LAPORAN
PRAKTIKUM
BIOLOGI DASAR I
KEANEKARAGAMAN DAN
KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP
OLEH
KELOMPOK II
KELOMPOK II
1. Muh. Labib Ridlo (12312241015)
2. Heru Khoirul Ummah (12312241036)
3. Alvionita (12312241024)
4. Vini Rahayu (12312241012)
5. Friyaka Nurbiyanti (12312241041)
6. Yuti Yuliani (12312241039)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN IPA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
NEGERI YOGYAKARTA
2012
KEANEKARAGAMAN DAN
KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP
A. TUJUAN
Kegiatan 1
1. Menginventarisasi karakter morfologi individu-individu
penyusun populasi.
2. Melakukan observasi ataupun pengukuran
terhadap parameter-parameter yang terinventarisasi.
3. Membandingkan ciri morfologi suatu
individu dengan individu lainya dalam subpopulasi (subspesies) yang sama.
4. Membandingkan ciri morfologi suatu
individu dengan individu lainya dalam subspesies yang sama (spesies yang sama).
5. Membandingkan ciri individu antar
spesies.
Kegiatan 2
1. Mengidentifikasi dasar-dasar yang dapat
digunakan dalam pengklasifikasian.
2. Mengelompokan (klasifikasi) secara
dikotomi berdasarkan ciri morfologi.
3. Mengidentifikasi pola persamaan dan
perbedaan dalam suatu kelompok hasil klasifikasi berdasarkan takson.
B.
KAJIAN PUSTAKA
1.
Keanekaragaman
Setiap jenis mahluk hidup memiliki ciri
tersendiri sehingga terbentuklah keanekaragaman. Keanekaragaman adalah salah
satu gejala kehidupan ( gejala biologis ). Keanekaragaman ditunjukkan dengan
kesamaan dan perbedaan ciri yang terdapat diantara mahluk satu dengan lainya,
pada semua tingkat organisasi kehidupan mulai dari tingkat molekul sampai pada
tingkat komunitas. Keanekaragaman terbagi menjadi 3 macam keanekaragaman,
antara lain gen, jenis dan ekosistem.
a. Keanekaragaman Gen,
adalah keanekaragaman yang timbul karena adanya perbedaan sifat atau perbedaan
genetik antar satu spesies. Contoh dari keanekaragaman ini adalah, perbedaan
atau variasi jenis mangga yaitu mangga gadung, mangga apel, mangga manalagi,
dan mangga indramayu.
b. Keanekaragaman
Jenis, adaalah keanekaragaman yang terjadi dalam antarjenis individu. Misalnya,
di dalam golongan burung dapat dijumpai itik, ayam, bebek, angsa, merpati, dan
burung parkit.
c. Keanekaragaman
Ekosistem, adalah keanekaragaman yang terjadi karena adanya interaksi antara
komponen abiotik dan biotik. Misalnya, ekosistem hutan bakau, ekosistem hutan hujan
tropik, ekosistem padang rumput, dan sebagainya.
Karena demikian banyaknya variasi
diantara satu mahluk hidup dengan lainya, maka diperlukan usaha penyederhanaan
dengan cara pengelompokan (klasifikasi) berdasarkan pada kesamaan dan perbedaan
cirri. Mahluk yang memiliki kesamaan ciri dikelompokan menjadi satu kelompok,
dan yang memiliki perbedaan dipisahkan menjadi kelompok yang berbeda. Diantara
mahluk hidup, semakinj banyak kesamaan cirri yang dimilki (pada semua tingkat
organisasi) dianggap semakin dekat hubungan kekerabatanya, dan sebaliknya.
2. Klasifikasi makhluk hidup
Untuk mengenali dan
mempelajari mahluk hidup secara
keseluruhan tidak mudah sehingga dibuat klasifikasi (pengelompokkan) mahluk
hidup. Klasifikasi mahluk hidup adalah suatu
cara memilah dan mengelompokkan mahluk hidup menjadi golongan atau unit
tertentu. Klasifikasi modern berakar pada system Carolus Linnaeus, yang
mengelompokan spesies menurut sifat fisik yang dimiliki bersama. Karya Linnaeus
yang sangat penting adalah penaman jenis (spesies) dengan menggunakan dua nama
atau disebut binomial nomenklatur. Dalam klasifikasi, terlebih dahulu dilakukan
pencandraan atau identifikasi. Identifikasi didasarkan pada persamaan dan
perbedaan ciri bentuk luar (morfologi), susunan tubuh (anatomi), faal tubuh
(fisiologi), perilaku dan kromosom. Mahluk hidup yang memiliki persamaan ciri
dikelompokkan ke dalam suatu unit yang disebut takson. Takson disusun dari
tingkat yang tertinggi sampai ke tingkat terendah. Semakin tinggi takson,
semakin sedikit persamaan cirinya. Semakin rendah tingkatan takson, semakin
banyak persamaan cirinya.
Berikut adalah urutan tingkatan
takson:
Tinggi
Kingdom
Filum atau Divisi
Kelas
Ordo
Famili
Genus
Species
Rendah
Tujuan klasifikasi mahluk hidup
adalah untuk mempermudah untuk mengenali, membandingkan, dan mempelajari mahluk
hidup. Membandingkan berarti mencari persamaan dan perbedaan sifat atau ciri
pada mahluk hidup. Klasifikasi mahluk
hidup didasarkan pada persamaan dan perbedaan cirri yang dimiliki mahluk hidup,
misalnya bentuk tubuh atau fungsi alat tubuhnya. Makhluk hidup yang memiliki ciri
yang sama dikelompokkan dalam satu golongan. Salah satu cara mengklasifikasikan
mahluk hidup yakni dengan menggunakan kunci dikotomi atau kunci determinasi.
Kunci determinasi adalah petunjuk yang dapat digunakan untuk menentukan jenis
hewan dan tumbuhan yang ada di lingkungan tertentu. Di dalam kunci itu
tercantum ciri-ciri hewan atau tumbuhan yang akan ditentukan golongannya. Kunci
determinasi hanya dibuat untuk lingkungan tertentu, sehingga tidak tepat jika
digunakan di lingkungan lain.
3. Penamaan ilmiah
Menurut aturan Kode Internasional Tata
Nama Hewan dan Tumbuhan, setiap jenis mahluk hidup dapat digolongkan pada
kelompok tertentu. Setiap jenis mahluk hidup yang sudah dikenal diberi nama
ilmiah yang terdiri atas dua suku kata. Suku kata pertama merupakan nama genus
(marga), suku kata kedua merupakan penunjuk spesies (jenis). Huruf pertama suku
kata pertama ditulis dengan hurf kapital, sedangkan huruf selanjutnya ditulis
dengan huruf
kecil.
Penulisan nama ilmiah dibedakan dari
penulisan teks lainnya. Misalnya jika teks dicetak tegak, nama ilmiah dicetak
miring. Sebaliknya jika teks dicetak miring, nama ilmiah dicetak tegak. Jika
ditulis tangan, nama ilmiah ditulis dengan diberi garis bawah. Contoh penulisan
nama ilmuah mahluk hidup adalah :
·
Kenanga (Cananga
odorata)
·
Melati
Gambir (Jasminum pubescens)
·
Melati Putih
(Jasminus sambac)
Ciri-ciri
morfologi daun sebagai dasar klasifikasi
Agar dapat dipahami secara lebih jelas, macam-macam
bentuk daun jika digambarkan adalah sebagai berikut:
Ø
Lanset ( lanceolatus
) jika panjang : lebar = 3-5 : 1
Ø
Memanjang ( oblongus
) jika panjang =2,5 x lebar
Ø
Bulat
atau bundar (orbicularis) jika panjang : lebar= 1:1
Ø
Bangun perisai (peltatus) daun yang biasanya bangun
bulat, mempunyai tangkai daun yang tidak tertanam pada tangkai daun.
Adapun
macam-macam bentuk permukaan daun adalah sebagai berikut:
Ø
Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun
dapat kelihatan:
-
Mengkilap (nitidus)
-
Suram (opacus)
-
Berselaput
lilin(pruinosus)
Ø
Gundul (glaber), misalnya daun jambu air.
Ø
Kasap(scaber), misalnya daun jati.
Ø
Berkerut (rugosus), misalnya daun jambu biji.
Ø
Berbingkul-bingkul
(bullatus), misalnya daun airmata
pengantin.
Ø
Berbulu (pilosus), misalnya daun tembakau.
Ø
Berbulu
halus dan rapat (villosus), berbulu
sedemikian rupa sehingga ketika diraba terasa seperti beludru.
Ø
Berbulu
kasar (hispidus), misalnya daun
gadung.
Ø
Bersisik (lepidus), misalnya sisi bawah daun
durian.
Bentuk ujung
berbeda-beda seperti yang digambarkan oleh gambar berikut :
Ø
Tumpul (obtusus) : tepi daun yang semula masih agak jauh dai ibu tulang cepat menuju ke
suatu titik pertemuan hingga terbentuk sudut tumpul.
Ø
Meruncing (acuminatus) : ujung terletak lebih tinggi dari yang diperkirakan bila ditarik garis
sisi daun yang akan berpotongan di daerah ujung daun.
Ø
Membulat (rotundatus) : seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak terbentuk sudut sama
sekali.
Ø
Terbelah (retusus) : ujung daun memperlihatkan suatu lekukan, kadang-kadang amat jelas.
Ø
Runcing (acutus): jika kedua tepi daun di kanan kiri ibu tulang sedikit dem sedikit menuju
ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk sudut daun.
Ø
Rompang (truncatus ) : ujung daun tampak sebagai
garis yang rata.
Gambar ujung daun
Bentuk tepi daun:
1.
Rata : utuh
(integer)
2.
Bertoreh (divisus)
Tepi daun dengan toreh yang bertoreh yang merdeka:
Ø
Berombak (repandus): sinus maupun angulus tumpul.
Ø
Bergerigi (serratus): lekukan bergantian dengan tonjolan yang agak runcing.
Ø
Bergerigi ganda (biserratus) : jika bagian angulus pada tepi daun bergerigi menunjukkan gerigi lagi.
Ø
Beringgit (crenatus) : sinus tajam , angulus tumpul.
Ø
Bergigi (dentatus) : jika sinus tumpul , angulus
lancip.
Gambar tepi daun
Susunan daun:
Ø
Tunggal : 1 helai daun
Ø
Majemuk : daun yang memiliki lebih dari 1 helai daun
Daun
majemuk (folium compositum) mempunyai
tangkai bercabang dan baru pada tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga
pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun. Pada suatu daun
majemuk dapat kita bedakan bagian-bagian berikut:
Suatu
daun majemuk dapat dibedakan bagian-bagian berikut :
a. Ibu tangkai daun (potiolus communis), yaitu bagian daun majemuk yang menjadi tempat
duduknya helaian-helaian daun, yang masing-masing dinamakan anak daun (folium). Ibu tangkai daun ini dapat
dipandang merupakan penjelmaan tangkai daun tunggal ditambah dengan ibu
tulangnya, oleh sebab itu kuncup ketiak pada tumbuhanyang mempunyai daun majemuk,
letaknya juga diatas pangkal ibu tangkai pada batang.
b. Tangkai anak daun (petiololus), yaitu cabang-cabang ibu tangkai yang mendukung anak
daun. Bagian ini dapat dianggap sebagai penjelmaan suatu tulang cabang pada
daun tunggal, oleh sebab itu didalam ketiaknya tak pernah terdapat suatu
kuncup.
c. Anak daun (foliolum), bagian ini sesungguhnya adalah bagian –bagian helaian
daun yang karena dalam dan besarnya toreh menjadi terpisah-pisah.
Karena suatu daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal, pada daun majemuk dapat pula kita temukan bagian lain seperti pada daun tunggal, misalnya : upih daun (vagina), yaitu bagian dibawah ibu tangkai yang lebar dan biasanya memeluk batang, seperti pada daun pinang (Areca catechu L.).
Karena suatu daun majemuk dapat dipandang berasal dari suatu daun tunggal, pada daun majemuk dapat pula kita temukan bagian lain seperti pada daun tunggal, misalnya : upih daun (vagina), yaitu bagian dibawah ibu tangkai yang lebar dan biasanya memeluk batang, seperti pada daun pinang (Areca catechu L.).
Sama
halnya dengan daun tunggal, pada pangkal ibu tangkai daun majemuk atau di dekat
pangkal ibu tangkai itu dapat pula di temukan sepasang daun penumpu, seperti
misalnya pada daun mawar (Rosa sp.),yang
berupa dua daun kecil melekat pada kanan kiri pangkal ibu tangkai daun, dan
juga pada daun kacang kapri (Pisum
sativum L.) yang disini merupakan sepasang daun yang lebar dan ikut serta
menunaikan tugas daun sebagai alat untuk berasimilasi. Sebagai
tambahan dapat juga
kiranya dikemukakan, bahwa pada
satu daun majemuk semua anak daun terjadi bersama-sama dan biasanya runtuh
bersama-sama pula. Sedang suatu cabang dengan daun-daun tunggal mempunyai daun
yang tidak sama umur maupun besarnya, dan tentu saja daun-daun tadi tidak
runtuh bersama-sama.
Pada suatu daun majemuk seperti daun tunggal pula terdapat pertumbuhan yang terbatas, artinya tidak bertambah panjang lagi dan ujungnya tidak mempunyai kuncup.
Pada daun majemuk tak akan terdapat kuncup dalam ketiak anak daun, sedang pada pada suatu cabang biasanya dalam ketiak daunnya terdapat satu atau mungkin lebih dari satu kuncup.
Pada suatu daun majemuk seperti daun tunggal pula terdapat pertumbuhan yang terbatas, artinya tidak bertambah panjang lagi dan ujungnya tidak mempunyai kuncup.
Pada daun majemuk tak akan terdapat kuncup dalam ketiak anak daun, sedang pada pada suatu cabang biasanya dalam ketiak daunnya terdapat satu atau mungkin lebih dari satu kuncup.
Walaupun
demikian selalu ada hal-hal yang jika kurang seksama pemeriksaannya dapat menyesatkan,
seperti misalnya : pada pohon cerme (Phyllanthus
acidus Skeels) dan belimbing wuluh (Averrhoa
bilimbi L.), kedua pohon ini memiliki daun majemuk, tetapi daun majemuk ini
sampai agak lama masih memperlihatkan pertumbuhan memanjang, sehingga anak
daunnya mempunyai umuryang berbeda, oleh karena itu juga tidak luruh
bebarengan. Pada tumbuhan meniran (Phyllanthus niruri L.) dan katu (Sauropus androgynus Merr.) terdapat
cabang-cabang dengan daun tunggal yang berselang-seling, yang tumbuh mendatar
dari batang pokok dan terbatas. Cabang-cabang daun ini akan kita kira daun
majemuk, tetapi dugaan itu keliru karena dari ketiak-ketiaknya pada waktu-waktu
tertentu akan tampak keluar bunga yang kemudian jadi buah pula. Jika itu daun
majemuk, padanya tak mungkin akan kita temukan bunga atau buah.
Menurut
susunan anak daun dan ibu tangkainya, daun dapat dibedakan menjadi 4 golongan :
a. daun majemuk menyirip (pinñatus )
b. daun majemuk menjari (palmatus)
c. daun majemuk daun kaki (pedatus)
d. daun majemuk campuran (digitato pinnatus)
a. Daun majemuk menyirip (pinñatus )
Daun
majemuk menyirip ialah daun majemuk yang anak daunnya terdapat di kanan kiri
ibu tangkai daun, tersusun seperti sirip ikan.
Daun
majemuk menyirip dibedakan menjadi beberapa macam:
Ø Daun majemuk menyirip beranak daun satu
(unifoliolatus) bila tanpa
penyelidikan, daun ini akan disebut sebagai daun tunggal, tetapi di sini
tangkai daun memperlihatkan
suatu persendian (articulation, jadi
helaian daun tidak langsung terdapat pada ibu tangkai. Sesungguhnya pada daun
ini juga terdapat lebih dari satu helaian daun, hanya saja yang lain-lainnya
telah tereduksi, sehingga tinggal satu daun saja.
Ø Daun majemuk menyirip genap (abrupte pinnatus)biasanya terdapat
sejumlah anak daun yang berpasang-pasangan di kanan kiri ibu tulang, oleh sebab
itu, jumlah anak daunnya biasanya selalu genap. Namun, ada juga yang
menentukannya dengan melihat ujung ibu tangkainya.
Ø Daun majemuk menyirip gasal (imparipinnatus) yang menjadi pedomannya
ialah ada atau tidaknya satu anak daun yang menutup ujung ibu tangkainya.
b. Daun majemuk menjari (palmatus)
Yang
disebut daun mejemuk menjari adalah daun majemuk yang semua anak daunnya
tersusun memencar pada ujung ibu tangkai seperti letaknya jari-jari pada
tangan. Berdasarkan jumlah daunnya, daun majemuk menjari dapat dibedakan :
Ø Beranak daun dua (bifiolatus): ujung ibu tangkai terdapat dua anak daun.
Ø Beranak daun tiga (trifiollatus): ujung ibu tangkai terdapat tiga anak daun.
Ø Beranak daun lima (quinquefoliolatus): ujung ibu tangkai terdapat lima anak daun.
Ø Beranak daun tujuh (septemfoliolatus): tujuh anak daun pada ujung ibu tangkainya.
c. Daun majemuk daun kaki (pedatus)
Daun yang mempunyai
susunan seperti daun majemuk menjari, tetapi anak daun yang paling pinggir
tidak duduk pada ibu tangkai, melainkan pada tangkai anak daun yang di
sampingnya.
d.
Daun majemuk campuran (digitato pinnatus) adalah suatu daun majemuk ganda yang mempunyai cabang-cabang
ibu tangkai memencar seperti jati dan terdapat pada ujung ibu tangkai daun,
tetapi pada cabang-cabang ibu tangkai ini terdapat anak-anak daun yang tersusun
menyirip. Jadi daun majemuk campuran adalah
campuran susunan yang menjari dan menyirip.
Tulang daun :
Ø
Menyirip (penninervis) : cabang tulang daun akan keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
Ø
Menjari (palminervis): cabang tulang daun berpencar dari satu tempat di dasar tulang daun utama
Ø
Melengkung (cervinervis): mempunyai beberapa tulang
yang besar, satu ditengah, yaitu yang paling besar sedang yang lainnya
mengikuti jalannya tepi daun.
Ø
Sejajar (rectinervis): mempunyai satu tulang yang
besar ditengah sedang tulang yang lainnya jelas lebih kecil, mempunyai arah
yang sejajar.
Pangkal daun
:
Ø
Tumpul (obtusus) : pada daun-daun bangun bulat
telur
Ø
Membulat (rotundatus): pada daun-daun bangun bulat, jorong, dan bulat telur.
Ø
Berlekuk(emarginatus) : pda daun-daun bangun anak panah, ginjal, bentuk jantung.
Ø
Runcing (acutus): pada daun-daun bangun lanset.
Ø
Rompang (truncatus): terdapat pada helai daun bangun segitiga dan delta.
Ø
Meruncing (acuminatus) : terdapat pada daun
memanjang, lanset, belah ketupat.
C. METODOLOGI
1. Tempat dan waktu praktikum
Tempat : Kebun
biologi FMIPA,UNY
Waktu
praktikum : 18
Oktober 2012
2. Objek pengamatan
·
Mahluk
hidup
·
Berbagai
organ daun tanaman dan hewan di
lingkungan sekitar
3. Alat dan bahan
Alat :
·
Mistar
·
Alat
tulis
Bahan
:
·
Berbagai
macam daun
·
Hewan
(belalang dan ayam)
4. Prosedur Kerja
Ø Kegiatan 1
Menentukan
satu populasi tumbuhan/hewan yang terdiri atas 10 atau lebih individu.
|
Merumuskan
simpulan mengenai ada atau tidaknya perbedaan-perbedaan individu dalam
populasi yang sama , antar populasi ataupun antara hewan dan tumbuhan.
|
Mengobservasi
atau mengukur parameter-parameter yang dimiliki individu-individu tersebut.
|
Membandingkan
hasil observasi antar individu sesama anggota populasi tersebut.
|
Mencatat hasil observasi atau
pengukuran kedalam tabel.
|
Membandingkan
hasil observasi anatar individu antar populasi.
|
Menginventarisasi
parameter-parameter pada individu-individu tersebut yang dapat diobservasi cirri morfologinya ataupun dapat
diukur
|
Ø
Kegiatan 2
Menempatkan keseluruhan daun dan
hewan yang sudah ditentukan untuk diobservasi.
|
Mencoba membuat pengelompokan
berdasarkan kesamaan cirri tertentu.
|
Melakukan pemisahan dan
pengelompokan langkah demi langkah (dengan dasar tertentu) untuk setiap
langkah terus menerus hingga tidak mampu lagi membuat kelompok yang lebih
kecil lagi.
|
Mencatat
hasil pemisahan atau pengelompokan dalam bentuk skema.
|
Membaca
kedudukan taksonomik masing-masing
individu menurut hasil
klasifikasi,dan membandingkan dengan hasil kelompok lain.
|
Menarik
kesimpulan berdasarkan kegiatan tersebut.
|
D.
DATA PERCOBAAN
·
Tabel Pengamatan Tumbuhan
Nama Daun
|
Parameter
|
||||||||
Bentuk
|
Ujung
|
Tepi
|
Jenis
|
Tulang daun
|
Permukaan
|
Pangkal daun
|
Tulang cabang
daun
|
||
A
|
1
|
Jorong
|
Terbelah
|
Rata
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin
|
Membulat
|
Bersatu
|
2
|
Jorong
|
Runcing
|
Rata
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin
|
Membulat
|
Bersatu
|
|
3
|
Lanset
|
Runcing
|
Rata
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin
|
Tumpul
|
Bersatu
|
|
4
|
Lanset
|
|
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin
|
Tumpul
|
Bersatu
|
|
5
|
Lanset
|
Runcing
|
Rata
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin
|
Runcing
|
Bersatu
|
|
B
|
1
|
Lanset
|
Runcing
|
Rata
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin
|
Runcing
|
Bersatu
|
2
|
Memanjang
|
Runcing
|
Rata
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin
|
Tumpul
|
Bersatu
|
|
3
|
Memanjang
|
Runcing
|
Rata
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin
|
Runcing
|
Bersatu
|
|
4
|
Jorong
|
Runcing
|
Rata
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin
|
Tumpul
|
Bersatu
|
|
5
|
Memanjang
|
Runcing
|
Rata
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin
|
Tumpul
|
Bersatu
|
|
C
|
1
|
Lanset
|
Runcing
|
Berombak
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin
|
Tumpul
|
Berhenti di
tepi
|
2
|
Lanset
|
Runcing
|
Berombak
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin
|
Tumpul
|
Berhenti di
tepi
|
|
3
|
Lanset
|
Runcing
|
Berombak
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin
|
Tumpul
|
Berhenti di
tepi
|
|
4
|
Lanset
|
Runcing
|
Berombak
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin
|
Tumpul
|
Berhenti di
tepi
|
|
5
|
Lanset
|
Runcing
|
Berombak
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin
|
Tumpul
|
Berhenti di
tepi
|
|
D
|
1
|
Memanjang
|
Runcing
|
Bergerigi
ganda
|
Majemuk
|
Menyirip
|
Licin
|
Rompang
|
Bersatu
|
2
|
Jorong
|
Runcing
|
Bergerigi
ganda
|
Majemuk
|
Menyirip
|
Licin
|
Rompang
|
Bersatu
|
|
3
|
Jorong
|
Runcing
|
Bergerigi
ganda
|
Majemuk
|
Menyirip
|
Licin
|
Rompang
|
Bersatu
|
|
4
|
Memanjang
|
Runcing
|
Bergerigi
ganda
|
Majemuk
|
Menyirip
|
Licin
|
Rompang
|
Bersatu
|
|
5
|
Memanjang
|
Tumpul
|
Bergerigi
ganda
|
Majemuk
|
Menyirip
|
Licin
|
Rompang
|
Bersatu
|
|
E
|
1
|
Memanjang
|
Tumpul
|
Bergerigi
ganda
|
Majemuk
|
Menyirip
|
Licin
|
Tumpul
|
Bersatu
|
2
|
Jorong
|
Tumpul
|
Bergerigi
ganda
|
Majemuk
|
Menyirip
|
Licin
|
Tumpul
|
Bersatu
|
|
3
|
Memanjang
|
Tumpul
|
Bergerigi
ganda
|
Majemuk
|
Menyirip
|
Licin
|
Tumpul
|
Bersatu
|
|
4
|
Jorong
|
Tumpul
|
Bergerigi
ganda
|
Majemuk
|
Menyirip
|
Licin
|
Tumpul
|
Bersatu
|
|
5
|
Jorong
|
Tumpul
|
Bergerigi
ganda
|
Majemuk
|
Menyirip
|
Licin
|
Tumpul
|
Bersatu
|
Nama daun
|
Parameter
|
||||||||
Bentuk
|
Ujung
|
Tepi
|
Susunan
|
Tulang
|
Permukaan
|
Pangkal
|
Panjang
|
||
F
|
1
|
Jorong
|
Tumpul
|
Rata
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin mengkilap
|
Tumpul
|
|
2
|
Jorong
|
Rata
|
Rata
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin mengkilap
|
Tumpul
|
|
|
3
|
Jorong
|
Tumpul
|
Rata
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin mengkilap
|
Tumpul
|
|
|
4
|
Jorong
|
Tumpul
|
Rata
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin mengkilap
|
Tumpul
|
|
|
5
|
Jorong
|
Tumpul
|
Rata
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin mengkilap
|
Tumpul
|
|
|
G
|
1
|
Lanset
|
Rata
|
Berombak
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin mengkilap
|
Membulat
|
|
2
|
Memanjang
|
Tumpul
|
Berombak
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin mengkilap
|
Membulat
|
|
|
3
|
Memanjang
|
Rata
|
Berombak
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin mengkilap
|
Membulat
|
|
|
4
|
Memanjang
|
Tumpul
|
Berombak
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin mengkilap
|
Membulat
|
|
|
5
|
Memanjang
|
Rata
|
Berombak
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin mengkilap
|
Membulat
|
|
|
H
|
1
|
Bulat telur
|
Meruncing
|
Rata
|
Tunggal
|
Menjari
|
Kasar
|
Berlekuk
|
8,5 cm
|
2
|
Bulat telur
|
Meruncing
|
Rata
|
Tunggal
|
Menjari
|
Kasar
|
Berlekuk
|
14,5 cm
|
|
3
|
Bulat telur
|
Meruncing
|
Rata
|
Tunggal
|
Menjari
|
Kasar
|
Berlekuk
|
10,8 cm
|
|
4
|
Bulat telur
|
Meruncing
|
Rata
|
Tunggal
|
Menjari
|
Kasar
|
Berlekuk
|
9,5 cm
|
|
5
|
Bulat telur
|
Meruncing
|
Rata
|
Tunggal
|
Menjari
|
Kasar
|
Berlekuk
|
6,5 cm
|
|
I
|
1
|
Bulat telur
|
Membulat
|
Rata
|
Majemuk
|
Menyirip
|
Licin
|
Membulat
|
5 cm
|
2
|
Bulat telur
|
Membulat
|
Rata
|
Majemuk
|
Menyirip
|
Licin
|
Membulat
|
7 cm
|
|
3
|
Bulat telur
|
Membulat
|
Rata
|
Majemuk
|
Menyirip
|
Licin
|
Membulat
|
6 cm
|
|
4
|
Bulat telur
|
Membulat
|
Rata
|
Majemuk
|
Menyirip
|
Licin
|
Membulat
|
6,5 cm
|
|
5
|
Bulat telur
|
Membulat
|
Rata
|
Majemuk
|
Menyirip
|
Licin
|
Membulat
|
4 cm
|
|
J
|
1
|
Bangun ginjal
|
Tumpul
|
Bergerigi
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin mengkilap
|
Bentuk jantung
|
7 cm
|
2
|
Bangun ginjal
|
Tumpul
|
Bergerigi
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin mengkilap
|
Bentuk jantung
|
8,3 cm
|
|
3
|
Bangun ginjal
|
Tumpul
|
Bergerigi
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin mengkilap
|
Bentuk jantung
|
5 cm
|
|
4
|
Bangun ginjal
|
Tumpul
|
Bergerigi
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin mengkilap
|
Bentuk jantung
|
6,5 cm
|
|
5
|
Bangun ginjal
|
Tumpul
|
Bergerigi
|
Tunggal
|
Menyirip
|
Licin mengkilap
|
Bentuk jantung
|
8,3 cm
|
·
Tabel
Pengamatan Hewan
Parameter
|
Belalang
|
||||||||||
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
8
|
9
|
10
|
||
Warna tubuh
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Cokelat
|
Cokelat
|
Cokelat
|
Cokelat
|
Cokelat
|
|
Warna mata
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Cokelat
|
Cokelat
|
Cokelat
|
Cokelat
|
Cokelat
|
|
Jumlah sayap
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
4
|
|
Jumlah kaki
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
6
|
|
Jumlah mata
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
2
|
|
Ukuran tubuh
|
2,5 cm
|
2 cm
|
2,7 cm
|
2 cm
|
2,8 cm
|
2,4 cm
|
2,3 cm
|
2,3 cm
|
2,4 cm
|
2 cm
|
|
Panjang sayap
|
2 cm
|
1 cm
|
1,8 cm
|
1,9 cm
|
0,6 cm
|
1,9 cm
|
0,5 cm
|
2 cm
|
2,1 cm
|
0,5 cm
|
|
Panjang antena
|
0,5 cm
|
0,4 cm
|
0,4 cm
|
0,4 cm
|
0,5 cm
|
0,7 cm
|
0,5 cm
|
0,8 cm
|
0,6 cm
|
0,5 cm
|
|
Warna sayap
|
Luar
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Hijau
|
Cokelat
|
Cokelat
|
Cokelat
|
Cokelat
|
Cokelat
|
Dalam
|
Merah
|
Merah
|
Merah
|
Merah
|
Merah
|
Kuning
|
Kuning
|
Kuning
|
Kuning
|
Kuning
|
Nama Hewan
|
Parameter
|
|||
Panjang Paruh
|
Panjang Ekor
|
Panjang kaki
|
Tinggi Badan
|
|
Ayam 1
|
2,5 cm
|
7 cm
|
7 cm
|
14 cm
|
Ayam 2
|
2,5 cm
|
6 cm
|
7 cm
|
16 cm
|
Ayam 3
|
3 cm
|
7 cm
|
7 cm
|
18 cm
|
Ayam 4
|
2,5 cm
|
7 cm
|
7 cm
|
17 cm
|
|
|
||||||||||||||
|
|||||||||||||||
Jenis daun
|
|||||||||||||||
|
|||||||||||||||
|
|
||||||||||||||
|
|
||||||||||||||
|
|
|
|||||||||||||
tepi daun
|
|
|
pangkal daun
|
||||||||||||
|
|
|
|
|
|||||||||||
|
|
|
|||||||||||||
|
|
tulang daun
|
|
||||||||||||
|
|
|
|
||||||||||||
|
|||||||||||||||
pangkal
daun
|
|
Bentuk Daun
|
|||||||||||||
|
|
||||||||||||||
|
|
||||||||||||||
Ujung daun
|
|
||||||||||||||
|
|
||||||||||||||
|
|||||||||||||||
KUNCI
DETERMINASI:
A. Tumbuhan
1a. Jenis daun
tunggal....................................................................2
1b. Jenis daun
majemuk.................................................................8
2a. Tepi daun
rata..........................................................................3
2b. Tepi daun
tidak rata................................................................6
3a. Tulang daun
menyirip..............................................................4
3b. Tulang daun
menjari...............................................................Daun H
4a. Bentuk daun
jorong.................................................................5
4b. Bentuk daun
lanset................................................................ Daun B
5a. Ujung daun
tumpul............................................................... Daun F
5b. Ujung daun
terbelah............................................................. Daun A
6a. Tepi daun
bergerigi............................................................... Daun J
6b. Tepi daun
berombak............................................................7
7a. Pangkal daun
tumpul........................................................ Daun C
7b. pangkal daun
membulat.................................................... Daun G
8a. Pangkal daun
rompang........................................................Daun D
8b. Pangkal daun
tumpul.........................................................Daun E
8c. Pangkal daun
membulat.....................................................Daun F
E.
PEMBAHASAN
Praktikum
biologi dasar klasifikasi makhluk hidup ini bertujuan untuk mengidentifikasi
dasar–dasar yang dapat digunakan dalam pengklasifikasian, melakukan klasifikasi
secara dikotomi berdasarkan ciri morfologi, mengidentifikasi pola persamaan dan
perbedaaandalam suatu kelompok hasil klasifikasi berdasarkan takson. Pada
percobaan ini menggunakan 10 contoh daun dan 2 contoh hewan.
Untuk
membut kunci dikotomi maka dibuat dua pernyataan yang berlawanan untuk bisa
mengidentifikasi suatu makhluk hidup dan mengelompokkannya ke hal yang lebih
khusus. Praktikan membuat label pada daun dari abjad A sampai J. Praktikan
membuat skema dan untuk pengelompokkan awal praktikan membagi berdasarkan jenis
daun yaitu daun tunggal dan majemuk. Jenis daun yang majemuk yaitu pada daun D,
E dan I, sedangkan pada jenis daun tunggal yaitu pada daun A, B, C, F, G, H,
dan J. Pada daun D, E, I dibagi lagi berdasarkan pangkal daun yaitu ramping
tumpul, dan membulat. Daun D pangkal daun rompang, daun E pangkal daun tupul
dan pangkal daun membulat pada daun I,.
Dan
pada daun tunggal A, B, C, F, G, H, J dibagi menjadi 3 berdasarkan tepi daun
yaitu bergerigi pada daun J, berombak pada daun C, G, dan tepidaun rata pada
daun A, B, F, H. Kemudian daun berombak berdasarkan pangkal daun dibagi menjadi 2 yaitu tumpul
pada daun C, dan membulat pada daun G. Pada tepi daun rata di bagi lagi
berdasarkan tulang daun yaitu menjari dan menyirip. Tulang daun menjari pada
daun H sedangkan daun A, B, F tulang daun menyirip.Tulang daun menyirip A, B, F
dibagi menjadi 2 berdasarkan bentuk daun yaitu lanset pada daun B, dan bentuk
daun jorong pada daun A, F. Selain itu, pada daun jorong dibagi lagi
berdasarkan ujung daun yaitu tumpul dan terbelah. Daun A ujung daun terbelah
dan ujung daun tumpul pada daun F.
Dalam
percobaan ini, dilakukan pengamatan terhadap masing-masing individu dari
spesies-spesies yang akan menjadi objek. Hal ini dilakukan untuk
menginventarisasi karakter morfologi individu penyusun populasi yang akan
digunakan sebagai parameter untuk klasifikasi. Kegiatan selanjutnya adalah
membandingkan cirri morfologi individu dengan individu yang lain. Hasil
perbandingan individu sebagai berikut :
1.
Tanaman A
Pada
daun-daun spesies tanaman A terdapat persamaan yaitu :
-
Jenis
daun tunggal : 1
helai daun
-
Tulang daun menyirip (penninervis) : cabang tulang daun akan
keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
- tepi daun rata: utuh (integer)
-
Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun
dapat kelihatan mengkilap (nitidus)
Persamaan-persamaan
tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat
digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan
bahwa hubungan kekerabatan antara daun
satu dengan daun
yang lain masih sangat dekat. Pada daun
yang kami amati tersebut juga terdapat
perbedaan-perbedaan seperti:
-
bentuk daun ( jorong dan lanset)
- ujung daun
(terbelah, meruncing dan runcing)
- pangkal daun
(membulat, tumpul, runcing)
Perbedaan
pada morfologi ikan disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan genetic
pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk dan
lingkungan hidup. Perbedaan ini digunakan sebagai dasar klasifikasi tanaman A. Perbedaan cirri pada
Tanaman A
menunjukkan adanya keanekaragaman intraspesies. Keanekaragaman intraspesies
adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu spesies.
Dikarenakan
keterbatasan informasi dari kelompok lain yang kami compare pada hasil
pengamatan pada daun A, maka kami tidak menyertakan klasifikasi tanaman A.
2. Tanaman B
Pada
daun-daun spesies tanaman B terdapat persamaan yaitu :
-
Menyirip (penninervis) : cabang tulang daun akan
keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
- Tepi daun rata: utuh (integer)
-
Jenis
daun tunggal : 1
helai daun
-
Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun
dapat kelihatan mengkilap (nitidus)
- Ujung daun meruncing(acuminatus)
: ujung terletak lebih tinggi dari yang diperkirakan bila ditarik garis sisi
daun yang akan berpotongan di daerah ujung daun
Persamaan-persamaan
tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat
digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan
bahwa hubungan kekerabatan antara daun
satu dengan daun
yang lain masih sangat dekat. Pada daun
yang kami amati tersebut juga terdapat
perbedaan-perbedaan seperti:
bentuk daun (lanset, jorong dan memanjang).
Perbedaan
pada morfologi ikan disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan genetic
pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk dan
lingkungan hidup. Perbedaan ini digunakan sebagai dasar klasifikasi tanaman B.
Perbedaan cirri pada Tanaman B menunjukkan adanya keanekaragaman intraspesies.
Keanekaragaman intraspesies adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu
spesies.
Dikarenakan
keterbatasan informasi dari kelompok lain yang kami compare pada hasil
pengamatan pada daun B, maka kami tidak menyertakan klasifikasi tanaman B.
3. Tanaman C
Pada
daun-daun spesies tanaman C
terdapat persamaan yaitu :
-
Bentuk daun lanset
( lanceolatus ) jika panjang : lebar
= 3-5 : 1
- Permukaan daun licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun
dapat kelihatan:mengkilap (nitidus)
- ujung daun runcing (acutus):
karena kedua tepi daun di kanan kiri ibu
tulang sedikit demi
sedikit
menuju ke atas dan pertemuannya pada puncak daun membentuk sudut daun.
-
Tepi daun berombak (repandus): sinus maupun angulus tumpul
-
Tulang daun
menyirip (penninervis) : cabang tulang daun akan keluar dari berbagai tempat
di tulang daun utama
-
Pangkal daun tumpul(obtusus) : pada daun-daun bangun bulat
telur
- Jenis daun Tunggal : 1
helai daun
Persamaan-persamaan
tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat
digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan
bahwa hubungan kekerabatan antara daun satu dengan daun yang lain masih sangat
dekat.
4. Tanaman D
Pada
daun-daun spesies tanaman D terdapat persamaan yaitu :
-
Ujung daun runcing (acutus):
: karena pada kedua tepi
daun di kanan kiri ibu tulang sedikit dem sedikit menuju ke atas dan
pertemuannya pada puncak daun membentuk sudut daun.
-
Bergerigi
ganda (biserratus) : karena bagian angulus pada tepi daun bergerigi menunjukkan
gerigi lagi.
-
Jenis
daun majemuk (folium compositum) karena mempunyai
tangkai bercabang dan baru pada tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga
pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun.
-
Menyirip (penninervis) : cabang tulang daun akan
keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
-
Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun
dapat kelihatan mengkilap (nitidus)
-
Rompang (truncatus): karena helai daun bangun segitiga dan delta
Persamaan-persamaan
tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat
digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan
bahwa hubungan kekerabatan antara daun
satu dengan daun
yang lain masih sangat dekat. Pada daun
yang kami amati tersebut juga terdapat
perbedaan-perbedaan seperti:
bentuk daun ( jorong dan meruncing).
Perbedaan
pada morfologi ikan disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan genetic
pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk dan
lingkungan hidup. Perbedaan ini digunakan sebagai dasar klasifikasi tanaman D.
Perbedaan cirri pada Tanaman D menunjukkan adanya keanekaragaman intraspesies.
Keanekaragaman intraspesies adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu
spesies.
Berdasarkan ciri-ciri morfologi diatas, dapat di
klasifikasikan tanaman tersebut sebagai berikut:
Kingdom :
Plantae (Tumbuhan)
Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Divisi :
Pteridophyta (paku-pakuan)
Kelas :
Pteridopsida
Sub Kelas :
Polypoditae
Ordo :
Polypodiales
Famili :
Adiantaceae
Genus :
Adiantum
Spesies :
Adiantum capillus-veneris L.
5. Tanaman E
Pada
daun-daun spesies tanaman E terdapat persamaan yaitu :
-
Tumpul(obtusus) : karena tepi daun yang semula masih agak jauh dai ibu tulang
cepat menuju ke suatu titik pertemuan hingga terbentuk sudut tumpul
-
Bergerigi (serratus): lekukan bergantian dengan
tonjolan yang agak runcing
-
Jenis
daun majemuk (folium compositum) karena mempunyai
tangkai bercabang dan baru pada tangkai ini terdapat helaian daunnya, sehingga
pada satu tangkai terdapat lebih dari satu helaian daun.
-
Menyirip (penninervis) : cabang tulang daun akan
keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
-
Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun
dapat kelihatan mengkilap (nitidus)
- Tumpul(obtusus) : pada daun-daun
bangun bulat telur
Persamaan-persamaan
tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat
digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan
bahwa hubungan kekerabatan antara daun
satu dengan daun
yang lain masih sangat dekat. Pada daun
yang kami amati tersebut juga terdapat
perbedaan-perbedaan seperti:
bentuk daun ( jorong dan meruncing).
Perbedaan pada morfologi ikan disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan
genetic pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk
dan lingkungan hidup. Perbedaan ini digunakan sebagai dasar klasifikasi tanaman
E. Perbedaan cirri pada Tanaman E menunjukkan adanya keanekaragaman
intraspesies. Keanekaragaman intraspesies adalah perbedaan cirri pada mahluk
hidup dalam satu spesies.
Berdasarkan
ciri-ciri morfologi diatas, dapat di klasifikasikan tanaman tersebut sebagai
berikut:
Kerajaan: Plantae
Divisi :
Pteridophyta
Kelas : Psilotopsida
Ordo :Equisetopsida
Famili :Marattiopsida
Genus :Polypodiopsida
Spesies :
Polypodiopsida tiliaceus
6. Tanaman F
Pada
daun-daun spesies tanaman F terdapat
persamaan yaitu
-bentuk daun Jorong
( ovalis ) atau elips jika
panjang sama dengan 1,5 x lebar.
-
Tepi Bergerigi (serratus): lekukan
bergantian dengan tonjolan yang agak runcing
-
jenis daun tunggal : 1
helai daun
-
Tulang Menyirip (penninervis)
: cabang tulang daun akan keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
-
Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun
dapat kelihatan mengkilap (nitidus)
- Tumpul(obtusus) : pada daun-daun
bangun bulat telur
Persamaan-persamaan
tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat
digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan
bahwa hubungan kekerabatan antara daun satu dengan daun yang lain masih sangat
dekat. Pada daun yang kami amati tersebut juga terdapat perbedaan-perbedaan
seperti: ujung daun ( tumpul dan rata). Perbedaan pada
morfologi jeruk purut
disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan genetic pada setiap individu.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk dan lingkungan hidup. Perbedaan
ini digunakan sebagai dasar klasifikasi tanaman F. Perbedaan cirri pada Tanaman
F menunjukkan adanya keanekaragaman intraspesies. Keanekaragaman intraspesies
adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu spesies.
Berdasarkan ciri-ciri morfologi diatas, dapat di
klasifikasikan tanaman tersebut sebagai berikut:
Jeruk Purut
(Citrus hystrix Dc)
Kingdom :Plantae(Tumbuhan)
Subkingdom :Tracheobionta(Tumbuhanberpembuluh)
Super Divisi :Spermatophyta(Menghasilkanbiji)
Divisi :Magnoliophyta(Tumbuhanberbunga)
Kelas :Magnoliopsida(berkepingdua/dikotil)
Sub Kelas :Rosidae
Ordo :Sapindales
Famili :Rutaceae(sukujeruk-jerukan)
Genus :Citrus
Spesies : Citrus hystrix Dc
Subkingdom :Tracheobionta(Tumbuhanberpembuluh)
Super Divisi :Spermatophyta(Menghasilkanbiji)
Divisi :Magnoliophyta(Tumbuhanberbunga)
Kelas :Magnoliopsida(berkepingdua/dikotil)
Sub Kelas :Rosidae
Ordo :Sapindales
Famili :Rutaceae(sukujeruk-jerukan)
Genus :Citrus
Spesies : Citrus hystrix Dc
7. Tanaman G
Pada
daun-daun spesies tanaman g terdapat
persamaan yaitu :
-
Tepi Berombak (repandus): sinus maupun
angulus tumpul
-
Jenis
daun tunggal : 1
helai daun
-
Tulang Menyirip (penninervis)
: cabang tulang daun akan keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
-
Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun
dapat kelihatan mengkilap (nitidus)
pangkal daun membulat. Persamaan-persamaan
tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat
digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan
bahwa hubungan kekerabatan antara daun satu dengan daun yang lain masih sangat
dekat. Pada daun yang kami amati tersebut juga terdapat perbedaan-perbedaan
seperti:
- bentuk daun ( lanset dan memanjang)
- ujung daun ( rata dan tumpul )
Perbedaan pada morfologi ikan
disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan genetic pada setiap individu.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk dan lingkungan hidup. Perbedaan
ini digunakan sebagai dasar klasifikasi tanaman G. Perbedaan cirri pada Tanaman
G menunjukkan adanya keanekaragaman intraspesies. Keanekaragaman intraspesies
adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu spesies.
Berdasarkan ciri-ciri morfologi diatas, dapat di
klasifikasikan tanaman tersebut sebagai berikut:
Kingdom :Plantae(Tumbuhan)
Subkingdom :Tracheobionta(Tumbuhanberpembuluh)
Super Divisi :Spermatophyta(Menghasilkanbiji)
Divisi :Magnoliophyta(Tumbuhanberbunga)
Kelas :Magnoliopsida(berkepingdua/dikotil)
Sub Kelas :Magnoliidae
Ordo :Magnoliales
Famili :Annonaceae
Genus :Polyalthia
Spesies : Polyalthia longifolia Sonn.
Subkingdom :Tracheobionta(Tumbuhanberpembuluh)
Super Divisi :Spermatophyta(Menghasilkanbiji)
Divisi :Magnoliophyta(Tumbuhanberbunga)
Kelas :Magnoliopsida(berkepingdua/dikotil)
Sub Kelas :Magnoliidae
Ordo :Magnoliales
Famili :Annonaceae
Genus :Polyalthia
Spesies : Polyalthia longifolia Sonn.
8. Tanaman H
Pada
daun-daun spesies tanaman H terdapat
persamaan yaitu :
-
Bentuk daun Bulat atau bundar (orbicularis) jika panjang : lebar= 1:1
-
Ujung Meruncing(acuminatus) : ujung
terletak lebih tinggi dari yang diperkirakan bila ditarik garis sisi daun yang
akan berpotongan di daerah ujung daun
-
Tepi daun rata : utuh (integer)
-
Jenis daun Tunggal : 1
helai daun
-
Tulang Menjari (palminervis):
cabang tulang daun berpencar dari satu tempat di dasar tulang daun
utama.
-
Permukaan daun Kasap(scaber),
misalnya daun jati
-
Berlekuk(emarginatus) : pda daun-daun bangun anak
panah, ginjal, bentuk jantung
Persamaan-persamaan
tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat
digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan
bahwa hubungan kekerabatan antara daun satu dengan daun yang lain masih sangat
dekat. Pada daun yang kami amati tersebut juga terdapat perbedaan-perbedaan
seperti: Ukuran
daun ( 8,5 cm ;14,5 cm: 10,8 cm;9,5cm;6,5cm)
Perbedaan
ukuran pada daun H dikarenakan daun yang di amati berbeda umurnya. Jadi
ukurannya juga berbeda antara daun yang tua dan daun yang muda.
Keanekaragaman
intraspesies adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu spesies.
Berdasarkan ciri-ciri morfologi diatas, dapat di klasifikasikan tanaman
tersebut sebagai berikut:
Waru (Hibiscus tiliaceus L.)
Kingdom :Plantae(Tumbuhan)
Subkingdom :Tracheobionta(Tumbuhanberpembuluh)
SuperDivisi :Spermatophyta(Menghasilkanbiji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Subkingdom :Tracheobionta(Tumbuhanberpembuluh)
SuperDivisi :Spermatophyta(Menghasilkanbiji)
Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /
dikotil)
Sub Kelas : Dilleniidae
9. Tanaman I
Pada
daun-daun spesies tanaman I terdapat
persamaan yaitu :
-
Bentuk daun : Bulat atau bundar (orbicularis) jika panjang : lebar= 1:1
- Ujung daun membulat(rotundatus)
: seperti pada ujung yang tumpul, tetapi tidak terbentuk sudut sama sekali.
- Tepi daun Rata : utuh (integer)
-
Jenis Menjari (palminervis): cabang
tulang daun berpencar dari satu tempat di dasar tulang daun utama
- Tulang Menjari (palminervis): cabang tulang daun berpencar
dari satu tempat di dasar tulang daun utama
-
Licin (laevis) dalam hal ini permukaan daun
dapat kelihatan:mengkilap (nitidus)
- Pangkal
membulat (rotundatus): pada
daun-daun bangun bulat, jorong, dan bulat telur.
Persamaan-persamaan
tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat
digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan
bahwa hubungan kekerabatan antara daun
satu dengan daun
yang lain masih sangat dekat. Pada daun
yang kami amati tersebut juga terdapat
perbedaan-perbedaan seperti:
Ukuran daun (5cm; 7cm; 6cm; 6,5cm; 4cm).
Perbedaan ukuran pada daun H dikarenakan daun yang di amati berbeda umurnya. Sehingga
ukurannya pun berbeda antara daun yang tua dan daun yang muda. Ukuran daun muda
relative lebih kecil daripada daun tua.
Daun bunga merak (Caesalpinia
pulcherima) merupakan daun
majemuk menyirip genap ganda dengan sempurna. Keanekaragaman
intraspesies adalah perbedaan ciri pada mahluk hidup dalam satu spesies.
Berdasarkan ciri-ciri morfologi diatas, dapat di klasifikasikan tanaman
tersebut sebagai berikut:
Bunga merak (Caesalpinia pulcherima)
Kingdom
: Plantae
(Tumbuhan)
Subkingdom :
Tracheobionta (Tumbuhan berpembuluh)
Super
Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan biji)
Divisi
:
Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Magnoliopsida (berkeping dua / dikotil)
Sub Kelas : Rosidae
Ordo
: Fabales
Familia
: Caesalpiniaceae
Genus
: Caesalpinia
Spesies
: Caesalpinia
pulcherima
10. Tanaman J
Pada
daun-daun spesies tanaman J terdapat persamaan yaitu :
-
Bentuk daun bangun ginjal
- Ujung daun tumpul(obtusus) : tepi daun yang semula masih agak jauh dai ibu tulang
cepat menuju ke suatu titik pertemuan hingga terbentuk sudut tumpul
-
Tepi daun bergerigi
-
Tulang daun menyirip (penninervis) : cabang
tulang daun akan keluar dari berbagai tempat di tulang daun utama
-
Permukaan daun licin (laevis)
dalam hal ini permukaan daun dapat kelihatan:mengkilap (nitidus)
|
- Jenis daun Tunggal : 1 helai daun
-
Berlekuk (emarginatus) : pada daun-daun
bangun anak panah, ginjal, bentuk jantung.
Persamaan-persamaan
tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat digunakan
untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan bahwa
hubungan kekerabatan antara daun
satu dengan daun
yang lain masih sangat dekat. Pada daun
yang kami amati tersebut juga terdapat
perbedaan-perbedaan seperti:
Ukuran daun (7cm; 8,3cm; 5cm; 6,5cm; 8,3cm).
Perbedaan ukuran pada daun J dikarenakan daun yang di amati berbeda umurnya.
Jadi ukurannya juga berbeda antara daun yang tua dan daun yang muda. Keanekaragaman
intraspesies adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu spesies. Berdasarkan ciri-ciri morfologi diatas, dapat di
klasifikasikan tanaman tersebut sebagai berikut:
Kingdom :Plantae(Tumbuhan)
Subkingdom :Tracheobionta(Tumbuhanberpembuluh)
Super Divisi :Spermatophyta(Menghasilkanbiji)
Divisi :Magnoliophyta(Tumbuhanberbunga)
Kelas :Magnoliopsida(berkepingdua/dikotil)
Sub Kelas :Rosidae
Ordo :Apiales
Famili :Araliaceae
Genus :Nothopanax
Spesies : Nothopanax scutellarium Merr.
Subkingdom :Tracheobionta(Tumbuhanberpembuluh)
Super Divisi :Spermatophyta(Menghasilkanbiji)
Divisi :Magnoliophyta(Tumbuhanberbunga)
Kelas :Magnoliopsida(berkepingdua/dikotil)
Sub Kelas :Rosidae
Ordo :Apiales
Famili :Araliaceae
Genus :Nothopanax
Spesies : Nothopanax scutellarium Merr.
Klasifikasi
binatang :
1.
Belalang
Pada
individu-individu spesies belalang terdapat persamaan yaitu :
-
jumlah sayap ( 4 helai)
-
jumlah kaki ( 3 pasang )
-
jumlah mata ( 1 pasang )
Persamaan-persamaan
tersebut ada karena masih dalam satu spesies. Persamaan tersebut dapat
digunakan untuk mengelompokkan individu-individu ini sehingga dapat menunjukkan
bahwa hubungan kekerabatan antara belalag
yang satu dengan belalang yang lain masih sangat dekat. Pada belalang tersebut juga terdapat
perbedaan-perbedaan seperti :
- warna tubuh (hijau dan cokelat)
-
warna mata (hijau dan cokelat)
-
warna sayap : luar( hijau dan cokelat), dalam (merah dan kuning)
- ukuran
tubuh ( 2,5cm; 2cm; 2,7cm; 2cm; 2,8cm; 2,4cm;2,3cm; 2,3cm; 2,4cm; cm)
-
panjang sayap (2cm; 1cm; 1,8cm; 1,9cm; 0,6cm; 1,9cm; 0,5cm; 2cm; 2,1cm; 0,5cm)
-
Panjang antena ( 0,5cm; 0,4cm; 0,4cm;0,4cm;0,5cm0,7cm; 0,5cm; 0,8cm; 0,6cm;
0,5cm)
Perbedaan
pada morfologi belalang disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan genetic
pada setiap individu. Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk dan
lingkungan hidup. Perbedaan ini digunakan sebagai dasar klasifikasi pada belalang.
Perbedaan cirri pada belalang menunjukkan adanya keanekaragaman intraspesieses.
Keanekaragaman intrapesies
adalah perbedaan cirri pada mahluk hidup dalam satu spesies.
Dari
ciri-ciri morfologi diatas dapat di bedakan bahwa belalang yang kami amati
adalah dua jenis belalang yang berbeda, yaitu belalang daun (hijau) dan
belalang kayu (
cokelat).
10. Ayam
Dari data yang di compare dari kelompok lain kami hanya
mendapat parameter ukuran saja, yang diketahui persamaan antar individu
hanyalah
- panjang kaki ( 7cm)
sehingga membuat
kami kesulitan dalam mengklasifikasi data tersebut.
perbedaan-perbedaan itu seperti :
- panjang paruh ( 2,5cm; 2,5cm; 3cm; 2,5cm)
- panjang ekor (7cm; 6cm; 7cm; 7cm)
- tinggi badan ( 14cm; 16cm; 18cm; 17cm)
Perbedaan
pada morfologi ayam
disebabkan karena adanya perbedaan pada susunan genetic pada setiap individu.
Hal ini dipengaruhi oleh faktor gen dari induk dan lingkungan hidup. Perbedaan
ini digunakan sebagai dasar klasifikasi pada ayam.Perbedaan ciri pada ayam menunjukkan adanya
keanekaragaman intraspesies.Keanekaragaman intraspesies adalah perbedaan ciri
pada mahluk hidup dalam satu spesies.
F.KESIMPULAN
Dari pengamatan yang telah dilakukan
dapat diambil kesimpulan antara lain:
Klasifikasi dibuat berdasarkan adanya
persamaan dan perbedaan ciri pada makhluk hidup. Persamaan dan perbedaan
ciri-ciri tersebut bisa dilihat dari ciri morfologinya.
1. a).
karakter morfologi daun pada
tanaman-tanaman penyusun populasi kebun biologi FMIPA
UNY adalah:
- bentuk daun ( lanset, jorong )
- ujung daun ( terbelah, tumpul )
- tepi daun (bergerigi, berombak, rata )
- jenis daun (
tunggal, majemuk )
- tulang daun ( menjari, menyirip )
- pangkal daun ( tumpul, membulat, rompang )
b). karakter morfologi individu-individu
penyusun populasi belalang
adalah warna sayap, warna tubuh,jumlah sayap, jumlah kaki, jumlah mata, ukuran
tubuh,panjang antena
dan ukuran sayap.
c). karakter morfologi individu-individu
penyusun populasi ayam
adalah panjang paruh,
panjang ekor, panjang kaki, dan tinggi badan.
2.
Perbandingan
ciri morfologi suatu individu dengan individu lainya dalam subpopulasi
(subspesies) yang sama menunjukan adanya keanekaragaman intraspesies.
3.Perbandingan
ciri individu antar spesies menunjukan adanya keanekaragaman interspesies.
4. klasifikasi secara
dikotomi berdasarkan ciri morfologi
Untuk
membut kunci dikotomi maka dibuat dua pernyataan yang berlawanan untuk bisa
mengidentifikasi suatu makhluk hidup dan mengelompokkannya ke hal yang lebih
khusus. Praktikan
membuat label pada daun dari abjad A sampai J. Praktikan membuat skema dan
untuk pengelompokkan awal praktikan membagi berdasarkan jenis daun yaitu daun
tunggal dan majemuk. Jenis daun yang majemuk yaitu pada daun D, E dan I,
sedangkan pada jenis daun tunggal yaitu pada daun A, B, C, F, G, H, dan J. Pada
daun D, E, I dibagi lagi berdasarkan pangkal daun yaitu ramping tumpul, dan
membulat. Daun D pangkal daun rompang, daun E pangkal daun tupul dan pangkal
daun membulat pada daun I,.
Dan
pada daun tunggal A, B, C, F, G, H, J dibagi menjadi 3 berdasarkan tepi daun
yaitu bergerigi pada daun J, berombak pada daun C, G, dan tepidaun rata pada
daun A, B, F, H. Kemudian daun berombak berdasarkan pangkal daun dibagi menjadi 2 yaitu tumpul
pada daun C, dan membulat pada daun G. Pada tepi daun rata di bagi lagi
berdasarkan tulang daun yaitu menjari dan menyirip. Tulang daun menjari pada
daun H sedangkan daun A, B, F tulang daun menyirip.Tulang daun menyirip A, B, F
dibagi menjadi 2 berdasarkan bentuk daun yaitu lanset pada daun B, dan bentuk
daun jorong pada daun A, F. Selain itu, pada daun jorong dibagi lagi
berdasarkan ujung daun yaitu tumpul dan terbelah. Daun A ujung daun terbelah
dan ujung daun tumpul pada daun F.
klasifikasi
secara dikotomi berdasarkan ciri morfologi didapat hasil:
a. . Jeruk
Purut (Citrus hystrix Dc)
b. Tanaman
Bunga Merak( Caesalpinia pulcherima)
Famili : Caesalpiniaceae
c. Glodokan(
Polyalthia longifolia Sonn.)
Famili: Annonaceae
d. Waru
Lengis (Hibiscus tiliaceus L.)
e. Mangkokan
(Nothopanax scutellarium Merr.)
Famili : Araliaceae
f. Paku
suplir Paku suplir(Adiantum
capillus-veneris L.)
Famili : Adiantaceae
Dari 10
jenis daun yang kami amati, ternyata ada
jenis daun yang sama. Yaitu 2 kelompok yang
mengcompare hasil pengamatannya mengamati 1 jenis daun yang sama.
Pada daun C dan
daun G yaitu daun Glodokan. Dengan demikian, berarti praktikan hanya mengamati
9 jenis daun saja.
Namun, dari 9 jenis daun yang kami amati
tersebut, tidak semua dapat diklasifikasikan dikarenakan nama daun yang di
compare dari kelompok lain tidak diketahui, daiantaranya adalah daun A dan daun
B.
G.Daftar Pustaka
Asri Widowati dan Ekosari. 2012. Petunjuk Praktikum Biologi Dasar1.
Yogyakarta: FMIPA UNY
Hidayat,Estiti
B. 1994. Morfologi Tumbuhan. Jakarta:
DepDikBud Jakarta
Johnson, L.G., 1983. Biology. Wm. C. Brown Company
Publishers, Iowa.
Tjitrosoepomo,
Gembong. 2011. Morfologi Tumbuhan.
Yogyakarta: UGM PRESS
http://www. Klasifikasi
tumbuhan
_2009_itp_14.pdf pada tanggal 20
oktober 2012
http://struktur morfologi tumbuhn/tanggal 22 Oktober 2012 pukul 19:00 WIB.
LAMPIRAN
1.
Daun F (Jeruk purut) 2.
Daun G ( Glodokan)
3. Daun H ( Daun
Waru) 4.
Daun I ( Daun Bunga Merak)
5. Daun J( Daun
Mangkokan) 6.
Belalang daun
7. Belalang Kayu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar