauh dai ibu tulang cepat menuju ke suatu titik pertemuan hingga terbentuk sudut tumpul
- Bergerigi (serratus): lekukan bergantian dengan tonjolan yang agak runcing
- Jenis daun majemuk (folium compositum) karena mempunyai tangkai bercabang dan baru pada tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun.
- Menyirip (penninervis) : cabang tulang daun akan keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
- Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan mengkilap (nitidus)
- Tumpul(obtusus) : pada daun-daun bangun bulat telur
Persamaan-persamaan tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan antara daun satu dengan daun yang lain masih sangat dekat. Pada daun yang kami amati tersebut juga terdapat perbedaan-perbedaan seperti: bentuk daun ( jorong dan meruncing). Perbedaan pada morfologi ikan disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan genetic pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk dan lingkungan hidup. Perbedaan ini digunakan sebagai dasar klasifikasi tanaman E. Perbedaan cirri pada Tanaman E menunjukkan adanya keanekaragaman intraspesies. Keanekaragaman intraspesies adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu spesies.
Berdasarkan ciri-ciri morfologi diatas, dapat di klasifikasikan tanaman tersebut sebagai berikut:
Kerajaan: Plantae
Divisi  : Pteridophyta
Kelas   : Psilotopsida
Ordo    :Equisetopsida
Famili  :Marattiopsida
Genus  :Polypodiopsida
Spesies : Polypodiopsida tiliaceus
                                                                                    
6. Tanaman F
Pada daun-daun spesies tanaman F  terdapat persamaan yaitu
-bentuk daun Jorong ( ovalis ) atau elips jika panjang  sama dengan 1,5 x lebar.
- Tepi Bergerigi (serratus): lekukan bergantian dengan tonjolan yang agak runcing
- jenis daun tunggal : 1 helai daun
- Tulang Menyirip (penninervis) : cabang tulang daun akan keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
- Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan mengkilap (nitidus)
- Tumpul(obtusus) : pada daun-daun bangun bulat telur
Persamaan-persamaan tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan antara daun satu dengan daun yang lain masih sangat dekat. Pada daun yang kami amati tersebut juga terdapat perbedaan-perbedaan seperti:  ujung daun ( tumpul dan rata). Perbedaan pada morfologi jeruk purut disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan genetic pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk dan lingkungan hidup. Perbedaan ini digunakan sebagai dasar klasifikasi tanaman F. Perbedaan cirri pada Tanaman F menunjukkan adanya keanekaragaman intraspesies. Keanekaragaman intraspesies adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu spesies.
Berdasarkan ciri-ciri morfologi diatas, dapat di klasifikasikan tanaman tersebut sebagai berikut:
Jeruk Purut (Citrus hystrix Dc)
Kingdom         :Plantae(Tumbuhan)
Subkingdom    :Tracheobionta(Tumbuhanberpembuluh)
Super Divisi    :Spermatophyta(Menghasilkanbiji)
Divisi               :Magnoliophyta(Tumbuhanberbunga)
Kelas               :Magnoliopsida(berkepingdua/dikotil)
Sub Kelas        :Rosidae
Ordo                :Sapindales
Famili              :
Rutaceae(sukujeruk-jerukan)
Genus              :
Citrus
Spesies            : Citrus hystrix Dc

7. Tanaman G
Pada daun-daun spesies tanaman g  terdapat persamaan yaitu :
- Tepi Berombak (repandus): sinus maupun angulus tumpul
- Jenis daun tunggal : 1 helai daun
- Tulang Menyirip (penninervis) : cabang tulang daun akan keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
- Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan mengkilap (nitidus)
 pangkal daun membulat. Persamaan-persamaan tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan antara daun satu dengan daun yang lain masih sangat dekat. Pada daun yang kami amati tersebut juga terdapat perbedaan-perbedaan seperti:
- bentuk daun ( lanset dan memanjang)
- ujung daun ( rata dan tumpul )
Perbedaan pada morfologi ikan disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan genetic pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk dan lingkungan hidup. Perbedaan ini digunakan sebagai dasar klasifikasi tanaman G. Perbedaan cirri pada Tanaman G menunjukkan adanya keanekaragaman intraspesies. Keanekaragaman intraspesies adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu spesies.
Berdasarkan ciri-ciri morfologi diatas, dapat di klasifikasikan tanaman tersebut sebagai berikut:
    Kingdom                        :Plantae(Tumbuhan)
    Subkingdom       :Tracheobionta(Tumbuhanberpembuluh)
    Super Divisi        :Spermatophyta(Menghasilkanbiji)
    Divisi                  :Magnoliophyta(Tumbuhanberbunga)
    Kelas                  :Magnoliopsida(berkepingdua/dikotil)
    Sub Kelas           :Magnoliidae
    Ordo                   :Magnoliales
    Famili                 :
Annonaceae
    Genus                 :
Polyalthia
    Spesies                : Polyalthia longifolia Sonn.
8. Tanaman H
Pada daun-daun spesies tanaman H  terdapat persamaan yaitu :
- Bentuk daun Bulat atau bundar (orbicularis) jika panjang : lebar= 1:1
- Ujung Meruncing(acuminatus) : ujung terletak lebih tinggi dari yang diperkirakan bila ditarik garis sisi daun yang akan berpotongan di daerah ujung daun
- Tepi daun  rata : utuh (integer)
- Jenis daun Tunggal : 1 helai daun
- Tulang Menjari (palminervis): cabang tulang daun berpencar dari satu tempat di dasar    tulang daun utama.
- Permukaan daun Kasap(scaber), misalnya daun jati
- Berlekuk(emarginatus) : pda daun-daun bangun anak panah, ginjal, bentuk jantung
Persamaan-persamaan tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan antara daun satu dengan daun yang lain masih sangat dekat. Pada daun yang kami amati tersebut juga terdapat perbedaan-perbedaan seperti: Ukuran daun ( 8,5 cm ;14,5 cm: 10,8 cm;9,5cm;6,5cm)
Perbedaan ukuran pada daun H dikarenakan daun yang di amati berbeda umurnya. Jadi ukurannya juga berbeda antara daun yang tua dan daun yang muda.
Keanekaragaman intraspesies adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu spesies. Berdasarkan ciri-ciri morfologi diatas, dapat di klasifikasikan tanaman tersebut sebagai berikut:
Waru (Hibiscus tiliaceus L.)
Kingdom         :Plantae(Tumbuhan)
Subkingdom    :Tracheobionta(Tumbuhanberpembuluh)
SuperDivisi     :Spermatophyta(Menghasilkanbiji)
Divisi               : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas               : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas        : Dilleniidae
Ordo                :Malvales
Famili              :
Malvaceae(sukukapas-kapasan)
Genus              :
Hibiscus
Spesies            : Hibiscus tiliaceus L.
                       
9. Tanaman I
Pada daun-daun spesies tanaman I  terdapat persamaan yaitu :
- Bentuk daun : Bulat atau bundar (orbicularis) jika panjang : lebar= 1:1
- Ujung daun membulat(rotundatus) : seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak terbentuk sudut sama sekali.
- Tepi daun Rata : utuh (integer)
- Jenis Menjari (palminervis): cabang tulang daun berpencar dari satu tempat di dasar tulang daun utama
- Tulang Menjari (palminervis): cabang tulang daun berpencar dari satu tempat di dasar tulang daun utama
- Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan:mengkilap (nitidus)
- Pangkal  membulat (rotundatus): pada daun-daun bangun bulat, jorong, dan bulat telur.
Persamaan-persamaan tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan antara daun satu dengan daun yang lain masih sangat dekat. Pada daun yang kami amati tersebut juga terdapat perbedaan-perbedaan seperti: Ukuran daun (5cm; 7cm; 6cm; 6,5cm; 4cm). Perbedaan ukuran pada daun H dikarenakan daun yang di amati berbeda umurnya. Sehingga ukurannya pun berbeda antara daun yang tua dan daun yang muda. Ukuran daun muda relative lebih kecil daripada daun tua.
Daun bunga merak (Caesalpinia pulcherima) merupakan daun majemuk menyirip genap ganda dengan sempurna. Keanekaragaman intraspesies adalah perbedaan ciri pada mahluk hidup dalam satu spesies. Berdasarkan ciri-ciri morfologi diatas, dapat di klasifikasikan tanaman tersebut sebagai berikut:

Bunga merak (Caesalpinia pulcherima)
Kingdom                : Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom           : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super Divisi            : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi                      : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas                      : Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas               : Rosidae
Ordo                       : Fabales
Familia                    : Caesalpiniaceae
Genus                     : Caesalpinia
Spesies                    : Caesalpinia pulcherima

10. Tanaman J
Pada daun-daun spesies tanaman J terdapat persamaan yaitu :
- Bentuk daun bangun ginjal
- Ujung daun tumpul(obtusus) : tepi daun yang semula masih agak jauh dai ibu tulang cepat menuju ke suatu titik pertemuan hingga terbentuk sudut tumpul
- Tepi daun bergerigi
- Tulang daun menyirip (penninervis) : cabang tulang daun akan keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
- Permukaan daun licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan:mengkilap (nitidus)

- Jenis daun Tunggal : 1 helai daun
- Berlekuk (emarginatus) : pada daun-daun bangun anak panah, ginjal, bentuk jantung.
Persamaan-persamaan tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan antara daun satu dengan daun yang lain masih sangat dekat. Pada daun yang kami amati tersebut juga terdapat perbedaan-perbedaan seperti: Ukuran daun (7cm; 8,3cm; 5cm; 6,5cm; 8,3cm). Perbedaan ukuran pada daun J dikarenakan daun yang di amati berbeda umurnya. Jadi ukurannya juga berbeda antara daun yang tua dan daun yang muda. Keanekaragaman intraspesies adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu spesies. Berdasarkan ciri-ciri morfologi diatas, dapat di klasifikasikan tanaman tersebut sebagai berikut:
Kingdom         :Plantae(Tumbuhan)
Subkingdom    :Tracheobionta(Tumbuhanberpembuluh)
Super Divisi    :Spermatophyta(Menghasilkanbiji)
Divisi               :Magnoliophyta(Tumbuhanberbunga)
Kelas               :Magnoliopsida(berkepingdua/dikotil)
Sub Kelas        :Rosidae
Ordo                :Apiales
Famili              :
Araliaceae
Genus              :
Nothopanax
Spesies            : Nothopanax scutellarium Merr.
Klasifikasi binatang :
1. Belalang
Pada individu-individu spesies belalang terdapat persamaan yaitu :
- jumlah sayap ( 4 helai)
- jumlah kaki ( 3 pasang )
- jumlah mata ( 1 pasang )
Persamaan-persamaan tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan bahwa hubungan kekerabatan antara belalag yang satu dengan belalang  yang lain masih sangat dekat. Pada belalang tersebut juga terdapat perbedaan-perbedaan seperti :
- warna tubuh (hijau dan cokelat)
- warna mata (hijau dan cokelat)
- warna sayap : luar( hijau dan cokelat), dalam (merah dan kuning)
- ukuran tubuh ( 2,5cm; 2cm; 2,7cm; 2cm; 2,8cm; 2,4cm;2,3cm; 2,3cm; 2,4cm; cm)
- panjang sayap (2cm; 1cm; 1,8cm; 1,9cm; 0,6cm; 1,9cm; 0,5cm; 2cm; 2,1cm; 0,5cm)
- Panjang antena ( 0,5cm; 0,4cm; 0,4cm;0,4cm;0,5cm0,7cm; 0,5cm; 0,8cm; 0,6cm; 0,5cm)
Perbedaan pada morfologi belalang disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan genetic pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk dan lingkungan hidup. Perbedaan ini digunakan sebagai dasar klasifikasi pada belalang. Perbedaan cirri pada belalang menunjukkan adanya keanekaragaman intraspesieses. Keanekaragaman intrapesies adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu spesies.
Dari ciri-ciri morfologi diatas dapat di bedakan bahwa belalang yang kami amati adalah dua jenis belalang yang berbeda, yaitu belalang daun (hijau) dan belalang kayu ( cokelat).
10. Ayam
Dari data yang di compare dari kelompok lain kami hanya mendapat parameter ukuran saja, yang diketahui persamaan antar individu hanyalah
- panjang kaki ( 7cm)
 sehingga membuat kami kesulitan dalam mengklasifikasi data tersebut.
perbedaan-perbedaan itu  seperti :
- panjang paruh ( 2,5cm; 2,5cm; 3cm; 2,5cm)
- panjang ekor (7cm; 6cm; 7cm; 7cm)
- tinggi badan ( 14cm; 16cm; 18cm; 17cm)
Perbedaan pada morfologi ayam disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan genetic pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk dan lingkungan hidup. Perbedaan ini digunakan sebagai dasar klasifikasi pada ayam.Perbedaan ciri pada ayam menunjukkan adanya keanekaragaman intraspesies.Keanekaragaman intraspesies adalah perbedaan ciri pada mahluk hidup dalam satu spesies.
F.KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan antara lain:
Klasifikasi dibuat berdasarkan adanya persamaan dan perbedaan ciri pada makhluk hidup. Persamaan dan perbedaan ciri-ciri tersebut bisa dilihat dari ciri morfologinya.
1.     a). karakter morfologi daun pada tanaman-tanaman penyusun populasi kebun biologi     FMIPA UNY adalah:
- bentuk daun ( lanset, jorong )
- ujung daun ( terbelah, tumpul )
- tepi daun (bergerigi, berombak, rata )
-  jenis daun ( tunggal, majemuk )
- tulang daun ( menjari, menyirip )
- pangkal daun ( tumpul, membulat, rompang )
    b). karakter morfologi individu-individu penyusun populasi belalang adalah warna sayap, warna tubuh,jumlah sayap, jumlah kaki, jumlah mata, ukuran tubuh,panjang antena dan ukuran sayap.
    c). karakter morfologi individu-individu penyusun populasi ayam adalah panjang paruh, panjang ekor, panjang kaki, dan tinggi badan.
2. Perbandingan ciri morfologi suatu individu dengan individu lainya dalam subpopulasi (subspesies) yang sama menunjukan adanya keanekaragaman intraspesies.
3.Perbandingan ciri individu antar spesies menunjukan adanya keanekaragaman    interspesies.
4. klasifikasi secara dikotomi berdasarkan ciri morfologi
Untuk membut kunci dikotomi maka dibuat dua pernyataan yang berlawanan untuk bisa mengidentifikasi suatu makhluk hidup dan mengelompokkannya ke hal yang lebih khusus. Praktikan membuat label pada daun dari abjad A sampai J. Praktikan membuat skema dan untuk pengelompokkan awal praktikan membagi berdasarkan jenis daun yaitu daun tunggal dan majemuk. Jenis daun yang majemuk yaitu pada daun D, E dan I, sedangkan pada jenis daun tunggal yaitu pada daun A, B, C, F, G, H, dan J. Pada daun D, E, I dibagi lagi berdasarkan pangkal daun yaitu ramping tumpul, dan membulat. Daun D pangkal daun rompang, daun E pangkal daun tupul dan pangkal daun membulat pada daun I,.
Dan pada daun tunggal A, B, C, F, G, H, J dibagi menjadi 3 berdasarkan tepi daun yaitu bergerigi pada daun J, berombak pada daun C, G, dan tepidaun rata pada daun A, B, F, H. Kemudian daun berombak berdasarkan  pangkal daun dibagi menjadi 2 yaitu tumpul pada daun C, dan membulat pada daun G. Pada tepi daun rata di bagi lagi berdasarkan tulang daun yaitu menjari dan menyirip. Tulang daun menjari pada daun H sedangkan daun A, B, F tulang daun menyirip.Tulang daun menyirip A, B, F dibagi menjadi 2 berdasarkan bentuk daun yaitu lanset pada daun B, dan bentuk daun jorong pada daun A, F. Selain itu, pada daun jorong dibagi lagi berdasarkan ujung daun yaitu tumpul dan terbelah. Daun A ujung daun terbelah dan ujung daun tumpul pada daun F.


klasifikasi secara dikotomi berdasarkan ciri morfologi didapat hasil:
a. . Jeruk Purut (Citrus hystrix Dc)
Famili         : Rutaceae (suku jeruk-jerukan)
b. Tanaman Bunga Merak( Caesalpinia pulcherima)
Famili         : Caesalpiniaceae

c. Glodokan( Polyalthia longifolia Sonn.)
Famili: Annonaceae

d. Waru Lengis (Hibiscus tiliaceus L.)
Famili         :Malvaceae(sukukapas-kapasan)

e. Mangkokan (Nothopanax scutellarium Merr.)
Famili         : Araliaceae

f. Paku suplir Paku suplir(Adiantum capillus-veneris L.)
Famili         : Adiantaceae

Dari 10 jenis daun yang kami amati, ternyata ada  jenis daun yang sama. Yaitu 2  kelompok yang mengcompare hasil pengamatannya mengamati 1 jenis daun yang sama.
Pada daun C dan daun G yaitu daun Glodokan. Dengan demikian, berarti praktikan hanya mengamati 9 jenis daun saja.
 Namun, dari 9 jenis daun yang kami amati tersebut, tidak semua dapat diklasifikasikan dikarenakan nama daun yang di compare dari kelompok lain tidak diketahui, daiantaranya adalah daun A dan daun B.






G.Daftar Pustaka
Asri Widowati dan Ekosari. 2012. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar1. Yogyakarta:          FMIPA UNY
Hidayat,Estiti B. 1994. Morfologi Tumbuhan. Jakarta: DepDikBud Jakarta
Johnson, L.G., 1983. Biology. Wm. C. Brown Company Publishers, Iowa.
Tjitrosoepomo, Gembong. 2011. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta: UGM PRESS
http://www. Klasifikasi tumbuhan _2009_itp_14.pdf pada tanggal 20 oktober 2012
http://struktur morfologi tumbuhn/tanggal 22 Oktober 2012 pukul 19:00 WIB.



LAMPIRAN
1. Daun F (Jeruk purut)                                                           2. Daun G ( Glodokan)
                                   

3. Daun H ( Daun Waru)                                                        4. Daun I ( Daun Bunga Merak)
                          




5. Daun J( Daun Mangkokan)                                                 6. Belalang daun
                              

7. Belalang Kayu

Tidak ada komentar:

Posting Komentar